Tulisan kedua dari Pelatihan Blogger dan Menulis Reportase di Media Sosial yang diselenggarakan oleh BRId (Blogger Reporter Indonesia) bekerja sama dengan PWI (Persatuan Wartawan) Sulawesi Selatan. Baca juga tulisan sebelumnya: Blogger Bisa Menjadi Profesi yangMenjanjikan.
“Kemampuan
teman-teman blogger membuat konten marketing
menjadikan posisinya layak di mata perusahaan,” ujar Mas Hasmi. Kemampuan
blogger yang seperti apa yang disukai oleh perusahaan sehingga ia sering di-hire oleh perusahaan? Mas Hasmi kemudian
memaparkan hasil analisanya:
- Konten bergaya strory telling. Nah, model yang menulis dengan gaya seperti ini sedang dicari di dunia digital.
- Penjiwaan tulisannya kuat. Emosi bisa masuk sehingga orang mau bertahan menatap layar komputer.
- Pintar menyesuaikan platform dengan konten yang dibuat. Menuliskan user experienced dan dilengkapi ilustrasi (foto dan video).
Mengapa
tulisan bergaya story telling disenangi
perusahaan dan diburu agensi (pihak yang menghubungkan perusahaan dengan blogger)?
Karena adanya penelitian yang menyebutkan bahwa 72,6% iklan dengan gaya seperti
itu menarik.
Ada
beberapa hal yang membedakan (pewarta) media mainstream dan blog:
- Mainstream à menggunakan konsep nonfiksi dengan bahasa apa adanya (menghasilkan tulisan hard news atau straight news yang kita baca di koran-koran).
- Blog à irisan dari tulisan nonfiksi dan fiksi. Dalam menulis ala blogger, digunakan teknik menulis nonfiksi yang digabungkan dengan teknik-teknik menulis fiksi (misalnya nih, dengan mendeskripsikan suasana, tempat, dan perasaan dengan cukup detail).
Namun
demikian unsur-unsur 5W1H (who, what, where, when, why, dan how) dan verifikasi
tetap sama-sama penting untuk media mainstream
dan blog.
Kalau
dirinci lagi, tulisan blogger yang menarik itu adalah yang memiliki ke-5 poin
berikut:
- Ada ide.
- Ada plotting.
- 5W1H dengen user experience.
- Riset.
- Keyword (untuk keperluan SEO).
Bagaimana
tulisan yang bergaya “efektif”? Menurut Mas Hasmi, dalam dunia blogging, tulisan seperti itu kaku
sifatnya, orang hanya membacanya sekilas.
Selain
gaya menulis yang menjadikan kelebihan blogger di dalam dunia “digital marketing”, blogger pun memiliki
kelebihan lain, dalam hal “kaidah reportase”. Kaidah reportase ala blogger
adalah:
- Twit (pada saat event berlangsung).
- Posting (menulis dan mengunggah di blog).
- Disebar (melalui media sosial).
Menyinggung
“twit”, Mas Hasmi menceritakan mengenai seorang blogger spesialis cerita horor.
Blogger ini sekali nge-twit bisa
dibayar lima ratus ribu rupiah. Besar, yah? Serius, lho itu. Pernah dengar
istilah “seleb twit”? Seleb twit itu maksudnya adalah celebrity dalam dunia Twitter. Seleb twit memiliki follower yang banyak sekali. Seleb
twit biasa dipakai perusahaan untuk menjadi buzzer, untuk beriklan melalui akun media sosial mereka. Blogger sangat
mungkin menjadi seleb twit dan
menjadi buzzer. Eh, jangankan seleb twit, saya saja yang jumlah follower Twitternya masih dua ribuan sudah
pernah ditawari jadi buzzer, lho. Tentu
saja bedalah bayarannya dengan seleb twit itu.
Kalau masih ecek-ecek kayak saya ini, bayarannya
pasti jauhlah di bawah angka Rp. 500.000.
Asyiknya
blogger, ia bekerja mandiri. Tak ada yang bisa menyuruh blogger menurunkan postingan blognya, kecuali melalui
pengadilan. Mengenai
etika yang harus dipatuhi, Mas Hasmi berpesan, “Jika jadi wartawan, ikutilah
kaidah jurnalistik. Jika jadi blogger, ikutilah kaidah ‘Google’.”
