Tulisan ini merupakan tulisan kedua dari seminar Menjawab Tantangan dan Mengembangkan Produktivitas Para Pelaku UMKM & Digital. Baca tulisan sebelumnya di sini.
Seminar
Menjawab Tantangan dan Mengembangkan Produktivitas Para Pelaku UMKM &
Digital dalam Menghadapi MEA yang saya hadiri pada tanggal 26 Maret lalu
berskala nasional. Seminar ini diselenggarakan oleh MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK). Kedua nara sumbernya didatangkan dari Jakarta: Shinta
Dhanuwrdoyo dan Andrew Senduk.
Shinta
Dhanuwardoyo adalah pioneer digital entrepreneurship di Indonesia. Mulanya
dia membuat website, belajar secara otodidak. Passion-nya adalah internet.
Shinta mengaku “jatuh cinta” pada internet. Sebenarnya tak ada latar belakang
dirinya sebagai orang IT. Shinta lulus S1 sebagai sarjana arsitektur dan S2-nya
dalam bidang bisnis. Perempuan cantik ini membuktikan ia bisa membaca arah
perkembangan digital entrepreneurship di Indonesia melalui
bisnis-bisnis yang dibangunnya.
Kata Shinta, dia memulai bisnis-bisnisnya, rata-rata “kepagian”, ketika belum ada yang memulainya di Indonesia, dia sudah merintisnya. Shinta pernah membuatkan e-mail gratis untuk sekolah-sekolah dia membeli domain untuk alamat-alamat e-mail tersebut. Sekolah-sekolah menerima namun kemudian bisnisnya harus ditutup karena ternyata guru-guru tidak siap, tidak bisa mengoperasikan (tahun 90-an, belum banyak orang yang memiliki komputer).
Shinta
pernah membuat website Katakan Cinta dot Com. Karena tidak ada pengiklan,
Shinta bekerja sama dengan stasiun televisi yang kebetulan juga menayangkan
acara bernama sama pada waktu itu – Katakan Cinta. Selama bertahun-tahun, saat
acara tersebut tayang, website yang Shinta bangung bertahan namun kembali harus
tutup ketika stasiun televisi yang bersangkutan menghentikan tayangan acara
Katakan Cinta. Yah, tak ada acara hiburan
yang abadi televisi, kan?
Tahun
2008 – 2010, Shinta membangun Plasa dot Com, market place pertama di Indonesia. Enam dari 10 usaha yang dibuat
Shinta harus tutup. “Tidak apa-apa, kalau gagal, bangkit lagi. Begitu terus.
Kalau mau sukses kita memang harus merasakan jatuh berkali-kali,” kira-kira
begitu yang disampaikan perempuan kelahiran 1970 yang kini lebih banyak
berinvestasi di startup.
Sekira
90% bisnis di Indonesia adalah UMKM, jumlahnya kurang lebih ada 55 juta. Bisa
dikatakan ekonomi negara kita “berdasarkan” UMKM. “Salah satu cara
mengembangkan UMKM kita adalah dengan digital
technology. Penting untuk mendigitalisasi UMKM, pasar bisa lebih besar.
Kita tidak sendiri, ada banyak market
place seperti Tokopedia dot Com, Bukalapak dot Com, Yuk Bisnis dot Com, dan
lain-lain,” papar perempuan yang kini dikenal sebagai angel investor ini (tentang istilah angel investor, saya baru
menyadari kebodohan saya setelah pulang ke rumah, mengapa saya tidak menanyakan
apa maksud istilah ini kepada Shinta ... menyesal ... menyesal ... menyesaaaaal).
Shinta (kiri), Andrew (kanan). Sumber foto: Kominfo Kota Makassar |
Indonesia
mestinya bisa mencontoh China. Kalau di Indoneia, omzet E – commerce itu 20 juta USD per tahun, di
China bisa 20 juta USD per bulan, lho! Data ini dikemukakan Shinta. Secara, penduduk Indonesia jumlahnya
termasuk “raksasa” dunia, gitu, lho ... kekuatan yang diperhitungkan dalam era
MEA ini!
