Tulisan kedua dari Seminar Nasional Mengolah Industri Kreatif Berbasis Teknologi Menuju Makassar Kota Cerdas dan Berbudaya. Lanjutan dari: Kenangan yang Teresonansi dan Seminar Nasional diKampus Merah
Wali
kota Makassar – Bapak Danny Pomanto saat tiba langsung menuju podium untuk
memberikan sambutannya. Bukan hanya sambutan, beliau langsung menyampaikan
materinya karena ada hal-hal mendadak yang harus diselesaikannya pada hari itu
(4 Januari 2016) dan harus segera ke bandara.
Pak
Danny menyinggung tentang teori
Masalah & Solusi.
Sering kita mengira “masalah” sejajar dengan “solusi”. Saat “menerawang” dari “arah”
masalah, seolah solusi terlihat di ujung sana. Dari tempat masalah menuju
solusi, kita mengira bisa langsung lompat. Padahal di antara masalah dan solusi
ada death
valley (lembah kematian).
Kita tak bisa seenaknya langsung melompat, melainkan harus membuat “jembatan”. Jembatannya,
bisa dengan teknologi. Nah, dalam perspektif masalah Kota Makassar, Pak Danny
melihat jembatan itu adalah: Makassar Sombere’ & Smart City.
Tentang Sombere’ & Smart City
Apa
itu sombere’? Sombere’ adalah bahasa Makassar (huruf “e”-nya dibaca sebagai “e
taling”, seperti huruf “e” pada kata “ember”) yang berarti (perpaduan) great hospitality, great humble, great
brotherhood.
Wali kota Makassar, Bapak Danny Pomanto |
Lalu
bagaimana sombere’ dihubungkan dengan
smart city? Kata Pak Danny, sombere’ itu ibarat heartware sedangkan smart
city ibarat hardware.
Penggabungan keduanya akan menjadi luar biasa. Smart city dibumikan dengan sombere’.
Kata sombere’ lebih masuk di hati
warga Makassar kebanyakan, ketibang kata smart
city karena merupakan budaya Makassar.
Pak
Danny menyatakan terkesan, mahasiswa Elektro menangkap makna filosofi slogan
Makassar sombere’ & smart city dengan menjadikannya bagian
dari tema seminar: “Makassar
Kota Cerdas dan Berbudaya” padahal di antara mereka belum pernah berdiskusi mengenai hal ini.
Tentang Program Kerja Pemerintah Kota Terkait Tagline Sombere’ & Smart City
Wali kota yang lulusan Teknik Arsitektur UNHAS ini
menceritakan mengenai program-programnya terkait Makassar sombere’ & smart city:
Pak wali kota dan wakilnya di War Room |
Makassar Home Care. Program ini menyediakan mobil
layanan yang disebut Dottoro’ta sebanyak 48 unit. Program ini adalah
layanan kesehatan masyarakat secara cuma-cuma. Dengan menghubungi nomor-nomor
tertentu, petugas kesehatan akan mendatangi masyarakat. Di dalam mobil
disiapkan alat EKG dan USG mobile.
Hasil pemeriksaan pasien dikirim secara online
ke dokter ahli, nantinya dokter ahli yang mengevaluasinya. Menteri
kesehatan – Prof. Nila F. Moeloek mengatakan, sistem ini hanya ada 2 di dunia,
yaitu di Makassar dan Amsterdam.
Medical record pasien direncanakan dimasukkan ke
dalam smart card, kerja sama dengan
BRI. Smart
card ini adalah one
card for all. Selain rekam medik (medical
record) 155 penyakit, di dalamnya “terintegrasi” pula kartu
pengganti KTP, kartu ATM/debit card,
dan kartu PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Smart
card seperti ini belum pernah ada di dunia. Jika terjadi hal yang tak
diinginkan – seperti terjadi serangan penyakit/kritis, bisa dengan cepat
diketahui data diri dan data kesehatan terakhir termasuk penyakit terakhir yang
diidap seseorang sehingga pertolongan pertama bisa segera diberikan. Berkat smart card ini, Makassar menjadi kota
pertama launching layanan 4G LTE (Long Term Evolution) 1800 Mhz di
Indonesia. Makassar dianggap sudah memiliki potensi pemakai jaringan data
tersebut.
