Yang
cukup menggelikan, Tika menyentil kebiasaan orang tua yang membolehkan
anak-anak mereka bermain dengan gadget
mahal tetapi ketika anaknya menjatuhkan atau menumpahkan cairan kepada gadget tersebut, marah-marahlah orang
tuanya, pakai teriak-teriak lagi.
“Orang
tua begitu, nggak oke banget. Siapa
suruh barang mahal dijadikan mainan. Buat anak itu hanya mainan. It’s just a toy! Kalau saya, mau saya
tambah-tambahin begini: ‘Ayo, Nak, dijatuhin lagi, kalo perlu didudukin Ipad-nya!’ Biar saja orang
tuanya gemas. Siapa suruh kasih anaknya main gadget,” kata Tika.
Sumber: blog Zilqiah: www.qiahladkya.com |
Cara
Tika ini unik, lugas dan tegas. Saya menangkap maksudnya adalah, agar gadget itu dipergunakan sesuai
fungsinya. Kalau kita membolehkan anak-anak bermain dengan gadget mahal lalu gadget itu
jatuh ya jangan marah, dong. Namanya anak-anak itu, kan ya begitu itu,
lari-lari ke sana ke mari, sruduk sana
sruduk sini. Barang mahal yang
diperbolehkan baginya sebagai alat bermain akan diperlakukannya sebagai mainan
yang bisa saja jatuh, bisa saja ketumpahan susu.
Penggunaan
teknologi informasi pada gadget di
tangan anak-anak kita, mendatangkan dampak pada perkembangan kognitif dan
psikologisnya:
Dampak
positifnya:
- Menggali potensi motorik
- Kebutuhan hiburan
- Meningkatkan minat belajar melalui e-learning dengan tersedianya aplikasi atraktif dan interaktif yang menyenangkan
Dampak
negatifnya:
- Pondasi filter yang belum baik menyebabkan banyak info yang masuk kurang diolah sehingga menimbulkan pemahaman yang salah.
- Paparan konten negatif dari website tertentu secara terus-menerus dapat menyebabkan perilaku negatif.
- Menimbulkan impulsivitas untuk memiliki teknologi terbaru tanpa tahu tujuan, manfaat, bahkan lebih parah lagi tidak tahu cara pakai dan tidak mau belajar (prinsip “yang penting punya”).
- Berpotensi menimbulkan adiksi/kecanduan apabila penggunaannya tidak diatur dengan cermat dan tanpa disiplin.
- Terganggunya perkembangan psikososial.
Contoh
bentuk kejahatan dengan pemanfaatan komputer/internet:
- Konten negatif yang berbahaya misalnya yang mengandung pornografi, konten SARA, dan info menyesatkan.
- Hati-hati dengan alamat kontak di internet, bisa saja jadi sasaran e-mail yang mengancam.
- Waspadai chatting dengan orang asing.
- Hati-hati dengan kemungkinan invasi data pribadi.
Hm, bagi yang bertanya-tanya mengenai pendidikan seksual itu seperti apa, psikolog kondang ini memaparkan bahwa diharapkan
dengan pendidikan seksual, kita dapat memahami hal-hal antara lain:
- Perspektif seksual dari sudut pandang budaya, antropologi, dan sosiologi.
- Nama, anatomi, dan fungsi organ reproduksi.
- Perubahan biologis, emosi, psikologis, sosial, saat masuk usia puber.
- Masalah gender dan fungsi seksual.
- Masalah akil baligh (menstruasi dan mimpi basah).
- Masalah hubungan seksual dan kehamilan.
- Alat-alat kontrasepsi.
- Energi seksual (melalui masturbasi dan onani).
- PMS (penyakit menular seksual) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
- Peran psikoseksual dan psikososial.
- Harapan dan nilai-nilai pribadi, orang tua, dan lingkungan (masyarakat dan agama).
- Masa depan adalah tanggung jawab pribadi.
- Penyimpangan perilaku seksual.
- Pekerja seks komersial.
Tika
mengingatkan, bila gap antara orang
tua dan anak terlalu besar maka internet akan berperan. Internet bisa menjawab
tanya anak. Padahal pertanyaan seputar pendidikan seksual sebaiknya dijawab
oleh orang tuanya sendiri.
