Tiba-tiba
saja kangen dengan suasana saat masih kuliah dulu. Pas sekali, Ahad 20 Juli
itu, saya sangat “available” untuk
hadir di Gedung Futsal PT. Telkom, tempat alumni Fakultas Teknik (FT) UNHAS
mengadakan pertandingan persahabatan antar angkatan. Pilihan kegiatan yang
sangat maskulin ya. Jelas saja, fakultas ini memang “cita rasanya” maskulin.
Tak mungkinlah kegiatan alumni FT, diselenggarakan lomba merangkai bunga J.
Kalau
dengan suami, saya sering mengobrolkan berbagai hal tentang FT. Kami berasal
dari fakultas dan jurusan yang sama (jurusan Elektro). Hanya beda angkatan. Saya angkatan 92, si
Bapak angkatan 88. Jadi, hari itu saya bilang kalau pengen lihat alumni FT main futsal. Ingin tahu, apakah kelakuan
mereka masih kayak dulu? Kalau kata suami saya, sih: masih. Tapi saya ingin
membuktikannya sendiri.
Maka,
datanglah saya bersama suami dan dua anak kami yang terkecil ke Gedung Futsal.
Karena tibanya siang, setelah zuhur, Gedung Futsal itu sudah dipenuhi banyak
orang. Sebagian besar laki-laki. Perempuan hanya segelintir. Tetapi di antara
cewek-cewek FT yang hadir, tak ada seorang pun yang saya kenali karena
kebanyakan mereka masuk FT beberapa tahun sebelum saya atau bahkan jauh setelah
saya.
Selama
di Gedung Futsal, saya duduk-duduk saja. Mengamati dan bernostalgia akan banyak
hal yang berkesan selama kuliah dulu. Sekarang baru saya sadari, masa itu
mengajarkan saya satu hal penting yang menjadi senjata ampuh dalam menjalani
kehidupan, yaitu: KETANGGUHAN. Masa selama hampir 5 tahun itu, bagi seorang
gadis pemalu dan kuper (saya) di dalam kampus yang maskulin ikut andil dalam
mengajarkan satu jenis keterampilan hidup itu dan beberapa hal lainnya.
Alumni
yang datang berasal dari berbagai angkatan. Mulai dari angkatan 80-an sampai
2000-an. Saya masih mengenali wajah-wajah beberapa orang dan bertegur sapa
dengan beberapa orang yang masih mengenali saya.
Kak Danny Pomanto (paling kanan) di lapangan futsal |
Kak Danny memberikan sambutan |
Saat
Kak Danny Pomanto – alumni Teknik Arsitektur datang, ia didaulat mengganti
bajunya dengan baju futsal. Kak Danny yang juga walikota Makassar ini mendadak
jadi pemain futsal, bergabung dengan tim “PNS” (pegawai negeri sipil). Kalau
biasanya digelar pertandingan antar angkatan, khusus kali ini diadakan pertandingan
futsal antara tim PNS melawan tim “Pegawai Swasta”. Ketika tendangan gol
berhasil disarangkan Kak Danny ke gawang lawan, riuh tepukan tangan terdengar
dari berbagai sudut.
Selama
kurang lebih satu setengah jam di sana, saya merasakan atmosfer yang mirip
dengan masa-masa di kampus dulu. Tabiat khas anak-anak Teknik masih terlihat
hanya saja kini mereka jauh lebih dewasa. Pembicaraan yang ada menyangkut
tema-tema yang visioner untuk kepentingan bersama dalam membangun Makassar.
We Are the Champions, by Queen
Acara
hari ini informal tapi visinya jelas: untuk
membangun akumulasi melalui aliansi berbagai kekuatan alumni FTUH bagi
pembangunan Makassar. Kak Danny
menyampaikan hal itu usai pertandingan persahabatan.
“Kehebatan
‘insinyur’ (IR) adalah mentransformasi ‘imajiner’ (I) menjadi ‘riil’ (R). Kita
butuh akumulasi. ‘Satu Teknik’ itu kekuatan besar (untuk membangun Makassar).
Silaturahmi ini diharapkan membangun akumulasi melalui aliansi untuk menghadapi
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),” ujar Kak Danny.
