Percakapan ini terjadi
dua kali. Dan Kamu membuat Mama terperangah, juga sebanyak dua kali!
“Mama, kenapa tidak
kasih menikah saja Afyad dengan Rumaisha?” tanyamu. Mama tertegun. Afyad,
adikmu masih berusia 3 tahun lebih sementara Rumaisha – keponakan Mama (anak om
Uyi) masih berusia 2 tahun!
“Bisakah orang menikah
dengan sepupunya?” tanyamu lagi.
“Bisa,” jawab Mama.
“Kalau begitu, kasih
menikah saja nanti Afyad dengan Rumaisha!”
HAH?
Gambar Athifah di komputer, November 2011 |
Mama berpikir keras,
hendak mengatakan apa. Lalu Mama terpikir sebuah jawaban yang bila diberikan
kepada kakak Affiq, ia pasti terdiam.
“Memangnya Athifah mau nanti
dikasih menikah dengan Faqih?” Mama bertanya balik. Pertanyaan konyol
sebenarnya. Tapi ini terlontar begitu saja karena Mama tidak tahu hendak
mengatakan apa dalam pengawasan sorot tanya dari matamu.
Faqih sepupumu, usianya
hanya berselang beberapa bulan lebih muda darimu. Ia sepupu yang terdekat
denganmu. Setiap kali datang dari Sorowako untuk berlibur, kalian pasti bermain
bersama setiap hari.
Seperti juga Ifa – kakak
Faqih dulu. Setiap kali ke Makassar, ia pasti bermain dengan Affiq. Pernah
Affiq menjodoh-jodohkanmu dengan Faqih. Lalu Mama memberikan pertanyaan balik
semacam itu, dan Affiq pun terdiam, tak berani menggoda lagi.
Mama benar-benar konyol,
menyamakanmu dengan Affiq. Saat ditanyakan apakah Kamu mau menikah dengan
Faqih, jawabanmu membuat Mama ternganga.
“Iya, mau!” jawabmu
mantap sambil tersenyum semanis madu.
Skak mat untuk Mama!
Dear Athifah,
Pertama kali membaca kata
ATHIFAH di salah satu trilogi Kupinang Engkau dengan Hamdalah karya M. Fauzil
Adhim, Mama langsung jatuh cinta pada kata itu. Dalam hati Mama berkeinginan,
bila suatu saat dikaruniai anak perempuan oleh Yang Maha Kuasa, Mama akan
menyematkan kata itu sebagai nama padanya. Tahun berapa itu ya? Sepertinya
akhir tahun 1998 atau awal tahun 1999, sebelum pernikahan Mama dan Papa (14
April 1999).
ATHIFAH, nama itu begitu
manis di telinga Mama. Artinya adalah jalinan perasaan atau jalinan
kasih sayang. Akhirnya Allah mengabulkan harap Mama. Secara tak terduga IA
mengizinkan Kamu berada dalam rahim Mama. Agar terdengar sempurna manisnya namamu,
Mama menambahkan LINNIA di belakang namamu. LINNIA itu gabungan nama Papa dan
Mama.
Gambar Athifah di komputer, Agustus 2012 |
Seperti kedua saudaramu,
Kamu pun adalah keajaiban buat Mama. Karena pada awal pernikahan, Mama dan Papa
bukanlah orang yang subur. Kondisi hormon Mama menunjukkan kondisi hormon orang
yang mau menopouse sementara kondisi sperma Papa amat jauh dari memadai untuk
dapat membuahi sel telur. Singkatnya, secara medis kami berdua suliiiiiiiiiiit
sekali memiliki anak.
Namun benar-benar kasih
sayang Allah jualah yang akhirnya menghadirkanmu di antara Mama – Papa setelah
kakak Affiq berusia 5 tahun. Ada yang mengira kami menggunakan alat
kontrasepsi. Padahal tidak, kami tak menggunakannya. “Hanya” melalui perantaraan
pengobatan air putih yang dibacakan do’a yang dikonsumsi secara intensif, tanpa
pengobatan medis sama sekali. Kamu akhirnya dititipkan pada Mama. Sebuah keajaiban,
kan?
