Apa
lagi namanya, kalau bukan KOMPROMI. Yup, satu kata ini yang harus kami lakukan
supaya kami (saya dan suami), bisa bersama-sama mengikuti Seminar Nasional Mengolah Industri Kreatif Berbasis Teknologi Menuju
Makassar Kota Cerdas dan Berbudaya yang diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Elektro Fakultas Teknik UNHAS. Komprominya mengenai si bungsu Afyad. Mengingat
keadaan, kami memutuskan membawanya serta ke lokasi seminar, di kampus UNHAS. Persisnya
di Auditorium Prof. Amiruddin, di dekat Fakultas Kedokteran UNHAS.
Kami
berdua sedang butuh informasi tentang kota cerdas. Suami saya memang sedang ada
keperluan dengan isu Makassar kota cerdas. Sementara saya berminat
menjadikannya bahan blog. Sebelumnya, saya sudah pernah menuliskan tentang
Makassar dalam konteks kota cerdas di blog Kompasiana. Bahannya mengambil
referensi dari media online, selain melihat
langsung/pengalaman sendiri. Ingin sekali saya mendengar langsung dari mulut
pak wali kota tentang program kota cerdasnya. Seperti mendapat rezeki tak
terduga, beliau yang menjadi salah satu nara sumber di seminar ini. Selain itu,
dua pemateri lainnya pun tak kalah kerennya. Mereka adalah kawan-kawan sealmamater
kami yang kompeten di bidangnya masing-masing: Kak Yasser Djawad (akademisi) dan
Canny Watae (praktisi).
Bagaimana
reaksi Afyad melihat kampus UNHAS? Dia senang sekali! Hanya beberapa menit saja
dia duduk tenang. Selebihnya, dia asyik menjelajah. Suatu kali dengan ributnya
dia menjelajahi ruangan besar tempat seminar berlangsung sembari
memanggil-manggil papanya dengan suara yang teramat keras, “PA ... PA ... PA?”
Saat itu papanya meninggalkan kursi untuk memotret suasana seminar dari arah
belakang. Beberapa peserta seminar tertawa geli melihatnya.
Ada
satu hal yang sangat disukainya, yaitu mondar-mandir dari ruangan besar tempat
seminar ke toilet. Entah berapa kali dia ke toilet dengan alasan mau pipis.
Mulanya si papa yang menemaninya, karena si Papa mengerti sekali kalau saya mau
mencatat kelangsungan seminar. Ehm, si
bapak ini memang pendukung terbaik saya dalam aktivitas ngeblog, lho. Beliau
rela mengasuh anak-anak untuk hal-hal yang penting bagi saya seperti saat itu.
Terakhir
kali Afyad ke toilet, saya yang harus menemaninya karena pas suami saya sedang
menunggu giliran tanggapannya atas materi seminar ditanggapi balik oleh kedua
nara sumber (Kak Yasser dan Canny). Dengan riangnya Afyad berlari-lari kecil
menuju toilet. Dia merasa sudah sangat familiar dengan ruangan itu. Saya
mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba saja saya juga mau pipis.
Seusai
Afyad pipis, saya memakaikannya celana panjang. Saya membiarkan dulu kakinya
tak beralas, dengan harapan ia tak keluar dari toilet dan mau menunggu saya.
“Tunggu di sini, ya. Mama mau pipis,” saya menatapnya dan mengulangi lagi permintaan
itu. “Ya,” jawab Afyad mantap.
Saya
pikir akan aman-aman saja. Afyad yang belum bersepatu akan menunggu saya dengan
patuh di dalam toilet. Ternyata tidak. Saat keluar dari WC, bocah lelaki itu
sudah menghilang. Setengah berlari saya keluar dari toilet namun pandangan mata
saya tak mendapatkannya di sekitar tempat itu. Waduh, ke mana anak ini?
Setengah
berlari, saya mendatangi sekelompok mahasiswa berjas merah – jas alamamater
UNHAS di dekat situ. “Dek, lihat anak laki-laki kecil lewat sini?” Sebagian
dari mereka kompak menggeleng, ada pula yang mengatakan “tidak”. Duh, Afyad, ke mana kamu?