Makassar
kini sudah punya War Room atau ruang
kontrol. Dengan sistem berbasis IT canggih ini permasalahan kota bisa dipantau.
Seperti sampah, kejahatan bermotor, kemacetan, dan permasalahan sosial lainnya.
Contoh dalam pengelolaan sampah adalah melalui War Room, bisa dideteksi real
time produksi sampah kota. War Room
akan terkoneksi dengan 68 CCTV yang terpasang di pusat-pusat
keramaian, ruang-ruang publik dan juga lorong-lorong yang dianggap potensial
terjadinya tindakan kriminal. Target ke depannya, akan disebar sebanyak 500
CCTV.
Pak wali kota memukul gong tanda dibukanya seminar |
Keunggulan
War Room yang dimiliki kota Makassar
dibandingkan dengan yang ada di Bandung dan Surabaya adalah jauh lebih murah,
layarnya dua kali lebih besar, lebih canggih, dan punya data storage dan server sendiri. Sumber tenaga listriknya
menggunakan solar cell (tenaga
surya), baterai, dan genset. Sedangkan penyimpanan (recording) yang dimiliki akan bisa menampung data hingga 5 tahun (selama
5 tahun digunakan baru penuh).
Makassar Care And Rescue Center
(Carester) adalah
program darurat yang menjalankan 3 peran utama, yaitu pemadam kebakaran,
ambulans, dan polisi. Saat ini tersedia 11 unit pemadam kebakaran, 48 armada
ambulans (home center), motor khusus untuk polisi, dan 20 drone yang bisa wireless charging.
Tantangan Pak Wali Kota dan Harapan Saya
Pak
Danny memberikan tiga tantangan untuk mahasiswa Teknik Elektro UNHAS (hayoo adik-adik mahasiswa, ada yang catat,
tidak?). Jika memiliki ide brilian untuk tiga hal yang ia sebutkan, silakan
mendatanginya dan berbagi cerita. Siapa tahu ide itu bisa langsung diterapkan.
Apa saja ketiga tantangan itu? Ini dia:
- Dalam menangani sampah kota, Pak Danny butuh komposter (pengolah sampah organik) yang bisa bekerja lebih cepat dari yang ada sekarang. Adakah yang punya ide teknologinya?
- Jika punya ide untuk pengembangan alat kesehatan di Dottorota’ (yang lebih canggih dan bermanfaat), silakan hubungi Pak Danny.
- Dalam program Carester, apakah ada yang bisa membuat aplikasi yang dikontrol dari War Room untuk mengunci target dengan infra merah dari drone sehingga target, semisal begal bisa “diikat”?
Pak wali kota Makassar menerima cendera mata, diberikan oleh Pak DR. Andani Achmad - ketua jurusan Elektro FTUH |
Bukan
hanya memaparkan program pemerintah kota terkait Makassar Sombere’ & Smart City, Pak Danny juga memotivasi adik-adik
mahasiswa untuk kreatif dan bersiap-siap menghadapi era MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN). Satu lagi tantangan besar ke depannya adalah perang yang tak terlihat.
Yaitu perang kepentingan yang kita tidak tahu siapa yang berkepentingan dengan
pengendali yang tak kita ketahui.
“UNHAS
harus jadi pionir agar kita tidak dikendalikan oleh orang lain. Hati-hati
dengan adu domba teknologi. Mari buat link
kuat lewat pemerintah kota. Kalau ada ide, silakan paparkan. Jangan sampai
(pada era) MEA, orang lain yang kasih kita inovasi!” seru Pak Wali Kota.