Proses melahirkanmu
cepat sekali, Nak. Lepas sahur, sebelum subuh pada 1 Ramadhan, perut Mama
begitu mulas. Kontraksi yang semakin cepat membuat Mama, Papa, Nenek, dan Oma tergopoh-gopoh
ke rumah bersalin Budi Mulia 1. Saat subuh, Mama mengalami pembukaan 1. Ritme
kontraksi semakin cepat. Dari pembukaan 1 hingga 10 terjadi dalam jangka waktu
2 jam lebih. Padahal katanya secara normal, setiap pembukaan berjarak 1 jam.
Ini seperti proses induksi saja. Saking cepatnya proses pembukaan Mama, bidan
tak percaya diri. Ia memanggil dokter. Pukul 7.25 Kamu lahir dengan berkalung
tali pusar.
Subhanallah. Kau cantik
sekali, Nak. Putih dan montok. Dengan panjang yang hanya 46 senti meter dan
berat badan 3,35 kilo gram, pipimu begitu tembam membuat hidungmu melesak masuk
J.
Kau langsung pandai
menyusu, Nak. Kau menyentil bidan yang dengan ceroboh membuka susu formula
(sufor) di dalam sana. Andai kuat, ingin rasanya Mama mencubit bidan itu
keras-keras. Karena ia begitu pongah, mencoba membujuk Mama berkali-kali supaya
mau memberikanmu sufor hanya karena ia sudah membukanya.
“Saya mau menyusui anak
Saya, Sus. Saya sudah pernah menyusui kakaknya. Dan sekarang Saya mau
menyusuinya!” tandas Mama.
“Tapi biasa bayi kuning
Bu kalau baru lahir dan hanya disusui. Bayinya harus dikasih tambahan susu
formula,” kata bidan pongah itu.
“Biar saja saya coba
menyusui bayi saya ya!” tandas Mama.
Sebal sekali Mama
padanya. Tapi untung perasaan Mama masih berbunga-bunga berkat kehadiranmu.
Kamu pun tak mau kalah, berusaha membuktikan kepada bidan itu bahwa Kamu lebih
suka ASI daripada sufor. Kamu menyusu dengan amat lahap, menimbulkan bunyi
decapan kuat dari mulut mungilmu. Mudah-mudahan saja sekarang bidan itu tak
picik lagi.
Kau menyusu sampai usia
2 tahun 2 bulan. Dengan amat pengertian, Kau mau disapih. Karena baru saja
mengalami bisulan parah di kepala (saat itu bisulmu sampai berjumlah 20 di atas
kepala dan dahi), Kau mengerti saat Mama memperlihatkan nenenmu ditempeli
perban yang diberi warna spidol merah.
“Sakit, Mama?” tanyamu.
“Seperti sakit ya, Nak?”
Mama justru balik bertanya. Meski ini trik, Mama tak mau membohongimu
mentah-mentah. Memang nenennya tidak sakit, tapi terlihat seperti sakit kan?
“Berdarah ya, Mama?”
tanyamu lagi.
“Seperti berdarah ya?”
ujar Mama.
Sejak itu Kau tak
meminta menyusu. Kalau Kau bertanya, dan Mama perlihatkan, Kau mengamati Mama dengan
tatapan iba. Hanya itu dan Kau pun bermain kembali.
File Athifah, isinya merupakan proposalnya kepada Mama, Agustus 2013 |
Kau tumbuh menjadi anak
yang sangat ceriwis, sensitif, dan kritis. Usia 2,5 tahun lidahmu sudah fasih
menyebut huruf R dan sudah bisa diajak berdiskusi layaknya orang dewasa. Di
usia 2 tahunan Kamu pernah membuat terkikik tukang becak yang membawa kita di
sebuah pagi yang mendung dengan kalimatmu, “Pagi yang indah ya, Ma?”
Aneka pertanyaanmu
membuat Mama tergagap berkali-kali. Bukan hanya pernikahan, seperti apakah bisa
menikah dengan kakak, apakah bisa menikah dengan adik. Tapi juga tentang kematian,
dan tentang kejadian yang lagi hangat-hangatnya. Misalnya sepulang dari pemilukada
kemarin, Kau bertanya, “Walikota itu yang pimpin Makassar?” Cerita tentangmu, mendominasi label Namanya Juga Anak-Anak di blog ini.
Kau juga mempertanyakan
kasih sayang Mama kepadamu karena Mama sesekali harus bersikap tegas, bahkan
keras kepadamu.
