Hidroponik |
Sabtu, 21 Maret kemarin, saya bersama suami dan kedua
anak kami yang kecil bertemu dengan kawan-kawan masa kuliah dulu: Hartono –
teman sefakultas beda jurusan dan Ida Ohan – beda angkatan tapi sangat akrab
dengan saya. Tono sekarang mengelola sekolah alam yang didirikannya – Sekolah Alam
Insan Kamil. Sementara Ida berkecimpung dalam dunia pendidikan (khususnya
manajemen pendidikan) melalui institusi tempatnya mengabdi: Universitas Negeri
Makassar.
Sepanjang pertemuan yang menjadi topik diskusi kami
adalah mengenai dunia pendidikan. Kami semua punya basic pendidikan di Fakultas Teknik tapi bisa dibilang mimpi kami
akan pendidikan ideal bisa dibilang sejalan.
Yang agak lucu saya dan suami. Kalau Tono sudah
mendirikan sekolah dan menerapkan kurikulumnya sendiri, Ida sudah terlibat
secara praktis sebagai profesional dalam institusi pendidikan (dalam hal desain
dan manajemen pendidikan) sejak kepulangannya dari studi S2 dan S3 bidang
pendidikan. Sementara saya dan suami masih dalam tataran “pengamat” saja dulu J.
Kami melihat-lihat Sekolah Alam Insan Kamil yang
sekarang sudah ada mulai dari jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan SD.
Ruang kelas |
Namanya sekolah alam, benar-benar nuansa alamnya
terasa. Berbagai pohon buah-buahan terdapat di sana, di antaranya pohon durian,
langsat, dan mangga. Ruang-ruang kelas terbuat dari bangunan serupa saung,
terbuat dari kayu. Ada pula bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-bata. Ada
aula, kantin, masjid, dan toilet.
Menariknya, di halaman ada area untuk bercocok tanam,
area outbond berupa titian kayu yang
terbentang di antara 2 pohon besar, dan ada saluran irigasi untuk anak-anak
berarung jeram. Kebayang betapa
serunya kegiatan anak-anak di alam terbuka seperti ini.
Sekolah alam ini tetap mengikuti kurikulum yang
ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tetapi mengakomodir
kurikulumnya sendiri. Tono mengatakan bahwa di sekolah alam diharapkan
anak-anak belajar menjawab persoalan hidup sejak dini. Mereka diajarkan
kemandirian dan ketangguhan sejak dini. Salah satunya dengan mengadakan business day sekali dalam sepekan. Pada business day, anak-anak didorong untuk
menjual sendiri hasil (bumi/craft)
mereka. Hasil penjualannya disimpan dalam tabungan mereka masing-masing. Selain
itu, pengajaran keislaman juga diperhatikan dengan baik. Anak-anak diajak menghafal
1 ayat al-Qur’an setiap hari, demikian pula pendidikan akhlaknya.
Fasilitas outbound dan belajar dari alam |
Dalam brosur yang saya peroleh di Sekolah Alam Insan Kamil, ada 5 pilar “tempat” menyandarkan konsep sekolah:
- Pengembangan akhlak melalui keteladanan.
- Pengembangan kreativitas melalui kegiatan learning by games.
- Pengembangan logika dan daya cipta melalui experimental learning.
- Pengembangan kepemimpinan melalui metode outbound training.
- Pengembangan karakter mandiri melalui entrepreneurship games.
Alam yang masih asri di sekeliling sekolah |
Sebagian koleksi buku di perpustakaan |
Salah satu ruangan |
Keragaman potensi anak-anak amat diperhatikan dengan
mengoptimalkan seluruh potensi kecerdasan (dalam hal ini: multiple
intelligences) dan mengaplikasikan pendekatan Stifin untuk pola
pembelajaran anaki (agar stupid cost terminimalisir).
Selain itu, sekolah alam sangat memperhatikan kualitas
guru. Salah satu caranya adalah dengan mengharuskan guru-gurunya rajin membaca
dan mempresentasikan apa yang telah mereka baca.
Hm, menarik
juga. Mudah-mudahan ini salah satu model pendidikan yang sepertinya bisa
menjawab tanda tanya di benak banyak orang tua mengenai model pendidikan ideal
saat ini.
Makassar, 24 Maret 2015
Informasi lebih lanjut mengenai Sekolah Alam Insan Kamil, hubungi insankamilyq@gmail.com
Update: no Hp kepala sekolah (Bunda Lela) bisa dihubungi: 085217827238
Update: no Hp kepala sekolah (Bunda Lela) bisa dihubungi: 085217827238
Share :
anak-anak mengenal alam setiap hari ya di sekolah alam ini
ReplyDeleteIya Mbak
Deletejadi ingat waktu masih ngajar di sekolah alam :)
ReplyDeleteWiih pengalaman yang asyik itu Mbak :)
Deletekayak di sekolahku dulu,setiap guru harus banyak baca,setiap bulan harus setor satu buku yang dibaca hehe
ReplyDeleteDi tempat Mbak Hanna ngajar dulu? Wow keren
DeleteKeliahatannya enak yah sekolahnya.
ReplyDeleteIya. Adem :)
DeleteTemannya hebat dan membuat iri mbak niar.
ReplyDeleteHehehe iya Pak
DeleteSaya jadi penasaran sama konsep Sekolah alam ini mba Mugniar. Apakah sama atau mempunyai kemiripan dengan konsep Home Schooling?
ReplyDeleteBisa sama kalo diterapkan di rumah. Home schooling kan di rumah, diterapkan oleh orang tua sendiri kepada anak atau guru yang mengajar anak di rumah. Kalau sekolah alam ini, ya seperti sekolah biasa, yang anak harus pergi ke sana setiap hari sekolah :)
DeleteKerennya kak
ReplyDeleteSiapa? Saya?
Delete*plak*
:D
Saya sepertinya bakal tenang kalo menyekolahkan anak disini, suasananya jelas bersahabat dengan alam, sehingga anak-anak bisa belajar langsung dari alam itu sendiri.
ReplyDeleteKeren Mugniar, jadi pengen berkunjung kesana nih...
AYo Mbak Irma, ke Makassar lagi :)
DeleteYup..sekarang molai banyak sekolah2 alam di bandung juga..
ReplyDeleteMungkin biar fresh juga ya mak, hihihi ..
itu sekolahnya di atas, woow bener2 alam banget, rumah kayuu,..
ahhh mau balik lagi ke SD rasanya
Kenangan SDnya Mak Nchie pasti asyik sekali :)
DeleteSekolah alamnya kliatan sejuk ya...
ReplyDeleteIya :)
DeletePastinya menyenangkan sekali klo lingkungan sekolah seperti ini ya Mb Niar.
ReplyDeleteIya Mbak Uniek
DeleteTapi sekolah alam itu meski bangunannya kayaknya sederhana tapi bayarannya suka mahal mak.
ReplyDeleteMungkin karena harus membayar guru yang berdedikasi, Mb Ade. Kesejahteraan guru juga harus diperhatikan pengelola sekolah
Deleteinfonya kok tidak sesuai? nomor telpon yang diberikan keliru.
ReplyDeleteMaaf ya Pak, nanti saya carikan lagi. Waktu mau menulis tahun 2015 lalu, nomor itu yang diberikan kepada saya. Akan saya update di sini kalau sudah ketemu nomor barunya
DeletePak Asep, bisa hubungi no HP Bunda Lela, kepala sekolahnya: 085217827238
Delete