Tulisan ini
merupakan tulisan ke-10, catatan saya selama mengikuti Festival Forum KTI
tanggal 17 – 18 November lalu. Silakan baca tulisan-tulisan saya yang lainnya: Graphic
Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini, KTI, Masa
Depan Indonesia, Pengelolaan
Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani, Inspirasi
dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis, Inspirasi
dari Penjaga Laut Tomia, Gerakan
Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan, Tendangan
Kemanusiaan Andy F. Noya, dan Para
Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi.
Pada
hari kedua Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII, saya datang terlambat
karena harus mengerjakan serangkaian tugas rumah terlebih dulu. Saya melewatkan pidato bapak gubernur Sulawesi Selatan – Syahrul Yasin Limpo. Saat saya datang,
pak gubernur dan sejumlah orang penting lainnya sedang berdiri di atas
panggung. Saya berharap pak gubernur sendiri yang meluangkan waktunya untuk
menyaksikan inspirasi demi inspirasi yang akan dibagi pada hari itu. Namun
rupanya harapan saya tak menemui kenyataan. Pak gubernur beserta rombongan
langsung meninggalkan ruangan besar di Hotel Aston itu usai seremonial
berlangsung.
Dalam
bayangan saya yang awam nan naif ini, jika kepala pemerintahan sendiri yang tergugah karena menyaksikan sendiri kan bisa mendesak setiap jajarannya agar mengaplikasikan semua praktik cerdas
yang sudah terbukti keberhasilannya. Dengan demikian, provinsi kita bisa lebih
cepat lagi menuju kemakmuran.
Hm, tentunya ada orang-orang yang
berkompeten dari pemerintah provinsi yang menyaksikan Festival Forum KTI ini
secara utuh ya, hehehe. Paling tidak, kabar baik dari event ini akan disampaikannya kepada pak
gubernur secara utuh pula. Ah, abaikan saja mamak-mamak yang suka
berandai-andai ini. Mari kita ke acara selanjutnya, sharing mengenai
Inspirasi dari Kapal Kalabia.
Video: Abraham Goram - Kapal Kalabia,
Menghantar dan Bertukar Informasi
By: BaKTI
Bagi Kalabia, sebuah kapal penangkap ikan yang dimodifikasi menjadi kapal bermuatan perpustakaan dan kelas yang dibina sekelompok anak muda dari kota Sorong, Papua Barat, laut adalah media pemersatu dan penghantar ilmu-pengetahuan bagi anak-anak di kepulauan Raja Ampat. Di zaman ini, siapa sih yang tak kenal Raja Ampat? Keindahannya sudah tersebar ke seantero negeri. Melalui kapal Kalabia ini, anak-anak di sana jadi mengetahui, menyadari, dan mempraktikkan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Bram, Mary, dan Lusi mewakili anak-anak muda dari kapal Kalabia, menyampaikan hal-hal inspiratif di panggung inspirasi Festival Forum KTI pada hari kedua itu.
Kalabia adalah jenis hiu yang endemik di Raja Ampat. Kata “kalabia” berasal dari bahasa Maya, suku tertua di Raja Ampat. Dibutuhkan 6 – 8 orang tenaga pendidik yang benar-benar memahami lingkungan sekitar untuk menjalankan kapal Kalabia. Selain tenaga pengajar, sedikitnya ada 5 orang yang bertindak sebagai anak buah kapal (ABK) dan sejumlah tenaga pendamping lainnya untuk menjalankan organisasi (sebagai ketua, bendahara, manager program, dan tim kreatif).
Anak-anak Raja Ampat belajar di alam terbuka |
Kurikulum, alat bantu ajar, dan bahan ajar dengan tema pendidikan lingkungan hidup dan konservasi alam dari pulau ke pulau disiapkan dengan serius. Sekali jalan, kapal Kalabia bisa mengunjungi 7 kampung. Sasarannya adalah anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6. Anak-anak itu diajar mengenai ekosistem pesisir seperti terumbu karang dan bakau. Kegiatan dibuat aktif dan inovatif. Salah satu contoh pembelajarannya adalah, anak-anak diajak melihat sendiri terumbu karang, sebagai “rumah ikan”. Mereka diberi pengertian, kalau rumah tidak ada maka tidak ada pula ikan.
Mengapa anak-anak menjadi target kapal Kalabia?
Karena tantangan terbukanya banyak ancaman tak ramah lingkungan di Raja Ampat. Diharapkan ke depannya generasi muda bisa mengelola lingkungan dan ada peran serta masyarakat untuk kepentingan bersama.
Anak-anak Raja Ampat menyelami keindahan bawah laut daerahnya |
Kini, kapal Kalabia menjadi primadona yang sangat dirindukan anak-anak Raja Ampat. Mereka sangat bersemangat dan tak sabar ketika tahu kapal Kalabia merapat di kampung mereka. Ada satu kejadian lucu yang diceritakan oleh Lusi. Anak SMP menyamar menjadi anak SD, dengan meminjam seragam SD saking inginnya mengikuti kegiatan di kapal Kalabia.
Hadirin diajak menyuarakan yell-yell Kapal Kalabia |
Apakah ada perubahan perilaku?
Ada! Berikut ini sebagian kecil contohnya:
- Masyarakat membuat peraturan sendiri, seperti: “jangan buang sampah di laut”.
- Anak-anak menanam mangrove untuk penghijauan kembali.