Kak
Danny mengingatkan bahwa Makassar adalah central
point. Akumulasi dari berbagai elemen alumni FTUH bisa menjadi kekuatan
besar. Hendaknya para alumni segera mengurus sertifikasi sebelum MEA
berlangsung. Dan sekiranya memiliki aspirasi, dipersilakan menyampaikannya. Kak
Danny juga mengumumkan acara pada malam harinya: Satu Teknik, 1000 Alumni untuk
Makassar di Jalan Amirullah, di sebuah gedung miliknya.
Usai
berbincang santai, menggema “lagu kebangsaan” anak-anak FTUH: We Are the
Champions yang dinyanyikan oleh Queen. Lagu ini punya kesan tersendiri. Waktu
Opspek dulu, kami wajib menghafalnya. Setiap hari kami diperdengarkan lagu ini.
Lagu yang mampu mengobarkan semangat kompetisi memasuki masa perkuliahan.
Kuliah adalah hal yang sama sekali berbeda dari sekolah di bangku SMA. Kalau
tak siap dan tangguh, tak semua orang bisa menyelesaikan kuliahnya.
Dan
sebenarnya seperti itu pula kehidupan ini. Kesiapan dan ketangguhan diperlukan
dalam menjalani berbagai tantangan hidup. Walau kini tak bergelut dalam dunia engineering, banyak hal yang saya
pejalari semasa kuliah amat bermanfaat dalam menjalani kehidupan. Tak ada yang
sia-sia selama kita mengambil hikmah pada setiap proses yang dilalui.
Makassar, 27 Juli 2015
Share :
Suami saya juga anak elektro #gakadaygtanya :D
ReplyDeleteOya? Kirain dari IT, Mbak .... kayaknya pernah baca di mana ya ... di blognya Mbak deh, kalo tidak salah
Deletewihh kak niar nonton langsung yaa..
ReplyDeleteyang juara 1nya ini teman-teman saya kak :)
saya taunya pas liat mereka pada rame upload piala juara1. heheheh
Angkatan 99? Wuih, saya malah nda tahu. Belum selesai acaranya, saya pulang mi. Btw, selamat yaa
DeleteMantaap tulisannya, mewakili sebagian isi hati yg tak biisa sy ungkap menjadi tulisan serapi tulisan ini ... "Keep Fighting Till The End", tabe'
ReplyDeleteTerima kasih Aam .... keep on fighting till the end
Deletemestinya bilang ki sama pak wali, lomba blog Makassar dulueee.. hihihihi *apa2 ujungnya lomba blog*
ReplyDeleteMudah2an beliau baca komen ini .... karena sebenarnya saya juga berharap demikian :D
Deletenice post gan
ReplyDeleteTerima kasih, Gan
DeleteMaskulin banget. Saya pernah diterima, tapi nggak berani ambil.
ReplyDeleteKehebatan ‘insinyur’ (IR) adalah mentransformasi ‘imajiner’ (I) menjadi ‘riil’ (R). Sekarang alumni FT masih Ir atau sudah semua menjadi Sarjana Teknik?
Sudah lama jadi ST :)
DeleteWah, bahas tentang asean juga ya, bun. Kalau bersinergi memang akan menghasilkan kolaborasi yang bagus ya.
ReplyDeleteIya Ila ... malah katanya "akumulasi" - dengan berakumulasi, harapan pak wali bisa lebih dahsyat daripada bersinergi
DeleteMbak alumni elektro yaa, keren, padahal feminim banget yaa. Jadi ngebayangin mbak bergelut ama kabel2, hehe. Btw, anak teknik tu keren lho.
ReplyDeleteSaya merasa kurang feminin malah Mbak, saya terlalu "apa adanya", tidak bisa dandan, hehehe
Delete"Tak ada yang sia-sia selama kita mengambil hikmah pada setiap proses yang dilalui". setuju mbak :)
ReplyDeleteSiip ... toss, Mbak Eva
DeleteSaya 5 tahun mbak kuliah di teknik, 3 tahun D3 dan jalan 2 tahun saat ekstensi s1. Rasanyaaaa.....luar biasa pengalaman berharga.
ReplyDeletePengalaman yang khas ... insya Allah bermafaat pengalaman itu kan Mbak Titis? :)
Delete