Kemesraan
seseorang dengan suaminya bisa membuat orang lain cemburu. Tapi kali ini bukan
cemburu yang tdak baik. Cemburu kali ini adalah cemburu yang sekaligus bikin
bahagia. Karena yang cemburu adalah sahabatnya.
“Cemburu,
deh melihat suaminya bantuin sahabat
kita di dapur,” ucap seorang sahabat, sebut saja namanya Asti. Jangan
membayangkan Asti mengatakan ini sambil cemberut, yah. Tidak. Dia mengatakannya
sambil tersenyum bahagia.
Saat itu
kami beserta dua orang sahabat lainnya sedang terjebak di rumah sahabat yang
membuat cemburu itu. Menjebakkan diri, sepertinya, deh karena persis menjelang
waktu makan malam kami berada di rumahnya, hehehe.
Tuan
rumah yang menjadi tidak enak hati karena ada ibu-ibu tanggung yang terjebak di
rumahnya menjelang waktu makan malam, buru-buru menyiapkan makanan. Saat hendak
membantunya, kami terpana karena suaminya tengah sibuk mengaduk-aduk sesuatu di
atas kompor. Dua orang anaknya juga ikut membantu, seorang pemuda yang sudah
mahasiswa dan seorang gadis yang duduk di bangku SMP. Kami jadi salah tingkah
sendiri karena tidak tahu mau ngapain sementara
sahabat kami, suaminya, dan anak-anaknya sedang bahu-membahu di dalam dapur
yang berukuran tak luas. Kami lalu kembali ke ruang tamu. Itulah yang menjadi
bahan pembicaraan kami selanjutnya.
“Cemburu?
Makanya nikah. Paling dia bilang begitu padamu kalau kamu menyampaikan
kecemburuanmu padanya,” saya berseloroh sembari tertawa kecil. Soalnya kawan yang
mengucapkan hal itu belum bertemu jodohnya hingga kini. Tentu saja saya
bercanda. Saya tahu menikah bukan hal yang mudah. Banyak misteri dan teka-teki
di balik kata “jodoh”. Bukan salah sahabat saya kalau sampai sekarang ia tak kunjung
bertemu jodohnya.
“Suami
saya seperti suami sahabat kita itu. Dia tak sungkan-sungkan turun ke dapur dan
membantu mengurusi anak-anak. Bersyukur deh kalau dapat suami seperti itu.
Masalahnya, biasanya setelah nikah baru kita bisa tahu apakah suami kita tipe
orang yang ringan tangan membantu pekerjaan rumah atau tidak,” kata saya kepada
sahabat-sahabat saya.
Saya pernah
dengar seorang suami curhat betapa terganggunya dia dengan tangis bayinya di tengah
malam. Karena merasa terganggu, dia pun memutuskan untuk tidur di kamar lain.
Duh, kebayang betapa lelahnya
istrinya mengurusi bayi mereka seorang diri sepanjang hari, sepanjang tahun, dan bahan mengurusi anak-anak mereka seumur hidup L.
Bersyukur
sekali, suami saya siap terganggu tidur malamnya ketika saya membutuhkannya
untuk mengurus anak-anak kami. Ketiganya menyusu pada saya saat bayi tapi
ketika pipis atau pup, atau rewel di
tengah malam, suami saya bersedia saja menjadi pengganti popok mereka dan menggendong
mereka.
Kalau
buat saya, romantis dengan kata-kata mesra kalah penting dengan kesiapan dan
kesigapan suami membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurusi anak-anak.
Malah romantisme versi saya adalah ketika melihat suami ikut membantu pekerjaan
rumah dan mengurusi anak-anak kami. Bukan ketika memberi kata-kata cinta. Saya
ini penggeli. Malah bisa geli dan muak kalau kata-kata cinta terdengar
berlebihan. Apalah arti kata-kata cinta tanpa bukti. Mending perlihatkan saja rasa cinta itu dengan ketulusan berbagi
pekerjaan rumah dan dalam mengurus anak. Dan satu lagi, romantisme itu ketika
suami tidak terlalu menuntut harus diurus seperti bayi – seperti suami saya
juga. Naah, itu baru suami romantis. Uhuk. Kalau dia membaca ini, bisa besar
kepala, kali ya hehehe.
Oya, suami yang senantiasa membantu istrinya dan dekat dengan anak-anaknya itu bisa menstimulasi anaknya hingga menjadi anak cerdas, lho. Kalau tidak percaya simak, deh tulisan saya yang berjudul LEGENDADDY: Ayah Hebat yang Sadar Perannya dalam Pengasuhan Anak.
Oya, suami yang senantiasa membantu istrinya dan dekat dengan anak-anaknya itu bisa menstimulasi anaknya hingga menjadi anak cerdas, lho. Kalau tidak percaya simak, deh tulisan saya yang berjudul LEGENDADDY: Ayah Hebat yang Sadar Perannya dalam Pengasuhan Anak.
Nah, seperti
apa suami romantis, menurutmu?
Makassar, 18 Maret 2016
Share :
Huiiihh ud lama ga kemari, udah beda aja chasingnya. Kece mak Niar!!!
