Lanjutan
dari tulisan berjudul
Kalau bukan menghadiri acara perayaan ulang tahun
BaKTI pada tanggal 23 September lalu, saya belum mengetahui tentang Sekolah
Politik Perempuan Maupe yang
didirikan oleh Lembaga Maupe dan Lembaga Pemberdayaan perempuan di Maros.
Sungguh keren. Seperti inilah yang saya harapkan,
ada pemberdayaan perempuan, jangan hanya terkesan memaksa kuantitas anggota
parlemen perempuan mencapai 30% tapi asal comot saja. Bukan rahasia lagi kalau
banyak partai, untuk mencukupkan kuota 30% itu jadinya asal-asalan saja memilih
calon legislator perempuan.
Luna Vidya, Andi Tenri Pada, Salma |
Dasar pemikiran kenapa sekolah ini didirikan
adalah karena jumlah pemilih perempuan di Maros sebenarnya lebih besar daripada
laki-laki tapi yang akhirnya memberikan suaranya tidak banyak. Andi Tenri
Pada, salah satu pendirinya membagikan cerita tentang apa
yang mereka lakukan di Sekolah Politik Perempuan itu.
Materi yang diberikan di sekolah ini meliputi
politik, demokrasi, public speaking,
gender, analisis sosial, legislasi daerah, dan kepemimpinan. Tujuannya
adalah untuk menghasilkan perempuan yang memiliki kesadaran akan hak dan
kewajiban berpolitik sebagai warga negara dan mencetak anggota legislatif yang
melek proses politik dan proses pembangunan.
Pilot
project sekolah ini adalah 10 desa di Maros. Dari 10 desa
tersebut direkrut 4 orang untuk dididik selama 3 bulan. Ke-40 orang ini menjadi
fasilitator di desanya masing-masing untuk mengajar kaum perempuan di desanya
agar menjadi pemilih cerdas.
Besar harapan agar kaum perempuan di Maros berani
maju dan terlibat dalam aktivitas sosial, politik dan kemasyarakatan.
Saat ini sedang dididik angkatan kedua dari
Sekolah Politik Perempuan Maupe. Salma – seorang alumni angkatan pertama
mempresentasikan kepada hadirin bagaimana ia menyerukan kampanye kepada kaum
perempuan untuk menjadi pemilih cerdas (yaitu dengan mengikuti hati nurani,
bukan karena disuruh suami atau kepala desa dan dengan memilih caleg perempuan
yang akan membantu menyuarakan kepentingan perempuan di parlemen).
Indikator keberhasilan Sekolah Politik Perempuan
ditunjukkan oleh naiknya angka partisipasi perempuan dalam pemilihan caleg baru-baru
ini. Angka pemilih perempuan lebih besar daripada laki-laki. Selain itu jumlah
caleg perempuan yang terpilih di legislatif naik, dari 6 orang menjadi 7 orang.
Eeeh, jangan berpikir 1 itu kecil lho, satu
orang kan mewakili sekian ribu konstituen? Cukup signifikan, kan?
Andi Tenri Pada mengharapkan ke depannya Sekolah
Politik Perempuan ini bisa mencetak lebih banyak alumni lagi dan makin banyak
mencetak fasilitator. Ia juga berharap perempuan bisa menjadi pemimpin yang
mandiri dan berdaulat, serta menjadi agent
of change.
Teatrikalisasi Puisi dilanjutkan dengan pertunjukan monolog |
Waaah ... benar-benar menarik mudah-mudahan apa
yang disuarakan Andi Tenri Pada ini tercapai. Kalau menurut saya, terserah
nantinya akan berkiprah bagaimana, perempuan sebaiknya punya kesempatan untuk
menimba pengetahuan yang diajarkan di Sekolah Politik Perempuan itu. Eh, tapi
berapa banyak ya perempuan yang berminat dengan hal “serius” seperti itu?
Kak Luna Vidya, usai mewawancarai Andi Tenri Pada
dan Salma berganti peran. Berikutnya ia tampil bersama Sese Lawing, menampikan monolog
yang menceritakan tentang kegelisahan seorang istri yang ditinggal melaut oleh
suaminya. “Sang istri” menceritakan keadaan yang tak sama dengan dulu dan
tentang keinginan-keinginannya. Monolog ini menyambung Teatrikalisasi Puisi
yang dibawakan oleh Sese Lawing. Sungguh sajian hiburan yang kreatif!
