Tanggal 17 – 18 November kemarin saya menghadiri Festival Forum KTI (Kawasan Timur Indonesia) yang diselenggarakan oleh BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) di Hotel Aston. Rencananya saya akan membuat tulisan berseri. Inilah bagian pembukanya.
Graphic recorder adalah salah satu profesi kreatif
keren abad ini. Deni Rodendo, orang di foto ini, adalah pelopornya. Saya sudah
beberapa kali melihat karyanya di televisi dan di Youtube. Pertama kali melihat
orangnya pada acara ulang tahun BaKTI tahun 2014 lalu. Ketika itu Deni Rodendo
tampil sebagai salah seorang inspirator yang menceritakan proses kreatif dan prosesnya
memantapkan diri dalam bidang graphic
recorder.
Deni Rodendo sedang merekam Festival Forum KTI hari pertama ke dalam gambar |
Tiga gambar pertama yang dihasilkan Deni Rodendo |
Usai
rehat siang pada hari pertama Festival Forum KTI, secara tak sengaja saya
melihat Deni Rodendo sedang menggambar di sebuah meja di belakang kursi peserta
festival. Waah, Deni Rodendo, lelaki yang tinggal di Tangerang ini datang lagi
ke Makassar! Tiga gambar yang sudah digambarnya ditempel di dinding di belakang
tempat ia berdiri. Ia tengah mengerjakan gambar keempatnya.
Setelah
mengambil tempat di dekat teman-teman aktivis LeMina (Lembaga Mitra Ibu dan Anak), saya meletakkan tas. Belum ada
tanda-tanda acara akan dimulai. Saya mengeluarkan gadget dan berjalan ke arah belakang, menuju meja tempat Deni Rodendo
beraktivitas. Saya berdiri, berjajar dengan tiga atau empat orang lelaki yang
tengah memperhatikan Deni bekerja. Beberapa menit kemudian, saya asyik
mengagumi dan memotret Deni beserta hasil karyanya.
Gambar ke-2 Deni Rodendo yang bercerita tentang hari pertama Festival Forum KTI |
Gambar ke-3 Deni Rodendo yang bercerita tentang hari pertama Festival Forum KTI |
Pada
foto ini, Deni Rodendo tengah menuangkan pelaksanaan Festival Forum KTI BaKTI pada
hari pertama ke dalam gambar-gambar. Luar biasa, saya salut sekali dengan
kebisaannya. Tak mudah, lho melakukannya.
Seorang
graphic recorder harus mampu menangkap makna holistik
(keseluruhan) dari kegiatan/keadaan yang diamatinya. Dalam forum ini,
banyak orang yang tampil berbicara di panggung. Sebagai graphic recorder, Deni harus memahami
apa yang dibicarakan orang-orang itu. Dia juga harus memahami benang merah dari orang-orang
atau tiap sesi dalam event ini untuk
kemudian menuangkannya ke dalam gambar. Gambar-gambar itulah yang
nantinya akan bercerita kembali, menembus waktu hingga segala rona di atasnya
pudar. Dengan melihat gambar-gambarnya, siapa pun yang tidak mengikuti Festival
Forum KTI 2015 di hari pertama (diharapkan) bisa mengetahui apa saja yang
terjadi selama event berlangsung.
Kamu
mungkin pernah melihat bentuk lain dari graphic
recorder. Itu, lho ... video yang menayangkan proses pembuatan gambar yang
bercerita. Suara narator membantu penonton memahami isi gambar melalui naskah
pesan yang dibacakannya. Di video itu yang
diperlihatkan hanya proses menggambar dan sepotong tangan yang sedang
menggambar. Saat ini bentuk demikian sudah lazim menjadi media promosi
perusahaan ataupun media penyampai pesan dari instansi pemerintah.
Foto-foto
Deni Rodendo itu saya posting di
Facebook. Tak dinyana, melalui postingan itu,
saya berkenalan dengan seorang perempuan, yang juga seorang graphic recorder Dita Garnita namanya.
Mbak Dita ini membaca dan nge-share status
berikut foto-foto yang saya upload. Begitu
mengetahui Mbak Dita sebagai graphic
recorder saya mengunjungi dan mengagumi gambar-gambar karyanya. Eh, bahkan
anak Mbak Dita yang bernama Danta juga tertarik menggambar ala graphic recorder, lho. Ini, nih yang
orang bilang “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”.
Mengamati
gambar-gambar mereka, tak henti-hentinya saya takjub karena mencoba membayangkan,
bagaimana kerja otak seorang graphic
recorder ya?
Bayangkan, dalam tempo cukup singkat, selama acara berlangsung yang durasinya bisa hanya 2 - 6 jam (blogger saja yang hanya menulis, tidak harus menggambar seperti ini, suka "late post", kegiatan kemarin dipostingnya 1 - 2 minggu kemudian. *Ayo, blogger "late post" ngacung, ikuti saya! wkwkwk*), seorang graphic recorder harus mampu:
- Menggambarkan apa yang sedang dan baru saja berlangsung.