“Anak
laki-laki pake kemeja,
ya, Bu?” tanya salah seorang dari mereka. Saya mengiyakan. “Ke sana tadi,” ujar
mahasiswa itu. Telunjuknya mengarah ke pintu masuk di sisi kanan ruangan besar
tempat seminar berlangsung. Saya bergerak cepat ke arah pintu itu. Bersamaan
dengan itu, pintu terbuka. Afyad muncul dari balik pintu. Kedua kakinya telah
bersepatu. Senyum super lebar tersungging di wajahnya. Aih, ternyata dia mampu mengenakan sendiri sepatunya dengan cepat. Lalu dengan secepat kilat dia sudah masuk ke ruang besar itu dan sudah mau keluar lagi!
Afyad
tak pernah berlama-lama duduk di kursi. Satu-satunya hal yang bisa bikin dia
cukup tenang di tempat duduknya adalah karena pegangannya bisa dimainkan. Bisa
dinaik-turunkan. Meja kecilnya pun bisa dikeluarkan lalu dimasukkan lagi.
Keunikan kursi auditorium yang berwarna merah itu sempat menyibukkan Afyad
selama bermenit-menit. Dia membuka-tutup semua meja di deretan kursi-kursi
kosong di dekat kami. Snacks dan air
minum kemasan di dalam kotak yang dibagikan juga bisa menyita perhatiannya.
Sembari selonjoran santai di lantai, dia menikmati kue-kuenya. Tisu di dalam
kotak kue juga sempat membuatnya sibuk. Afyad merobek-robek tisu dan
menebarkannya di lantai. Begitu melihatnya, saya menyuruhnya memasukkan sampah robekan-robekan
tisu itu ke dalam kotak yang telah kosong. Untungnya dia mau.
Saat
sibuk dengan kue dan air kemasannya, kemeja dan celana panjang Afyad ketumpahan
air. Dengan baju dan celana setengah basah, sesekali dia berlari ke arah depan,
mendekati panggung utama. Berdiri dekat sekali dengan panggung, memperhatikan
apa yang tengah terjadi di sana, lalu berlari kembali ke arah kami. Sesaat
kemudian, dia mengulangi lagi adegan itu. Itu dilakukannya beberapa kali. Tak
dipedulikannya panggilan dan lambaian saya.
Fiyuh,
besok-besok sepertinya kompromi seperti ini belum tentu akan dilakukan lagi.
Kami akan berpikir seribu kali sebelum membawanya pergi.
Makassar, 14 Januari 2016
Silakan dibaca juga tulisan-tulisan terkait seminar nasional "kota cerdas":
Share :
dua anakku semuanya anteng kalau dibawa kemana bahkan aku bawa ngajar , dia akan duduk manis di ruang guru sambil baca atau gambar , aku jadi gak kerepotan. Hi,hi...jd sering aku baaw kemana2
ReplyDeleteKebalikan dengan saya, Mbak. Ketiga anak saya, tidak ada yang anteng kalau dibawa, ke mana pun. Semuanya tipe penjelajah :)) Justru saya, seperti anak2nya Mbak Tira, dulu anteng (soalnya langsung kena cubit kalo berani pecicilan hihihi)
DeleteAku juga sering mikir kalau ngajak Asma ke acara kaya' ginian. :( Gak bisa konsen, malah ribet ma dia
ReplyDeleteBiasanya, sih saya tidak bawa anak, Mbak Nisa, hehehe. Cuma karena saya dan bapaknya lagi membutuhkan info di seminar ini, jadinya si bungsu dibawa.
DeleteBukankah ini penyelenggaranya dari pemerintah ya? OTONOMI Award kan ya.
ReplyDeletePenyelenggara apa maksudnya, Pak Asep?
DeleteKalo seminar ini, penyelenggaranya mahasiswa. Kalo isu kota cerdas, memang ada program pemerintah. Saya sudah menuliskannya :)
Kalo acaranya lama anak2 bosan sepertinya ya ikut acara ginian
ReplyDeleteKalo si bungsu ini dibawa ke mana saja biasanya senang, Mbak Ade. Dibawa ke acara seminar ini senang sekali. Tapi itu karena hasrat menjelajahnya membuncah. Apapun yang dipakai untuk menahannya duduk manis tidak akan mempan karena memang bukan tipeny duduk manis di samping mama :)
DeleteWooo Afyad pasti senenggg
ReplyDeletesetidaknya dia ketemu byk org, jdnya gak kaget
klo saya bawa anak udah pasti ga konsen. Klo yang besar pasti maunya lari2an, klo yg no 2 rewel minta pulang bisa bisa, klo yang no 3 agak mending sih asal ruangannya adem dan tersedia air.
ReplyDeleteserunya ya
ReplyDeleteAnak kepo yang sangat pandai! Semoga suatu hari nanti kita bisa ketemu ya, Afyad..
ReplyDelete