Tanggal
8, 9, dan 10 September lalu, pemeritah Kota Makassar menyelenggarakan Makassar International F8 Festival & Forum di anjungan Pantai Losari. Event ini mengundang antusias warga
Makassar untuk datang memadati anjungan Pantai Losari. Sedikitnya ada 20 negara
yang turut meramaikan ajang ini. Hm, harusnya para travel blogger meliput ajang keren ini.
Booth negara lain yang sempat saya lihat
adalah booth dari konsulat Jenderal
Switzerland. Eh tapi cuma lewat di
depannya saja, ding. Andai sedang santai, saya mungkin mampir dan mengambil
majalah atau flyer yang ada di sana.
Sayangnya saya sedang dalam keadaan bertugas memberikan live report ke media sosial. Jadi cuma bisa lalu-lalang saja. Selain
itu saya melihat ada booth dari pemerintah daerah Kediri
(Jawa Timur) dan dari daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan. Sayangnya saya
tidak bisa mencatat kota atau daerah apa saja yang “hadir” di ajang yang
memenuhi area sepanjang lebih dari 1 kilo meter ini.
Bersyukur
saya sempat datang di sore hari Jumat itu. Acara-acara inti dimulai pukul 4
sore. Beberapa panggung memulai atraksinya secara paralel. Bukan hanya di
panggung di dalam anjungan. Di pinggir jalan Penghibur pun ada atraksi yang
bisa dilihat. Ada jejeran becak hias dan anak-anak sekolah dasar semakassar
ber-shaf di depannya. Anak-anak sekolah dasar itu ber-marching band. Konstumnya macam-macam, warna-warni. Senang deh menyaksikan
mereka. Sayangnya ada kelompok marching
band yang memainkan lagu Goyang Dumang. Aih pelatihnya ini gimana, sih. Masa’ lagu Goyang Dumang
dianggap pantas untuk anak-anak?
Di sela-sela jajaran anak-anak yang ber-marching band, ada juga anak-anak yang memakai baju adat Sulawesi Selatan. Lucu-lucu mereka. Rata-rata berpasang-pasangan, laki-perempuan. Eh,
tunggu dulu. Istilah marching band kayaknya
tidak pas, ya. Karena mereka tak berbaris, hanya membentuk formasi shaf yang amat panjang dan berdiri saja
di situ selama memainkan alat musik yang mereka pegang Kayaknya yang ini namanya "lining band", deh :)
Anak-anak dari SDN Borong Jambu berlatih sebelum tampil |
Gerbang panggung Folks, di antara 2 tugu adipura |
Para
penonton berfoto bersama anak-anak yang keren-keren ini. Bahkan ada juga yang
berfoto bersama para tukang becak hias yang mengenakan pakaian khas Makassar.
Hihi kreatif juga bapak-bapak itu. Lumayan kan bisa nampang di media sosial
dengan hashtag #MakassarF8 dan
dilihat oleh banyak orang hari itu.
Saya
dan Abby Onety berkeliling lokasi Festival dan Forum F8. Jujur saja, saya
kewalahan mengikuti Abby. Kami seumuran, badannya lebih besar daripada saya
tetapi jauh lebih lincah dirinya daripada saya wkwkwk. Mungkin karena dia
terbiasa traveling kali, yah. Sering
kali saya tertinggal beberapa langkah di belakangnya.
Banyak
sekali booth tersebar di antara 8 tema
berhuruf depan F di Makassar International F8 Festival & Forum ini. F8 adalah istilah untuk tema-tema: Food,
Fashion, Fineart, Fiction writer, Folk, Flora, Fushion Jazz, dan Film. Selain yang
saya ceritakan di atas, juga ada booth-booth
dari komunitas, seperti JJS (Jalan-Jalan Seru). Ada booth-booth UMKM dengan aneka produk mereka, seperti kripik Pisang
Ijo, kripik ubi ungu, burger ubi ungu
dan sebagainya. Di atas booth-booth tersebut
ada tulisan “MCN”. Saya menduga itu singkatan dari Makassar Creative Network,
bukan MCN yang televisi itu.
Taman Flora |
Jejeran booth hotel |
Ada booth dari sejumlah hotel di Makassar, booth dari brand multi vitamin, provider
telekomunikasi, UMKM penjual barang-barang khas (untuk oleh-oleh) Makassar.
Juga panggung-panggung menampilkan atraksi budaya tradisional, jazz,
dan internasional.
Ketika
panggung Folk menampilkan orang-orang Indonesia yang menari tarian India, di
dekat saya dan Abby ada seorang ibu ikut joget India dengan hebohnya haha.
Padahal kami berdiri di luar gerbang Folk. Entah di dalam sana bagaimana,
mungkin lebih banyak lagi yang menari India.
