Tulisan pendahulu dari tulisan ini bisa di baca di sini
Ruangan
Sandeq dipenuhi orang-orang berpakaian merah atau bernuansa merah. Red was the dress code of this event. Mereka duduk di
meja-meja bundar yang tersebar di dalam ruangan itu. Hanya sedikit orang yang
duduk di kursi-kursi tanpa meja yang ditata beberapa saf di bagian belakang.
Saya duduk
di sebuah kursi kosong, setelah meminta izin kepada seorang perempuan yang
duduk di sebelahnya. Di panggung, MC dan beberapa orang bank mengumumkan
mengenai program-program promo berhadiah yang sedang diselenggarakan bank itu.
Saya
mengedarkan pandangan. Tak ada orang yang saya kenal di ruangan ini. Zilqiah
masih dalam perjalanan dari rumahnya di Sungguminasa. Ia harus mengurus bayinya
– Dede Aco terlebih dulu. Dede Aco ini usianya baru kira-kira sebulanan.
Saya
baru akan membalas SMS dari Aida ketika tiba-tiba Aida muncul di hadapan saya.
Ternyata Aida duduk di kursi tanpa meja yang ditata beberapa saf di deretan
belakang. Saya tak melihatnya tadi. Saya pun membereskan peralatan, berpindah
tempat duduk di sisi Aida.
Akhirnya
tiba juga acara yang ditunggu-tunggu. Sesaat setelah MC mempersilakan Tika
Bisono, psikolog kondang itu segera menjadi pusat perhatian seluruh peserta talkshow. Sosok yang enerjik dan
interaktif ini tak mau hanya berada di atas panggung. Ia turun ke area hadirin
dan selama sesinya, ia aktif bergerak, melakukan kontak mata, dan berkomunikasi
aktif dengan para peserta. Tak berlebihan kalau saya mengatakan sesi talkshow ini menjadi hidup dan tak
membosankan padahal pesan yang disampaikannya sarat sekali.
“Ada print out untuk pesertanya?” tanya Tika
pada panitia.
“Tidak
ada,” yang ditanya segera menjawab.
Yaaaaa
L
“Ah,
pelit banget, sih. Mestinya ada buat
peserta! Yang bawa flashdisk nanti bisa minta materi ini, ya,” begitulah Tika.
Sepanjang sesinya, walaupun senang bercanda, ia juga berbicara dengan lugas.
Saat memulai materinya pun ia mengingatkan para ibu yang sibuk bekerja di
kantor, “Sibuk di kantor, harus sibuk juga sama anak. Siapa suruh punya anak!”
Tika kemudian menekankan pentingnya membangun komunikasi asertif dengan anak.
Di
abad 21 ini, persaingan global menuntut seseorang memiliki kompetensi dalam 12
bidang. Apakah anak-anak kita memiliki kompetensi dalam bidang-bidang tersebut?
Ke-12 bidang itu adalah:
- Berpikir kritis
- Teknologi informasi
- Kolaborasi
- Inovasi
- Kesehatan
- Perekonomian pribadi
- Tanggung jawab
- Keanekaragaman
- Kewirausahaan
- Kemampuan
- Pengetahuan kebangsaan (termasuk juga kemakassaran dan keindonesiatimuran)
- Isu-isu ekonomi dalam perekonomian global
Terkait
perkembangan teknologi, teknologi yang secara fiosofis diciptakan untuk
membantu kehidupan manusia dan pada hakikatnya bersifat netral, dalam situasi
sekarang mengalami pergeseran makna. Pengaruh positif dan negatif yang timbul
dari perkembangan teknologi tergantung dari kearifan individu dalam
memanfaatkannya. Akan tetapi yang terjadi adalah teknologi disalahkan atas
dampak-dampak negatif yang muncul kemudian, bukannya manusia yang
menggunakannya.
Sebuah
riset dari Dr. Hanz Zimmerl (terapis Australia) menunjukkan bahwa 40% dari 200
juta pengguna internet di dunia mengalami kecanduan internet. Sement ara itu,
anak-anak kita semakin fasih teknologi. Ironisnya, banyak orang tua, guru,
pembimbing yang gaptek (gagap teknologi), tidak peduli, dan memilih untuk tetap
gaptek.
Tika
menekankan bahwa gadget dan teknologi
hanyalah sekadar alat bantu manusia, untuk mempermudah manusia. Bila
pandai-pandai menyimak talkshow ini,
peserta disentil dengan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang zaman ini, yang
harus dikoreksi, seperti:
- Gadget menjadi begitu istimewanya sampai dibawa tidur. Sebelum tidur dan bangun tidur, langsung melihat gadget.
- Punya gadget yang berteknologi paling mutakhir tapi fitur yang dipergunakan minim, tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin (kenapa tidak pakai yang biasa-biasa saja?)
Makassar, 28 Juni 2015
Bersambung
Share :
memang benar sekali bahwa gadget yang dimiliki lebih banyak digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merugikan
ReplyDeleteKeren pengalamannya kak. Suka dengan kutipan ini “Sibuk di kantor, harus sibuk juga sama anak. Siapa suruh punya anak!”
ReplyDeleteSemoga memotivasi orang tua untuk lebih semangat menjaga dan mendidik anak-anaknya di era yang semakin maju ini :)
Hmm menarik. 12 bidang kemampuan menjadi kompetensi Yg harus dibekalkan pada anak.kadang sebagai orangtuanya, kita sulit menanamkan hasil tsb secara bertahap
ReplyDeleteNice postess
sangat inspiratif. setidaknya memberi bekal buat saya yang belum punya anak untuk mempersiapkan diri menjadi ortu yang canggih *halah
ReplyDeleteBener tuh gadget udah jadi barang yang sangat istimewa sebelum dan sesudah bangun tidur pasti jadi yang pertama dicari
ReplyDeleteTFS mak, jadi diingatkn nih
ReplyDelete