Tulisan ini merupakan tulisan ke-14, catatan saya selama mengikuti Festival Forum KTI tanggal 17 – 18 November lalu. Silakan baca tulisan-tulisan saya yang lainnya: Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini, KTI, Masa Depan Indonesia, Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani, Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis, Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia, Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan, Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya, Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi, Sekolah Kapal Kalabia Membentuk Agen Perubahan di Raja Ampat, Inspirasi dari Polisi-Polisi Plus, Pejuang-Pejuang Kesejahteraan yang Tak Kenal Lelah, dan Anggaran Kesehatan yang Cerdas dan Pas untuk Semua di Sulawesi Utara.
Pernah
dengar nama-nama daerah itu? Belum? Sama, saya juga belum pernah mendengarnya
sampai orang-orang hebat dari daerah-daerah itu tampil di panggung inspirasi
Festival Forum KTI, menceritakan hal-hal inspiratifnya ...
Mata
Mosobu, Ketika Kaum Perempuan Berkoperasi
Seorang
perempuan bernama Wa Ode Sabariah, ketua BUKP Mata Mosobu bertutur tentang
kisahnya. Mata Mosobu adalah sebuah koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh ibu-ibu
di Desa Poogalampa Kecamatan Batauga Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara yang
sebagian besar anggotanya adalah perempuan. Dua puluh tahun yang lalu Mata
Mosobu hanyalah sebuah kelompok arisan keluarga di Desa Poogalampa.
Dengan
simpanan awal yang diperoleh dari bantuan LSM SINTESA sebesar 1,5 juta rupiah,
Mata Mosobu mulai beroperasi. Aturan disepakati bersama oleh para anggota, yaitu:
- Untuk menjadi anggota, setiap orang wajib menyetor simpanan pokok sebesar Rp. 25.000.
- Simpanan wajib yang disetor tiap bulan adalah Rp. 1.000.
- Anggota disarankan menabung dalam bentuk simpanan suka rela yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
- Dana yang terkumpul dikelola oleh koperasi untuk dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan sebagai modal usaha atau kebutuhan pokok lainnya dengan persyaratan yang mudah dan tanpa agunan dengan suku bunga dua persen setiap bulan.
Secara
perlahan-lahan Wa Ode Sabariah berhasil meyakinkan para perempuan untuk
menabung. Kini Mata Mosobu tak menerima anggota lagi, sudah banyak yang
berhasil dibantu, di antaranya adalah Wa Ode Hasrah (40), seorang ibu rumah
tangga yang membuka usaha pembuatan kasur. Dulu, kasur buatannya hanya bisa
untuk memenuhi pemintaan di Kabupaten Buton namun setelah mengajukan pinjaman
sebesar sepuluh juta kepada Mata Mosobu untuk membeli mesin pemisah kapuk,
dalam setahun ia bisa memproduksi kasur lebih dari 200 buah. Sehingga kasur
buatannya bisa dijumpai hingga di Maluku Utara.
Video Koperasi Perempuan Mata Mosobu
By: BaKTI
Tanggal
10 November lalu, Wa Ode Sabariah mendapatkan penghargaan dari MNCTV sebagai
Pahlawan untuk Indonesia, kategori kewirausahaan. Wajar, setelah 20 tahun omzet
Mata Mosobu kini mencapai 1 miliar
rupiah. Sudah banyak
warga yang dibantu. Kalau dulu, yang
bisa kuliah hanya anak-anak pegawai negeri, kini anak-anak petani dan nelayan
sudah banyak yang bisa sekolah hingga perguruan tinggi.
Koperasi
Mata Mosobu juga berkomitmen pada pembangunan desa. Koperasi ini menyisihkan 10%
dari keuntungannya untuk dana pendidikan dan sosial. Dana yang terkumpul
digunakan untuk membangun rumah belajar taman pendidikan pra sekolah dan
memperbaiki fasilitas keagamaan di desa.
Kelompok Tani Lewowerang, Ketika Uang
Tak Selalu Menjadi yang Paling Berharga
Kamilus
Tupenjumat menceritakan tentang Kelompok Tani Lewowerang dengan koperasinya
yang berhasil menyejahterakan warga di Kampung Honihama.
Kampung
Honihama, Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witimaha, Kabupaten Flores Timur, Nusa
Tenggara Timur terletak di wilayah perbukitan yang berbatu dan kering. Jalannya
kecil, rumah-rumahnya berdempetan. Sepanjang mata memandang, terlihat tanaman
jagung, kelapa, jambu mete dan beberapa kakao. Luas desa ini 7,34 km2,
berpenduduk 1.720 orang. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai Tenaga
Kerja Indonesia di Malaysia. Mereka meninggalkan lahan di kampung. Puluhan
kebun di Tuwageotobi menganggur menjadi lahan tak produktif.