Selanjutnya Noverius Nggili, koordinator
geng motor iMuT dari Kupang, NTT membagikan kisahnya bersama gengnya. Dari diskusi
ringan karena bingung menyalurkan ilmu yang dimiliki (pada tahun 2005), geng
motor yang lain daripada yang lain ini terbentuk.
Noverius menyatakan, “Kami geng motor yang rajin
sembahyang!”
Geng motor ini melakukan hal-hal yang sederhana
tapi menakjubkan. Tanpa bantuan
pemerintah sama sekali, mereka berbagi ilmu dengan para petani dan nelayan
tentang bagaimana mengolah limbah barang tak terpakai menjadi teknologi tepat
guna, seperti desalinator dan digester biogas portable.
Geng motor iMuT menggali potensi di
kampung-kampung yang didatangi dan mencari tahu apa yang bisa dikembangkan di
situ, lalu mereka berusaha mengembangkan kampung itu.
Kini geng motor iMuT memiliki 150 volunteer aktif, 1400-an sahabat dari
berbagai kalangan (mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga narapidana),
1 laboratorium inovasi, 1 koperasi produsen, 1 show room inovasi, 1 bengkel kayu, 2 bengkel las dan bengkel otomotif
mini, 1 lokasi peternakan ayam dan babi, dan 5 kelompok dampingan peternakan
sapi (350 ekor).
Aktivitas yang dilakukannya adalah:
- Sekolah jalanan.
- Pasar inovasi.
- Bengkel dan laboratorium inovasi.
- Perpustakaan inspiratif kreatif.
- Mengembangkan teknologi mudah, murah, dan ramah lingkungan.
- Mengembangkan kompor bio massa, dengan briket atau ranting sebagai bahan bakarnya.
Noverius Nggili |
Noverius mengatakan bahwa target yang ingin
dicapai geng motor iMuT adalah: kota
Kupang mandiri energi.
Hingga sekarang, Noverius dan geng motornya telah
menerima banyak penghargaan, seperti: Pahlawan untuk Indonesia (MNC TV) dan
Expo Mandiri Young Technopreuneur Award 2012 untuk kategori Pengolahan Air
Bersih dengan Inovasi Desalinator iMuT (mengubah air laut menjadi air tawar dan
garam tanpa mesin).
Berbagai hal yang bersifat sosial dilakukan juga
oleh Noverius dan geng motor, di antaranya penyaluran bantuan kaki palsu dari
sebuah yayasan kepada yang membutuhkannya dan saat ini sementara berkutat
dengan masalah perdagangan manusia.
Terakhir, Noverius berpesan, “Jangan simpan ilmu Anda. Buat hidup lebih
produktif!”
Makassar, 25 September 2014
Tulisan ini merupakan tulisan ke-5 dari
peringatan HUT BaKTI yag ke-10 di Hotel Grand Clarion pada tanggal 23 September 2014
Bersambung ke tulisan selanjutnya
Share :
Geng yang positif dan mau menggerakkan warga setempat untuk lebih maju inilah yang layak ditumbuh-suburkan.
ReplyDeleteYuk kita berdayakan masyarakat pedesaan agar mereka juga maju bersama membangun negara da bangsanya.
Salam hangat dari Surabaya
Semoga targetnya tercapai ya, bun
ReplyDeleteWah ternyata ada juga geng yang baik hati dan peduli lingkungan neh... PATUT di ekspose...
ReplyDeleteSalam dari Pulau Dollar
kelas perempuan ... keren. apalagi adanya di kota kecil seperti Maros, double keren :)
ReplyDeleteperempuan memang harus melek politik.tidah hanya cara berpolitik tapi juga kondisi lapangan perpolitikan di daerah dan negara kita ketika terjun dalam politik. gang motor? mmm...saya kenal beberapa orang yang aktif dalam geng motor, salah satunya geng vespa. kegiatannya justru bertolak belakang dengan geng motor perusak yang beritanya marak di berbagai media.
ReplyDeleteKeren yah bung Frits dan Geng Motornya. Dia dan gengnya naik motor keluar masuk kampung tuk berbagi ilmu teknologi tepat guna kepada masyarakat
ReplyDelete