- Mengolah semua informasi yang masuk sampai jadi gambar.
- Memilah-milah dari semua informasi yang ada, mana yang harus digambar.
- Mencukupkannya full satu, dua, tiga, atau empat halaman, dan seterusnya. Tak lebih, juga tak kurang (hanya setengah halaman misalnya).
- Berusaha membuat gambarnya komunikatif bagi pembacanya. Graphic recorder tak boleh bertindak seperti pelukis yang semau-maunya melukis, membuat orang yang mencoba meraba-rama apa makna lukisannya. Gambar yang dibuat oleh graphic recorder harus bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau orang sampai salah mengerti berarti dia tidak capable.
Yang bisa menggambar banyak. Yang bisa jadi graphic designer banyak. Tapi yang bisa jadi graphic recorder tidak banyak. Jadi graphic recorder itu butuh kecerdasan tersendiri. Sungguh sebuah profesi yang keren.
Makassar, 20 November 2015
Setelah ini, insya Allah saya akan
menulis tentang inspirasi dari Kawasan Timur Indonesia. Ada banyak kisah
mengharukan dan membanggakan yang saya simak di Festival Forum KTI, di
antaranya dari “para pahlawan yang bekerja dalam diam”.
Share :
oh, ini toh jawaban saya waktu ngeliat video itu. Saya suka gambar, tp ternyata kalau gak dilatih jadi jelek juga.
ReplyDeletePasti banyak yang sudah lihat videonya tapi belum ngeh kalau itu digambar oleh graphic recorder :))
Deletewah luar biasa ya kak niar, hadeuh saya blogger late post :)
ReplyDeleteHihi sama dong kita .... toss! :D
DeleteKalo begini sih, nyerah saya Bu, Keren banget. Ini sama ya dengan yang iklan iklan pemerintahan yang graphcnya bergerak itu?
ReplyDeleteYup, Anda benar. Gambarnya seolah-oleh bergerak :)
Deleteaku suka banget nonton video kayak gini
ReplyDeleteSama, Mas Huda. Saya juga suka.
DeleteKeren artikelnya...ditunggu karya yang lain...
ReplyDeleteSalam:
www.nurterbit.com
Terima kasih kunjungan ta', Daeng.
DeleteKe Kuliner Fest yuk kak.. besok di Balaikota
ReplyDeleteGratiskah, Vit?
DeleteKalo gratis, boleh juga bela-belain ke sana
*Plak*
owh...kayak komik ya mbak. sayang saya ga bisa lihat videonya. nungguin ah kabar dari mbak niar tentang pahlawan dalam diam.
ReplyDeleteMirip Mbak. Cuma kalo yang ini, bisa saja dalam satu kertas itu semuanya saling terkait dan percakapannya tidak ditulis di atas kertas.
Deletewah..keren yaa..
ReplyDeletedulu saya malah kira itu sambil ngomong, sambil gambar, sambil direkam juga wkwkwkwk..
kalau mas Deni jadi blogger ini sudah dipastikan gak ada postingan yang telat. Mungkin sambil kopdaran, sambil sekalian reportasenya juga :D
Btw, selalunya ada acara bagus setelah saya ndak ada disana. Ckckckck...
Direkam suaranya? Hehehe bukan.
DeleteHihi iya, Mas Deni mungkin bisa menghasilkan banyak tulisan dalam sehari ya
Dulu waktu SD suka bikin ky gini dengan mudahnya ..
ReplyDeletesekarang mlh jadi enggak bisa gambar.. Hahaha
Ayo dilatih, Kang. Siapa tahu bisa jadi graphic recorder juga. Bagus tuh, bisa jadi blogger yang sekali2 terima tawaran job review, kemudian bisa jadi graphic recorder juga
Deletewew keren banget gambare
ReplyDeleteBetul sekali Mbak Susan
DeleteCuma bisa angguk dan geleng deh. Ckckckc, angkat tangan kalo disuruh bikin gambar kaya gini.
ReplyDeleteSama dong, dengan saya, Mbak Anisa
DeleteKayak perpaduan infografis sama komik ya mak? Keeeennn
ReplyDeleteOiyaya ... benar, Mak :)
Deletekerennya pake banget
ReplyDeleteBenar pake banget, Mak ^_^
DeleteKeren-keren gambarnya :D
ReplyDeleteSebenere aku nggak suka komik, tp gambar2 kaya di atas, seneng bacanya
ReplyDeleteKarena keren, ya, Jiah
DeletePekerja seni yang tidak hanya harus bisa gambar dan berimajinasi, tapi juga dikejar deadline ketat. Keren.
ReplyDeleteDan harus cerdas :)
Deletekeren tulisannya mba mugniar maupun gambar graphic-nya ;)
ReplyDeleteMemang di negeri ini banyak sekali orang yang kreatif, hanya saja kurang terekpos
ReplyDelete