Kamilus
menceritakan kepedihannya ketika menjadi TKI dan menang tender, kawan yang dikalahkannya dalam tender tersebut menatapnya dengan sakit hati. “Untuk apa merasakan
kemenangan yang seperti ini,” batinnya merasa tak enak sendiri.
Ia
mengingat prinsip kegotongroyongan di kampungnya “gemohing”. Bila gemohing dijalankan
dengan full konsep gotong-royong,
tentu hasil yang lebih baik akan dinikmati bersama. Awal tahun 2010,
Kamilus mendirikan kelompok tani berdasarkan hubungan kemanusiaan. Kelompok tani
ini membentuk koperasi yang tidak biasa, koperasi yang mengandalkan jasa tenaga
kerja, bukan jaminan uang.
Anggota
yang membutuhkan jasa tenaga untuk membangun rumah, membersihkan kebun, ataupun
saat panen melaporkan kebutuhan tenaganya kepada pengurus koperasi dan mengisi voucher peminjaman tenaga. Anggota yang
membutuhkan jasa tenaga ini diibaratkan sebagai majikan. Pengurus koperasi
mencatat dan menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, lama waktu kerja,
dan jenis pekerjaannya. Selanjutnya pengurus koperasi yang akan menghubungi
anggota untuk bekerja pada hari dan tempat yang telah disepakati.
Video KTL, by BaKTI
Pembayaran
tenaga bisa dengan uang, bisa pula menggunakan tenaga. Jadi, yang tadinya
menjadi majikan bisa gantian menjadi pekerja. Bila menjadi pekerja, tenaganya
tercatat sebagai simpanan yang bisa ditukar dengan uang atau kelak dengan
tenaga warga kampung saat ia membutuhkan. Unik, ya?
Pada
awal berdiri jumlah anggota Kelompok Tani Lewowerang berjumlah 30 orang. Dua
minggu kemudian jumlahnya mencapai 72 orang. Kini kelompok ini beranggotakan
300 orang, baik yang berada di kampung maupun yang sedang bekerja di luar
negeri. Sejak berdiri koperasi Kelompok Tani Lewowerang kini telah memiliki
aset senilai 100 juta
rupiah. Kini, hampir
tak ada lahan yang menganggur di kampung.
***
Luar
biasa. Dua kisah unik menunjukkan kepada kita bahwa siapa pun bisa berdaya
dengan segala keterbatasannya, dengan cara menggunakan apa yang ada. Dengan
langkah inovatif dan kreativitas, didukung tekad yang kuat siapa pun bisa maju.
Makassar, 6 Desember 2015
Bersambung
Referensi
tambahan: http://praktikcerdas.bakti.or.id
Silakan
disimak kisah-kisah lainnya dari Festival Forum KTI VII:
- Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini
- KTI, Masa Depan Indonesia
- Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani.
- Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis
- Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia
- Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan.
- Petani Salassae Mewujudkan Kedaulatan Pangan
- Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya
- Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi
- Sekolah Kapal Kalabia Membentuk Agen Perubahan di Raja Ampat
- Inspirasi dari Polisi-Polisi Plus
- Pejuang-Pejuang Kesejahteraan yang Tak Kenal Lelah
- Anggaran Kesehatan Cerdas yang Pas untuk Semua di Sulawesi Utara
Share :
salut ya dengan orang-orang tulus seperti itu, eh nama Poogalampa seperti hompimpa ^_^
ReplyDeleteIya Mak, hebat ya mereka :D
Deleteluar biasa, bun. semoga menginspirasi banyak orang ya.
ReplyDeleteAamiin aamiin
DeleteGila yaaa omzetnya bis 1 milliar trus emangat
ReplyDeleteHebat, sangat inspiratif. Salut sama Ibu Wa Ode Sabariah.
ReplyDeleteMakasih udah share :D
Saya seorang Wirausahawan, bagi kami (kaum Wirausaha) Koperasi adalah merupakan salah satu pihak yang memberi kesempatan pengembangan usaha. Terutama untuk kaum Start Up atau pelaku UKM, Koperasi bisa menjadi salah satu jalan dalam merintis usaha. Saya selalu antusias dengan ini. Semoga saja semakin banyak pihak yang semakin terbantu dan semakin berdaya.
ReplyDeleteorang-orang hebat yang tersembunyi....
ReplyDeletetapi...kini jadi terkenal kesuksesannya..
Subhanallah. Koprasinya mempunyai sifat gotong royong banget dan patut dicontoh nih buat desa lain.
ReplyDeletewaah... luar biasaaa.... omzetnya gede bangeet.. mudah2an bisa menginspirasi koperasi2 lain :D
ReplyDeleteMerekalah yang sesungguhnya menggerakkan toda kemakmuran di kampungnya masing-masing. Selalu salut dengan energi, kesabaran dan ketekunan plus ide unik yang benar-benar merupakan bagian dari kearifan lokal :)
ReplyDelete