Setiap
hari ada pertunjukan fashion show dari
berbagai designer. Beberapa di
antaranya designer muda berhijab. Desain
mereka keren-keren. Saya sempat terpukau juga melihatnya. Hanya saat melihat
ada desain baju yang sedikit memperlihatkan perut peragawatinya, terbit rasa
miris. Pengennya saya, kalau designer-nya berhijab supaya rancangannya
janganlah memperlihatkan bagian perut seperti itu walaupun desainnya bukan
untuk perempuan berhijab. Kayaknya kontras, begitu.
Menjelang
maghrib, saya dan Abby masuk ke area 10
Ikon Kuliner Makassar. Penasaran juga, apa saja 10 ikon yang dimaksud itu. Kuliner
Makassar kan banyak. Oooh rupanya yang berikut ini ke-10 jenis kuliner itu: coto,
jalangkote, pisang ijo, sop saudara, mie kering, pallumara, sop konro, pisang
epe, konro bakar, dan pallubasa.
Bendera negara-negara peserta Festival F8 |
Aneka lampion mempermanis area festival |
Sayangnya
tidak semua item ready stock. Saya
memesan kue dadar gulung yang disajikan bersama saus santan. Saus santannya
seperti saus santan pada penganan pisang ijo. Dadar gulung biasanya berisi
kelapa parut dicampun gula merah namun kali ini dadar gulungnya berisi kacang
tanah yang ditumbuk dan dicampur gula merah.
Sayangnya
di area 10 Ikon Kuliner Makassar itu minim
tempat sampah. Terlihat pada saat-saat ramai, sampah bertebaran di situ.
Sekadar masukan buat hotel yang punya booth
di situ, tahun depan – kalau ada kesempatan lagi, “Tolong dong disediakan
tempat sampah yang lebih banyak!”
Saat
waktu maghrib tiba, kami shalat maghrib di masjid apung Amirul Mukminin. Baru
kali ini saya shalat di masjid ini. Eh, tepatnya bukan di masjid. Kami shalat
di pelataran masjid. Untuk sebagian jama’ah perempuan, disediakan tempat shalat
beralas karpet di pelataran masjid. Area shalat dibatas oleh pagar berupa tali
rafia. Bagi yang tidak membawa mukena, ada mukena disediakan. Mukenanya
terlipat di atas karpet, bebas dipakai oleh siapa saja.
Sejumlah
petugas tampak sedang mengatur ketertiban. Seorang petugas memindahkan alas
kaki yang kami letakkan di dekat karpet, ke balik sebuah papan. Kami tak
melihat adanya papan tersebut tadi. Rupanya alas kaki para jama’ah yang shalat
di luar masjid diletakkan di situ.
Bisa mnum air gratis di sini |
Atraksi marching band. Di belakang anak-anak itu berjejer becak hias |
Becak hias |
Banyak
petugas tersebar di seantero area event.
Saya tidak tahu dari satuan mana saja mereka. Ada dari Satpol PP tetapi ada
pula yang lainnya. Terlihat dari warna seragam yang mereka kenakan
berbeda-beda. Di beberapa tempat ada semacam papan informasi yang memberikan petunjuk mengenai peta event. Beberapa booth informasi juga tersebar di sini.
Selain
itu, petugas pemadam kebakaran dan petugas kesehatan juga bersiaga. Terlihat
mobil pemadam kebakaran dan mobil kesehatan “Dottorota” terparkir. Ada pula booth kesehatan. Baik mobil maupun booth ditunggui oleh petugas kesehatan.
Oya,
buat yang kebelet pipis atau BAB, tersedia WC portable, lho. Saya sempat mengintip ke dalamnya. Lumayan juga.
Memadai buat mereka yang kebelet. Cuma agak bau, sih. Maklum saja kalau
orang-orang yang bergantian masuk tidak semuanya mau menyiram kotorannya
sendiri dengan baik. Mungkin karena bukan miliknya kali ya hihi. Kalau disiram
dengan baik, seharusnya tidak seberbau itu, kali. Apakah karena kurang air? Entahlah,
ya. Waktu saya intip, airnya ada, koq.
Buat
mereka yang ingin minum gratisan, di area F8 ini ada juga tempat minum gratis,
lho. Tepatnya di booth PDAM. Di situ ada kran air siap minum. Boleh dicicip.
Gratis. Hanya saja, tidak boleh dipindahkan ke tempat lain. Minum di tempat
saja.
Mobil Dottorota siap siaga |
Mobil polisi bersiap |
Fiyuh.
Butuh waktu lama untuk bisa puas-puas mengamati semua yang ada di sini. Sudah
sepanjang ini tulisan saya tetapi belum semuanya bisa tertuang di sini. Saya
belum menuliskan tentang taman mungil Flora yang berisi aneka bunga cantik. Juga
beberapa yang lain:
- Beberapa perahu phinisi yang disiapkan untuk para fotografer – baik andal maupun dadakan.
- Atraksi sukhoi yang terlewatkan oleh saya
- Penampilan penyair-penyair Makassar di atas panggung Fiction Writer
- Ada pemutaran film asal Norwegia di layar besar pada panggung Film.