Suasana saat Pak wali kota hendak meninggalkan auditorium |
Sayangnya
Pak Wali Kota tak bisa tinggal lebih lama lagi, beliau sudah harus ke bandara.
Usai memukul gong tanda dibukanya seminar, Pak Danny keluar dari auditorium Prof.
Aminuddin Fakultas Kedokteran UNHAS. Pak Danny tidak bisa menyaksikan
materi-materi dari nara sumber berikutnya padahal pemaparan para nara sumber
tersebut tak kalah pentingnya untuk kota tercinta.
- Harapan saya agar program Makassar Home Care dan smart card lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas (bisa disebarkan melalui rumah-rumah ibadah dan pertemuan-pertemuan di tingkat RT) sehingga bisa lebih baik lagi pemanfaatannya, agar semua program bisa berlangsung dengan baik dan tepat sasaran tanpa penyalahgunaan wewenang.
- Agar masyarakat bisa menilai dengan proporsional dan logis kinerja pemerintah kota sebelum mengkritik.
- Bersama-sama mencari bagaimana caranya supaya masyarakat Makassar tertib dalam menjaga kebersihan.
- Andai blogger Makassar bisa terlibat dalam menyosialisasikan isu dan program kerja pembangunan kota, disamping tetap mengkritik dengan cara proporsional dan santun.
Adakah
harapan kalian, warga Makassar, sama dengan harapan saya, agar kota kita
berkembang baik secara signifikan? Ataukah ada harapan lain?
Makassar, 9 Januari 2015
Bersambung
ke tulisan berikutnya
Catatan:
Daftar
nomor telepon layanan Home Care Makassar bisa dilihat di: http://www.kabarmakassar.com/ini-daftar-telepon-home-care-makassar/
Baca juga tulisan-tulisan
yang terkait UNHAS:
- Cara
Mencegah dan Menanggulangi Tawuran
- EKSAK
Tempo Dulu, Nih
- Berantas
Bibit Korupsi Mulai dari Diri Sendiri
- Mereka
Mahasiswi Baru, 22 Tahun Lalu
- Pak
Wali Kota, Futsal, dan Anak Teknik
- Kursi
Pembawa Petaka
- Menyemai Asa dari Timur
- Kenangan yang Teresonansi dan Seminar Nasional di Kampus Merah
Rangkaian Hasanuddin Techno Fest:
Share :
Insya Allah kalau ada rezeki yang cukup nanti akan jalan2 ke Makassar juga nih bang..heee
ReplyDeleteSilakan berkunjung tapi kalau kita bertemu, jangan lagi menyebut saya "Bang", yaa
Deletewah, bersambung lagi. Warga makassarnya mana ini? ayo ayo baca blognya Mak Mugniar
ReplyDeleteKebanyakan jadi silent reader, Mak Lidha :)
DeleteKeren kak..wah, tantangannya benar-benar super. Harus segera di cari nih..
ReplyDeleteEvi saja yang memenuhi tantangannya? :)
DeleteMakassar dah semantaffff itu ya, jadi semakin pengin ke sana...
ReplyDeletepernah nonton ttg ini di tvmak niar, terutama yg bagian kesehatan, kece banget, kereennn, kagum daku
ReplyDeleteWhaaa sugoii bnget ini kota makassar.
ReplyDeleteSmoga ada bnyak para mahasiswa atau org2 yg memiliki ide ato inovasi demi teerciptanya 3 hal pokok untuk makassar lbih baik lagi ya mbk.
Keren tulisannyaa. Beneran ^_^
Asyik ya kalau ada "transportasi cerdas". Mudah2an para pemakainya bisa menggunakannya dengan cerdas pula
ReplyDeletePingin ke Makassar deh. :D Pasti betah banget banyak acara keren kaya' gini. :D
ReplyDeleteThanks.. Artikelnya bermanfaat tojeng
ReplyDelete