“Mama tidak sayang sama
Saya. Kalau Mama sayang, Mama tidak marah sama Saya,” protesmu.
Maafkan, Nak. Kemarahan
Mama bukan karena tak sayang tapi karena keinginan Mama untuk membentuk
karaktermu. Anak yang selalu diikuti kemauannya, dan tak pernah ditegur akan
menjadi anak manja dan sia-sia. Sudah banyak bukti di sekitar kita. Mama tak
mau Kau menjadi bagian mereka.
Kalau disuruh shalat
berkali-kali dan Kau tak kunjung melaksanakannya, maka Mama akan marah. Kata
siapa orangtua tak boleh marah pada anaknya? Yang dimarahi kan perilakunya.
Yang Mama inginkan kan perbaikan karaktermu. Apa lagi Mama sudah bilang begini,
“Kalau Athifah belum shalat juga, Mama marah!”
Maafkan Mama Nak, kalau setelah uraian Mama tentang aturan shalat dalam agama kita, Mama kemudian tega mengatakan, "Athifah, Mama tak mau masuk neraka karena Athifah!"
Nak, ketahuilah, hal-hal
baik terutama ibadah harus dibiasakan sejak kecil. Agama kita memerintahkan
orangtua untuk menyuruh anaknya shalat sejak anaknya berusia 7 tahun. Tujuh
tahun itu – apakah tahun dalam perhitungan matahari? Bukan Nak, dalam hitungan
hijriyah. Sementara tanggal 24 nanti usiamu sudah 7 tahun. Memang saat ini
adalah masa-masa Kau harus ditegasi untuk shalat. Saat Kau berusia 10 tahun
nanti, akan ada hukuman bila Kau tak melaksanakannya!
Athifah, walau sensitif,
Kau berwatak keras. Tapi Kau juga lembut. Kau sering membuat Mama malu hati
karena usai Mama marahi dan Kau terdiam selama beberapa jenak maka Kau akan
menangis menghiba. Bibirmu maju beberapa mili meter, lantas Kau mengulurkan kedua
tanganmu dan berkata, “Peluuuk Mamaaa.”
Kau terlihat menyesal.
Kau tersedu-sedu. Suaramu keras sekali sampai-sampai membuat Mama ketakutan Oma
akan mendengarmu menangis. Lalu bila Mama memelukmu, Kau berkata, “Maaf Mama.
Saya tidak mau nakal lagi. Maaf, Mama.” Atau, “Maaf Mama. Saya tidak mau bikin
susah Mama.”
Ooh astaghfirullah.
Ini sebuah sentilan keras buat Mama. Mama yang sudah setua ini sering kali
masih suka angkuh, tidak mau mengakui kenaifan diri!
Maafkan Mama juga ya, Nak.
Mama masih sering kebablasan dengan superioritas predikat sebagai ibu. Mama
belum menjadi ibu yang baik bagimu. Tapi Mama akan berusaha untuk menjadi lebih
baik. Supaya suatu hari nanti, kita bisa menjadi teman baik dan Kau menjadikan
Mama sebagai tempat curhat. Begitu pun sebaliknya, Mama bisa curhat kepadamu
tentang berbagai hal.
Athifahku. Permata
hatiku. Masih banyak yang Mama bisa tuliskan untukmu tapi sepertinya ini saja
sudah terlalu panjang. Mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan dalam umur
kita ya Nak, supaya kita bisa bersinergi. ATHIFAH LINNIA SOLIHIN, jadilah cahaya
dan penyejuk hati Mama dan Papa ya sayang …
Makassar, 20
September 2013
Tulisan ini dalam rangka proyek
#DearDaughter di KEB yang diprakarsai oleh makpuh Indah Juli. Saya terima
tongkat estafetnya dari mak Matris Mama Wilda
dan kini saya serahkan kepada mbak Ade Anita.
Share :
Heuheu... keinget aku menyapih Daffa' - dimudahkan sekali. Setiap ingat mau menyusu kualihka perhatiannya lalu aku beri air putih dan kue. Umurnya baru 1th 3 bln saat aku hamil anak kedua.
ReplyDeleteAthifah anak yg sholihat, semiga nanti dikaruniai anak perempuan seperti dia. Aamiin
SUbhanallah .. pengertian sekali nak Daffa' ... aamiin terimakasih mak Noe. Semoga pula anak2nya menjadi anak2 shalih ...