- Usai Festival Bahari tahun 2014 silam, ribuan orang yang datang meninggalkan banyak sampah berserakan. Tanpa perlu dikomando, anak-anak Raja Ampat memunguti sampah dan berenang untuk membersihkan sampah yang terbuang ke laut.
- Pernah ada kejadian, anak-anak melepas teteruga (penyu) hasil tangkapan seorang bapak ke laut. Terjadi pertengkaran antara sang penangkap penyu dan orang tua dari anak yang melepas penyu. Si anak menasihati penangkap penyu, “Teteruga hidupnya sudah susah, Bapa. Kenapa tong mo bikin susah dia lagi.”
Keindahan alam yang harus dijaga kelestariannya |
“Kapal Kalabia adalah satu-satunya program di Indonesia, bahkan mungkin di dunia yang menggunakan kapal,” ujar Bram.
Kini, anak-anak didik kapal Kalabia sudah mencapai 7.000 orang. Sejak berlayar tahun 2008 hingga sekarang, 95% masyarakat sudah terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Warga Raja Ampat telah menjadi agen perubahan. Luar biasa, ya. Memang benar kata pepatah: di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Video Kapal Kalabia, dokumentasi NET. TV,
tayang Oktober 2015
Makassar, 2 Desember 2015
Bersambung ke kisah berikutnya, tentang POLISI PLUS.
Referensi tambahan:
- Booklet Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII: Inspirasi dari Timur untuk Indonesia (BaKTI).
- Booklet Mereplikasi Praktik Cerdas (BaKTI).
Simak juga tulisan-tulisan sebelumnya:
- Graphic Recorder, Profesi Kreatif Keren Abad Ini
- KTI, Masa Depan Indonesia
- Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani.
- Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis
- Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia
- Gerakan Gebrak Malaria dan Pejuang Legislasi Malaria dari Halmahera Selatan.
- Petani Salassae Mewujudkan Kedaulatan Pangan
- Tendangan Kemanusiaan Andy F. Noya
- Para Pahlawan yang Bekerja dalam Sunyi
Share :
waaah... kayanya seneng banget kalo bisa ikutan kapal kalibia. baca ceritanya aja udah seru.. apalagi kalo ikut beneran :D
ReplyDeleteIya ya Mbak ... coba bisa ya berwisata di atas kapal Kalabia :D
DeleteMAsya Alalh indah banget ya mbak alam bawah laut Raja Ampat
ReplyDeleteIya Mbak, indah ya
DeleteSubhanallah ... Perubahan yang luar biasa.
ReplyDeleteIya Mbak Nisa ... karena kemauan yang kuat. Hebat ya mereka
Deleteih keren ya, yang tadinya kapal penangkap ikan bisa jadi perpustakaan..
ReplyDeletesalut, semoga Indonesia semakin maju..
Iya Mbak, keren pake banget .. aamiin
DeleteKegiatan yang menginspiratis untuk mencerdaskan anak bangsa sekaligus memperkenalkan potensi daerah di Raja Ampat.
ReplyDeleteBenar, Mas Indra
Deletedibalik rancangan ini terspimpan ribuan impian untuk raja ampat
ReplyDeleteSemoga Raja Ampat semakin maju ya Aldy
DeleteMengikuti sedari awal postingan serasa ikuta dalam acara KTI. Terlalu banyak inspirasi dan membuka mata bahwa masih banyak sekali orang atau kelompok yg menginginkan kemajuan negeri ini ditengah keterpurukan kepercayaan masyarakat kepada pengelola negeri. Setuju bahwa kita lah yg harus memulai dan jangan menunggu negara mengatasi semuanya.
ReplyDeleteSemua kisah menunjukkan, tekad yang kuat bisa mewujudkan harapan. Mereka memulai dengan apa yang mereka punyai dulu.
DeleteKeren yah, masyarakat memang memegang peranan yang penting bagi perubahan.
ReplyDeleteBenar Mbak. Dan itu ternyata tidak mustahil.
Deletebukan hanya anak2 yang diberi pendidikan melestarikan alam, para pengusaha juga apalagi papua dikenal bukan hanya karena keindahannya tapi juga sumber daya alamnya sehingga banyak pengusaha yang melirik kesana :)
ReplyDeleteNah betul itu ... :)
DeletePositive sekali mak...anak-anak memang perlu diajarkan mencintai lingkungan..
ReplyDeletemiris melihat sampah2 di laut..
Pelajaran yang berharga, tetapi seandainya bisa juga diajarkan bagaimana bisa menghasilkan uang dengan lingkungan yang tetap terjaga akan lebih baik.
ReplyDeletememang semua pihak harus bekerjasama untuk menjaga lingkungan, namun terkadang yang menikmati hasilnya hanya sebagian orang. Justru penduduk lokal terkadang malah tersisih. Padahal poinnya sangat mudah: Lingkungan sehat dan terawat, tempat jadi nyaman, bisa dijual dan menghasilkan. Tinggal aturan ditegakkan well, semua menikmati. terlalu idealbanget ya??? maaf bu jadi curhat nieh...
setujuuuu nih... tapi di sini sih masih susah, yang tempat masuknya gratis aja masih dirusak, apalagi yang berbayar.. masih banyak yang udah merasa bayar jadi juga berhak untuk berbuat suka2.. >__<
Deletemindset seperti itulah yang harus ditegakkan..