Hm, jadi ... kalau mau serius jadi blogger
profesional mesti belajar SEO yang nota bene ‘kaidah Google’, ya ...
Seorang
peserta pelatihan yang berprofesi sebagai wartawan, membutuhkan waktu cukup
lama untuk diberi penjelasan (mulai dari para admin BRId hingga Pak Ismail Asnawi - Ketua Bidang Pendidikan PWI Sul Sel) mengenai aturan yang berlaku dalam dunia blogging. Kan dalam dunia kewartawanan
ada Kode Etik Jurnalistik yang punya dasar hukum. Lalu bagaimana dengan blogger?
Aturan apa yang mengikatnya? Saya koq menangkapnya, bapak itu mengira kebebasan
blogger itu tanpa batas, ya?
Kode
etik dunia blogger, menggunakan ancaman UU ITE. Kuncinya jangan serang pribadi orang sehingga menimbulkan risiko. Atau
dengan kata lain, kuncinya adalah: kehati-hatian. Semuanya ditanggung sendiri.
Kalau ada apa-apa, risiko ditanggung sendri. Kalau ada masalah hukum, blogger
berurusan dengan bagian Cyber Crime di
Kepolisian RI. Jangan menganggap wartawan dan blogger berada pada posisi yang
berlawanan. “Blogger dan media mainstream ibarat telur rebus, kuning
dan putihnya. Saling melengkapi,” indah sekali ungkapan yang dilontarkan
Mas Hasmi.
Tuh kan, Pak ... tak ada di dunia ini
kebebasan yang tak berbatas. Sejak sekolah dasar kita diajari bahwa hak seseorang itu berbatasan dengan hak
orang lain dan juga bahwa kebebasan
yang kita punyai hendaknya dijalankan secara bertanggung jawab. Tak ada
alasan untuk kebablasan dalam menunaikan hak pribadi atau dalam berkebebasan :)
Makassar, 16 Sepember 2015
Masih bersambung ya temans, masih ada cerita
tentang DR. Rully Nasrullah alias Kang Arul. Doktor pertama bidang Cyber Media yang juga blogger (ngeblog sejak akhir tahun 90-an) ini juga
berbagi dalam pelatihan ini. So, jangan
ke mana-mana yaaa friends ... Maaf, bukan sok bikin teman-teman penasaran tapi postingan ini sudah terlalu panjang. Katanya salah satu "tip" menulis di blog adalah, jangan menulis terlalu panjang, nanti yang baca ndak fokus. Percuma kan kalo bacanya ndak betah, hehehe. See you :)
Share :
Etika google pernah baca juga, tapi belum terlalu paham ... baru tahu gaya story telling disukai. Terima kasih.
ReplyDeleteBelajar saja pelan-pelan, Mbak. Saya juga belajar pelan2. MAlah saya rasa, kalau ada tambahan pengetahuan ttg SEO sedikiiiit saja, terasanya yg saya tdk ketahui semakin banyak. JAdi saya tidak mau terlalu mikirin SEO, sambil jalan saja. Bisa stres soalnya :))
Deletetulisannya bagus bgt Mak..
ReplyDeletemakasih udah sharing :)
Terima kasih sudah mampir ya, Mak :)
DeleteUntuk menjadi blogger yang baik harus belajar banyak ya mak. Ga cuma harus pintar merangkai kata tapi juga harus ngerti tentang SEO dll.
ReplyDeleteKapan ya ada pelatihan seperti itu dikotaku?*ngarep*
Kata para pakar, begitu, Mak. Kalau soal SEO saya masih belajar, baru tahu sedikit2. Makin sedikit tahu, makin nyadar kalo yang saya belum tahu banyak sekali. Kadang2 bisa stres sendiri dengan SEO hehehe.
DeleteNah, BRId ... kapan bikin di kota2 lain? :)
Asyiknya jadi blogger, lebih leluasa dalam menulis sesuai dengan gaya masing-masing.