ReplyDeleteSuami romantic itu ya gitu, yang mau bantuin kerjaan Rumah, jaga anak sementara istrinya me time ke acara blogger *eh, juga yang mau menjaga komunikasi intend supaya ga ketinggalan cerita apapun, sesepele apapun. Siapa?
Ya suamiku. Huahahahaha *boleh ya banggain suami sendiri.
Ya iya, masa suami org. Wkwkwk
Masih berantakan, nih Mak Ratu. Pembenahannya belum selesai.
DeleteHoho benar ituuuh. Romantisme itu pun saat suami mengantar ke acara2 yang mengundang blogger.
Yak, mari banggain suami masing-masing. Tidak ada larangan, hehehe.
bikin iri pake banget tu momen :)
ReplyDeleteMasih iriiii?
DeleteBeromantis jugalaaah wkwkwk.
Setuju banget mb, romantisme dlm perbustan lebih bikin melting ketimbang sekedar kata2 ^^
ReplyDeleteTosss, Mbak.
DeleteAlhamdulillah sama Kak,tapi bukan urusan dapur. Nyerah dia mah. Tapi nyuci piring, baju, dan belanja ke pasar sampe sekarang selalu dia yg kerjakan :)
ReplyDeleteYang penting beliau mau melakukan kerjaan rumah yang lain dan jagain anak. Itu termasuk romantis juga, kaaan? :D
DeleteAlhamdulillah ya, ayahnya babyjo juga termasuk suami romantis kalau begitu. Tidak keberatan turun tangan di dapur dan mengurus anak :D
ReplyDeleteAlhamdulillah. NAnie istri yang beruntung ^^
DeleteMenurutku suami yang mau bantu pekerjaan rumah yang biasa ditangani istri itu emang romantis, hehe :).
ReplyDeleteToss :D
DeleteYa kalau ukuran romantis adalah penuh rayuan dan kata kata manis, nikah aja sama penyair..... :D
ReplyDeleteAhahaha. Ada-ada saja Pak Edi.
DeleteLucky me punya suami yang juga nggak gengsi buat turun ke dapur. Suamiku mau banget dan hampir tiap hari bantuin di dapur, dari sekedar ngulekin bumbu sampai cuci piring.
ReplyDeleteWaaah asyik tuh, Mbak. Jadi berasa "ratu rumah tangga yah" :)
Deleteuntung saya udah nikah..
ReplyDeleteKe istrinya romantisnya, gimana Mas?
Delete*kepo*
Saya pernah dengar bahwa lelaki kalau sudah menikah itu menjadi dua bagian mbak yaitu type suami atau type ayah. Kalau type suami dia akan memnaggakan istrinya tapi kalau type ayah dia akan membanggakan seluruh keluarga. Alhamdulillah suami saya termasuk yang type ayah, yang mau membantu apa saja dari bersih-bersih rumah sampai gantiin popok anak kami waktu bayi :)
ReplyDeleteAda juga yang termasuk ke dalam kedua tipe itukah, Mbak?
DeleteWaah asyik, ya Mbak Anjar. Suaminya benar2 romantis.
Aaaaaaaaaaakh, aku besok kalau jadi suami, mau turun ke dapur ah buat bantu istri. Biar bisa bikin cemburuuu :p
ReplyDeleteKereeeeen (Y)
DeleteSuami saya bukan tipe romantis yang suka memberikan kata yang berbunga-bunga he..he..
ReplyDeleteTapi untuk urusan rumah dan mengurus anak, dia tidak sungkan untuk membantu. Dan itu sudah cukup bagi saya ..he..he..
Nah, di situlah romantisnya suami Mbak Nurul ;)
DeleteAlhamdulillah suami saya tipe yang romantis juga kyk gitu, malah semenjak punya anak kedua, hampir tiap hari suami yg belanja ke tukang sayur. Gak risih saingan belanja ma emak2 rempong. Akibatnya, msh hafalan dia, ttg harga belanjaan, ketimbang saya :))
ReplyDeleteWow ... benar2 romantis. Sama dong romantisme versi kita ya, Mbak.
DeleteKece banget nih ceritanya, blognya juga menarik deh
ReplyDeleteMakasih Mbak Naqi. Ini masih dalam pembenahan, Mbak. Belum selesai.
DeleteWah,, ceritanya bikin aku cemburu nih, untung sudah punya bini,,, Hehehe
ReplyDeleteCemburu sama siapa? :D
DeleteSeneng melihat pasangan harmonis
ReplyDeletesemooga selalu rukun dan sakinah amin
Aamiin. Makasih ya Mas Agung.
Deletesuami romantis itu ya kayak gueeee .... gak, ya?
ReplyDeleteBeuh.
DeleteHahaha.
Eh, memangnya sudah nikah?
aku beruntung suamiku juga tipe yang mau membantu istri dan ga segan turun ke dapur mbak :).. tapi paling sneng dia kalo harus jagain anak2 ato nyusuin si baby :D.. jd kita bisa gantian gitu... walopun ada babysitter, tapikan kalo udh malam, si mbak ttp harus istirahat biar ga tepar.. nah di situ deh kita berdua saling gantian ngemong si baby dan kakaknya :D .. Itu aja udh cukup buatku.. justru suami yg trlalu srg obral pujian, aku ga suka tuh.. pengalaman dari pacaran ama yg dulu2, cowo obral pujian malah suka ga tulus ;p hihihihi
ReplyDeleteHihi, geli ya kalo dipuji2 meski sama suami.