DeleteAthifahnya lucu dan pinter yah :D
ReplyDeleteALhamdulillah mak :)
Deletewaah,aku jadi terharu bacanya kak T^T
ReplyDeleteTerimakasih ^__^
Deletehickz,terharu mbk...^^
ReplyDelete-_-
DeleteAahhh... athifahhhh... jadi pingin meluk athifah... terharu aku baca cerita ini.
ReplyDeleteAthifah pasti senang ^__^
DeleteAthifah, anak ajaib yang dititipkan oleh Allah secara ajaib pula :D
ReplyDeletesemoga athifah menjadi anak yang berbakti dan juga rajin beribadah :D
Alhamdulillah .. besyukur menjadi saksi keajaiban yang dikaruniai Allah. Aamiin terimakash atas do'anya. Semoga mas Imam kelak juga beroleh keturunan yang shalih(ah) ^__^
Deletekelak kalo Athifah baca ini, dia pasti menangis. huhuhuu
ReplyDeleteseneng banget yaa tantee Athifah tumbuh menjadi anak yg cerdas. insya Alloh jadi wanita soleha seperti doa di dalam namanya. aamiiin
salam utk Athifah dari teteh Syifa ya taan :)
Aamiin .. terimakasih teteh Syifa ... semoga teteh Syifa jadi penyejuk hati orangtua ya :)
DeletePelcum utk Athifah yg lucu dan pintar :)
ReplyDeleteTerimakasih mbak .. senangnya banyak yang mau peluk Athifah ... ^__^
DeleteSubhanallah... Indah dan cantik sekali Athifah dalam bertutur kata dan berperilaku.
ReplyDeleteAlhamdulillah semoga jadi perempuan shalihah ...
Deletesemoga dari anak kita mendapat keridhoan-Nya dan semoga dari orang tua pun demikian aamiin
ReplyDeleteAthifaaaah, ajakin om jalan2 di pantai donk
Aamiin .... ayuk ke pantai Losari ^__^
DeleteAthifah, ah.. ikut tertawa dan terharu membaca tulisan mamamu.
ReplyDeleteMasalah sufor, ku juga sempat mengalami hal yang sama Mbak Niar, ih, sebel sama bu bidan deh.. :) Pas Wilda ku tinggalkan untuk kerja, terpaksa dia harus mengonsumsi sufor juga, gantian dengan ASI. Dan waktu saya mencoba sufor yg coba diminumkan ibu bidan waktu masih di RS, ternyata malah gak cocok sama anakku. Badannya lgs bentol2. Syukurnya itu dia sudah 3 bulanan lebih, sudah agak gede dikit, gimana kalo dia minum waktu baru lahir yak..
Baca proposalnya Athifah bikin senyum2 deh, ayok kita ke pantai.. Tanjung Bunga, Tanjung Bayam, apa ke Losari aja Nak?
Waah untung cuma sekali itu dikasih sufornya ya mama Wilda dan habis itu Wilda nenen ASI terus ^__^
DeletePantai Losari saja, Tante ... asyik di situ, gratis pula :)
Athifah, ah.. ikut tertawa dan terharu membaca tulisan mamamu.
ReplyDeleteMasalah sufor, ku juga sempat mengalami hal yang sama Mbak Niar, ih, sebel sama bu bidan deh.. :) Pas Wilda ku tinggalkan untuk kerja, terpaksa dia harus mengonsumsi sufor juga, gantian dengan ASI. Dan waktu saya mencoba sufor yg coba diminumkan ibu bidan waktu masih di RS, ternyata malah gak cocok sama anakku. Badannya lgs bentol2. Syukurnya itu dia sudah 3 bulanan lebih, sudah agak gede dikit, gimana kalo dia minum waktu baru lahir yak..
Baca proposalnya Athifah bikin senyum2 deh, ayok kita ke pantai.. Tanjung Bunga, Tanjung Bayam, apa ke Losari aja Nak?
Huwa anakku laki2 :D
ReplyDeleteAthifah, jadilah perempuan kuat ya nak. Mamamu contoh yg baik :)
Terimakasih mbak :)
Deleteselalu semangat membaca tulisan2 di blog ini, terutama yang tentang Athifah. Semoga Athifah jadi anak yang shalihah ya... Aamiin.. :)
ReplyDeleteAamiin .. terimakasih kakak Diena :)
Delete