Saat
moderator menanyakan tentang pendapat Shinta mengenai startup Indonesia, Shinta mengatakan, “Startup Indonesia berkembang
pesat. Kendalanya, kita tidak punya developer
yang cukup andal. Untuk menjadi andal, harus dibangun portal yang tahan dengan traffick dan transaksi yang besar. Saya
bilang kepada startup saya agar punya visi dunia, meski mulainya di Indonesia.”
Dalam
memilih startup, Shinta mengatakan,
selain dia memperhatikan produk yang dihasilkan, penting baginya peran founder dan timnya (oya, Shinta ini
mementori beberapa startup, lhoo).
Peran founder tentunya penting karena dia yang akan leading timnya.
Andrew
Senduk, nara sumber kedua rupanya orang Belanda. Dia lebih banyak berbahasa
Inggris selama seminar berlangsung. Melihat perawakannya, banyak yang
mengiranya orang Manado. Kini dia membidangi E – commerce dari Indonesia, Orami dot Com. Melanjutkan mengenai startup yang dibahas Shinta di atas,
Andrew mengatakan, “Selalu cek produkmu di costumer.”
Selanjutnya,
baik Shinta dan Andrew membawakan presentasi mereka kepada hadirin. Tentang
presentasi kedua orang yang inspiratif ini, akan saya paparkan di tulisan
berikut yaa ... stay tune.
Makassar, 31 Maret 2016
Bersambung
di tulisan berikutnya
\
Share :
Salut pada mbak Sinta deh mbak Niar, yang meskipiun berjkali-kali gagal dan jatuh tetap bisa bangkit dan memulai lagi dari awal. Bisa jadi inspirasi buat kita semua. Yang penting kerja keras dan tekun ya mbak :)
ReplyDeletewuih...udah mah ibu yang cantik, kesibukannya pun bersinggungan dengan warga masyarakat lingkungan dengan berkegiatan memajukan UMKM, tentu serapan ilmu dalam seminar itu wajib ditularkan di UMKM di wilayahnya ya bu admin ya?
ReplyDeletekeren deh ih
sekarng lagi trend digital marketing ya mbak niar
ReplyDeleteoh ya aku nggak tinggal di malang, aku tinggal di malang 2007-2011
hehe isi postku bikin salah paham ya anyway iya semoga terus konsisten ngeblog
Bisnis memang begitu ya Mbak. Harus berani jatuh bangun. Resiko tinggi tapi gain juga tinggi yak.
ReplyDeletePerkembangan startup saat ini memang mengejutkan sekaligus menakjubkan ya mbak. Ulasannya sangat menarik. Senang sekali dapat berkunjung ke laman web yang satu ini. Ayo kita upgrade ilmu internet marketing, SEO dan berbagai macam optimasi sosial media pelejit omset. Langsung saja kunjungi laman web kami ya. Ada kelas online nya juga lho. Terimakasih ^_^
ReplyDeleteHarus memiliki mental baja ya untuk jadi enterprenuer sukses.
ReplyDeleteAku selalu kagum mba dengan orang-orang yang jago berwirausaha gitu. Mereka berani dan kreatif. Dan pasti nggak ragu ya nangung rugi. Aku belum mulai aja udah banyak mikir. Hehhee
ReplyDeletekegagalan dalam bisnis yaa emang udah jadi syarat mutlak bagi orang2 yang terjun di dunia bisnis,, salam sukses.!
ReplyDeletebanyak ilmu baru ya mba...menyenangkan untuk bisa terus belajar..
ReplyDeleteOlaaaaaa laaaaa...
ReplyDeleteAngel investor, harus googling nih biar sedikit ada gambaran.
Makasih mbak niar sharingnya.
Setahu saya, Angel investor itu ya seperti investor 'malaikat' yang baik hati, tidak menuntut investasinya balik cepat dan jumlahnya besar. Dia mengerti bisnis bisa rugi, dan kalaupun rugi dia bisa mengerti bukannya malah mencela atau lapor polisi. Heheheh
ReplyDelete