DeleteSesekali sih uhuy. Kalo keseringan memang jadinya basi hehehe.
Asyik tuh Mbak, suaminta romantis di perbuatan :)
Iya bener.setuju
ReplyDeleteToss Mbak Ade
DeleteKalo suamiku gak bisa masak.. Bikin mie rebuspun kebanyakan kuahnya..haha.. Romantisme ala aku dan suami ketika dia nungguin di meja makan dgn sabar.. Menantikan hidangan yg kubuat dari dapurku sendiri..
ReplyDeleteItu pun juga manissss, Mbak Rita. Yang penting romantismenya di perbuatan yang berguna buat istri :)
DeleteRomantisme di dapur memang penting yaa, kadang rasanya gimana gitu kalo ngeliat suami bantuin di dapur.. sexy.. #Eeeh
ReplyDeleteIhiir ... benar tuh :D
DeleteWaaah mirip sama abahku dirumah, bun. Kalau mama lagi masak suka ikut jadi seksi 'riweuh' bantu sana-sini di dapur :D
ReplyDeleteJadi ingat bapak saya ... bapak saya pun begitu. Sering kali malah lebih ribet Bapak kalo ada tamu :)
DeleteWah.. romantisme memang beda2 yah bagi semua.pasangan. abis baca ininjadi kepikiran, si ayah romantisnya kayak gimana yah? Hehehe. Suamiku sih gak akan nolak jika dimintain tolong. Cma memang harus minta tolong, kalau gak, dia akan cuek aja liat istrinya sibuk. Hihihi. Tapi, saat libur, urusan anak-anak, suami yang handle. Sampai masak pun suami. Ah jadi cerita sendirian. :D
ReplyDeleteNah, itu yang saya lupa tulis. Suami saya sebenarnya pun sering kali seperti itu. Dan ketika beliau mau mengerjakannya, di situlah romantismenya. Kebanyakan laki-laki ya begitu itu Mbak. Kalo tidak bilang butuh bantuan ya dianggapnya kita bisa mengerjakannya sendiri, begitu lho :)
Deleteowh...
ReplyDeletejadi istri tuh seneng yah klw suaminya ikut turun ke dapur....
baru tau aku...
makasih ceritanya.. :D
Sebenarnya, pada dasarnya ketika istri ribet dengan urusan rumah ataupun anak dan suaminya rela membantu, nah saat itulah istri merasa sangat diperhatikan :)
DeleteSetiap suami memang seharusnya selalu berbagi pekerjaan dengan istri mbak, mau bantuin lah kerepotan istri itu bikin seneng dan lebih romantis daripada suami ngasi bunga cantik.
ReplyDeleteToss, Mbak.
DeleteMenurut saya pun demikian. Lebih berguna dibantuin daripada dikasih bunga.
Wuih sata setuju banget nenk,, Semoga Artikella nya Bermanfaat semua orang
ReplyDeleteTerima kasih.
Deletekalau saya suami yang masak malah mbak, jadi gak romantis deh soalnya saya nunggu di meja makan hehe
ReplyDeleteHm,jangan2 di sisi suami, di situlah romantisnya?
DeleteBisa saja, kan Mbak Ev?
suami yang romantis yang penting perbuatannya ya kan mbak :)
ReplyDeleteSetujuuuuu ^^
DeleteIdem Mbakkk. Paling suka kalo suami bantu-bantu gitu. :D
ReplyDeleteNah, tosss Mbak Nisa ^^
DeleteSetuju sekali. Yang namanya berumahtangga adalah proyek berdua bukan hanya salah satu
ReplyDeleteWaah komentarnya apik ....
DeleteSenang sekali membaca ada lelaki berkomentar seperti Mas Ramdhani :)
suami romantis yang mau bareng2 ngurus rumah tangga ngga melulu kita aja, terus mau mengungkapkan cinta pada istrinya, hihihi
ReplyDeleteYup. Asalkan kata2 cintanya tidak berlebihan .... *menurut saya*:D
DeleteJd inget keluarga susindra. Dih aku brasa jd obat nyamuk klo mreka lg 2-2 an
ReplyDeleteromantis itu ketika semuanya turun ke dapur buat bantuin masak..makan bareng terus..cuci piring masing2 ha2 *mak malas
ReplyDeleteKalau buat saya, romantis dengan kata-kata mesra kalah penting dengan kesiapan dan kesigapan suami membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurusi anak-anak. Malah romantisme versi saya adalah ketika melihat suami ikut membantu pekerjaan rumah dan mengurusi anak-anak kami.
ReplyDeletesetujuuu
Belum bisa merasakan romantisme seperti di tulisan mba mugniar ini,
ReplyDelete*maklum belum nikah* hahaha
semoga dapet istri yg pinter masak dan jago masak, biar dapurnya rame terus