- Para cosplayer yang berfoto bersama para pengunjung.
- Atraksi marching band dari Satpol PP Kota Makassar.
- MC yang juga mempromosikan UMKM Makassar, seperti batik lontara’.
- Panggung Folks juga memperdengarkan alunan bebunyian tradisional.
Seru
sekali Makassar International F8 Festival & Forum. Ini hanya sebagian kecil yang teramati oleh saya, di hari kedua.
Tentunya jauh lebih banyak lagi macam kreativitas/hal menyenangkan yang bisa
disaksikan selama acara. Malahan, belum semua item acara saya tuliskan di atas. Andai Pantai Losari dekat dari
rumah saya dan tidak banyak yang harus saya kerjakan, mungkin saya bakal datang
setiap hari.
Pakaian adat Toraja |
Pakaian adat Bugis/Makassar |
Mudah-mudahan
di tahun depan ajang seperti ini berlangsung lagi dan oya, sedikit saran dari
saya ... jika Makassar International F8 Festival & Forum diselenggarakan lagi, sebaiknya pemerintah kota lebih melibatkan banyak blogger Makassar
supaya lebih seru. Kami – blogger, banyak terlibat di media sosial dan banyak
di antara kami yang siap menjayakan Makassar melalui tulisan. Dengan banyaknya
blogger Makassar yang bisa dilibatkan sejak sebelum acara hingga setelahnya
(dengan membuat tulisan seperti ini) – ehm,
tentunya perlu dibicarakan lebih dulu teknisnya – tentunya gaung dari
sebuah event internasional bisa jauh
lebih besar lagi.
Para petugas |
Area 10 Ikon Kuliner Makassar |
Makassar, 20 September 2016
*Bukan tulisan berbayar. Murni persembahan saya untuk kota tercinta*
Dua dari beberapa foto yang saya upload di Instagram saat festival berlangsung. Oya, F8 sempat jadi trending topic, lhoo:
Dua dari beberapa foto yang saya upload di Instagram saat festival berlangsung. Oya, F8 sempat jadi trending topic, lhoo:
Share :
Acara seperti ini mempunyai beberapa keuntungan. Selain menghibur masyarakat juga penting untuk promosi wisata yang ada di daerah.
ReplyDeleteTerima kasih sajiannya yang menarik
Salam hangat dari Jombang
Iya Pakdhe, benar sekali. Terima kasih sudah mampir, ya Pakdhe.
Deletepenggenalan wisata Makassar pas banget di acara ini. Kalau aku disana pasti udah berburu makanan enak hihiii
ReplyDeleteIya Mbak, benar sekali :D
DeleteKeren! Indonesia terlalu Indah untuk tidak dituliskan. Rakyat pun butuh hiburan seperti ini mbak. Agar punya ruang kembali ke dunia nyata :). Oh ya, salam kenal ya mbak.
ReplyDeleteSUka dengan kalimat ini: Indonesia terlalu Indah untuk tidak dituliskan.
DeleteTerima kasih :)
wah berarti karnavalnya ini di ikuti oleh banyak negara, kan internasional...
ReplyDeleteIya benar
DeleteWeih keren reportasenya mbak Niar. Ditunggu karya selanjutnya.
ReplyDeleteSalam
www.nurterbit.com
Terima kasih sudah mampir, Daeng.
DeleteSayangnya kopdar dengan kita' cuma sebentar. Saya malah tidak bertemu dengan Bunda :)
dari kecil aku senang banget liat pakaian adat Bugis, rasanya terlihat sangat cantik.. oiya dadar gulungnya berisi kacang tanah yang ditumbuk dan dicampur gula merah itu bikin saya ngiler, mgkn seperti rasa ting2 ya hehe
ReplyDeleteHehehe iya benar Mbak, berasa makan tingting :D
DeleteSosialisasi pra acara lebih terbuka agar siapapun itu bisa menikmati, nyaris tak ketahuan ������
ReplyDeleteSosialisasi pra acara lebih terbuka๐๐๐
ReplyDeleteSmoga someday bisa menjejakkan kaki di Makssar amin
ReplyDeleteRame seru acara nya ... sukses
ReplyDeleteKeren-keren kak niar. Saya jadi dapat banyak informasi menarik walau malas banget ikutan acara yang orangnya dimana-mana, sumpah banyak sekali orang.. :):):):) tapi saya sempat hadir pas hari pertama, karena macet jadi singgah saja deh.. :D:D
ReplyDeletekalau tahun depan ada lagi, saya pengen hadir, yang ini kemarin bener-bener nda sempat ke sana ka kasiaaang :(
ReplyDeleteWow keren blognya bagus, reportasenya mantap, sukses ya mba Niar.
ReplyDeleteIndonesia memang kaya akan budaya ya. Pengen liat tapi sayangnya jauh banget dah. Beda Pulau -_-
ReplyDeletewow, sayang banget gak bsa pergi taun ini, taun depan bakalan ada lagi gak ya?
ReplyDelete