Bagaimana sebaiknya orang tua
bersikap?
Orang
tua selayaknya menjadi teman diskusi anak, tidak menghakimi, dan membebaskan
anak memiliki teman sebanyak-banyaknya. Terkait dengan gadget, Tika menilai tak bijak orang tua menjauhkan anak dari gadget karena memang sekarang sudah
masanya. Seorang ibu yang sama sekali tak membolehkan anak-anaknya menyentuh gadget, dinasihatinya. Yang tepat adalah
membatas waktu penggunaan gadget dan
dampingi anak (jangan dibiarkan sendiri). Tak baik juga kan kalau anak-anak
kita dicemooh sebayanya karena mereka kudet atau kuper sendiri?
Orang
tua harus bisa membina komunikasi
asertif dengan anak. Komunikasi non asertif tidak akan membantu. Komunikasi
asertif itu adalah komunikasi yang jelas, langsung, dan tidak menyerang. Selain
itu, orang tua juga harus menjadi pendengar yang baik, dengan menjalankan active
listening.
Perkembangan
teknologi informasi mengharuskan anak dan orang tua sama-sama cerdas. Caranya:
- Letakkan perangkat online dan komputer di area publik di dalam rumah (jangan di dalam kamar).
- Gunakan software pengontrol seperti Nanny Chip atau Parent’s Lock.
- Orang tua tidak boleh gaptek!
Dalam
menggunakan komputer/gadget/internet,
individu harus matang secara emosional. Harus dewasa. Tapi ingat jangan juga
terlena membiarkan anak dengan gadget-nya
di dalam tempat tertutup. Ada penyakit yang bisa muncul ketika seseorang
terlalu lama berada di dalam ruangan tertutup, namanya Sick Building Syndromme.
Terakhir,
kesimpulan dari talkshow ini adalah:
- Jangan harap media akan berubah, kitalah yang harus punya filter.
- Orang tua, guru, dosen, harus melek teknologi.
- Orientasi teknologi akan terus berkembang.
Acara ini sangat mengesankan. Saya beserta Aida dan Zilqiah berkesempatan bersalaman dan berfoto bersama Tika Bisono. Mbak Tika ini orangnya ramah sekali. Ketika saya meminta alamat e-mailnya karena tidak sempat mencatatnya, ia malah memberikan saya kartu namanya. Terima kasih ya, Mbak Tika, juga terima kasih buat Bank OCBC NISP dan Tabloid Mom & Kiddie.
Makassar, 29 Juni
Selesai
Share :
Komplet banget infonya. saya juga termasuk emak-emak yang mem-protek anak-anak sama gadget. Takut mereka jadi anak yang gak bisa bersosialisasi dan mata cepet rusak.
ReplyDeleteIya Mak ya, anak2 memang seharusnya diproteksi untuk hal2 yang membahayakan
DeletePonakanku main hp kadang2, seneng mainan beneran dia. Ttg pelajaran seksual, kadang saya ingetin ttg bagian tubuh yg gak boleh dipegang org lain
ReplyDeletepelajaran sex juga harus diberikan sejak kecil ke anak-anak sesuai umurnya ya mbak
ReplyDeleteSetuju mbak, orang tua harus paham internet agar bisa ngawasi kegiatan anak-anaknya, terutama ibu nih karena orang yang peling dekat dengan mereka.
ReplyDeleteMakasih infonya, keren nih acaranya :D
Software pengontrol itu penting sekali ya, Mbak. Di samping komunikasi yang baik antara orangtua dan anak tentunya :)
ReplyDeletesangat bermanfaat...terima kasih...
ReplyDeleteSetuju sekali, lebih baik anak terbuka tentang segala pertanyaan seputar seksualitas kepada orang tuanya agar mereka mendapatkan jawaban yang tepat, dari pada harus browsing atau tanya pada teman-temannya yang jawabannya belum tentu benar.
ReplyDeleteAssalamualaikum mbak mugniar, saya suka sekali dengan isi artikel disini. Kadang sy memang berlebihan jika bertindak sebagai orangtua bagi adik2 saya. Tp sy akan jauh lebih khawatir jika sampai kecolongan dg perkembangan psikir atau motorik mereka. Terima kasih informasi nya, salam kenal dari Jawa Timur :)
ReplyDelete