ReplyDeleteBenar, Mbak Ety
DeleteMasih nunggu kelanjutannya mbak
ReplyDeleteSudah ada, Mbak. Terima kasih sudah mampir :)
Deletewah jadi story tellong yang lebih disukai sekarnag ya mbak, makasih sharingnya
ReplyDeleteSeperti model tulisan Mbak Lidya juga itu, banyak yang suka, Mbak :)
DeleteIni nih tipsnya yg saya nantikan :)
ReplyDeleteIya ya kita kudu hati-hati banget meski di dunia blog.
Seperti kata Pakdhe, ngeblog enak tapi jgn sak penake.
Iya Mbak. Namun kadang batasannya bisa beda2 juga ternyata
DeleteTulisan Niar ini enak banget dibaca. Walau yg disampaikan masalah teknis namun dengan gaya story telling, jadinya betah baca dari awal sampai akhir. Emoga admin Brid menularkan ilmunya ke seluruh Indonesia. Amin :)
ReplyDeleteAamiin ... mudah2an admin BRId pada mau ke kota2 lainnya ya Kak Evi :)
DeleteSemoga nantinya saya bisa menulis lebih baik lagi :)
ReplyDeleteAamiin. Saya juga punya harapan bisa menulis lebih baik
DeleteCateettt.... Makasih banyak sharingnya, Mak. Dan ungkapan bagaikan telur rebus itu memang indah, hehe :)
ReplyDeleteIya Mak, saya suka ungkapan itu :)
DeleteBatasan postingan panjang dan pas dibaca itu berapa sih mak?
ReplyDeleteKalo menurut saya, sih .... sekitar 500 kata. Tapi kadang2 jg saya sampe lebih. Cuma menurut perasaan saya, lebih enak membaca kalau tulisan di sekitar 500 kata. Di atas itu bisa kurang fokus. Tapi bisa beda sih kalo saya lagi butuh info dari sebuah tulisan. Biarpun panjang, saya pelototi juga
DeleteLebih suka cara nulis bloogger bisa nuangin opini pribadi
ReplyDeleteBiasanya lebih asyik membaca opini khas masing2 orang ^^
DeleteKehati-hatian dalam berkata-kata memang hrs selalu dijaga bukan cma di dunia nyata, di dunia maya jg memang perlu dipertimbangkan. Jd takut klo inget kasus2 di medsos cma dr tulisan.
ReplyDeleteThanks ats sharng infonya... :)
Kadang2 kita sudah hati2 tapi bisa saja ada perbedaan persepsi, Mbak. Menurut kita dan sebagian orang no problem. Untuk sebagian orang lagi "it's a problem" .... nah, nemu yang kayak gini yang susah.
Deletekeyword jg perlu y mak niar
ReplyDeleteya ya ya *manggut manggut
tengkiu infonya ya mak, ditunggubkelanjutannya, penasaran
Hiks, saya masih belum mementingkan itu, Mak. Suka bingung. Kalo mau mikir keyword, kebebasan berekspresi jadi terhalangi karena sibuk mengurus keyword.
DeleteWah asyik ya acaranya...coba di Bandung ada :D
ReplyDeleteHayo Admin BRId, kapan ke Bandung? :))
DeleteUlasan yang menarik dan cukup detail, menjadi pencerahan pastinya. Sebelumnya, saya kurang begitu memperhatikan keyword. Dan, setelah membaca sana-sini mulai mempelajarinya :D
ReplyDeleteKalau sudah paham, ajari saya yah :D
Deletemasih belum paham sama keyword yang dipake buat seo :l
ReplyDeleteSama -_-
Deletepengin ngikutin jejak mak keren satu ini yaaa blogger, jurnalis n buzzer...sipo kan ? hehehehe
ReplyDeletestrory telling yang cakep, penjiwaan tulisan yang kuat dan lainnya yang dibutuhkan untk jd blogger profesional belum saya miliki mbak..makanya nggak pernah menang ikutan give away hahaha....hemm perlu terus mengasah diri nih hehe...trims mbak :)
ReplyDeletetulisannya mencerahkan, iya blogger dengan story telling kuat lebih disukai pembaca n brand
ReplyDeleteAlahamdulillah dapat wawasan baru tentang ilmu pelatihan.!!
ReplyDeleteterima kasih mbak atas ilmunya.!
kapan kapan mampir dong di daerah kami. hehe
semoga sukses :)