Tulisan
ini merupakan tulisan keempat dari kegiatan Sosialisasi Peduli Sahabat di
Makassar. Tiga tulisan sebelumnya adalah: Sosialisasi Peduli
Sahabat: Ujian Atas Kesungguhan dan Keyakinan, Sosialisasi
Peduli Sahabat: Atasi Kecanduan Pornografi dengan Menjadi Sahabat Anak, dan
Sosialisasi
Peduli Sahabat: Deteksi Orientasi Seksual yang Berbeda.
Berbeda
dengan kegiatan Sosialisasi
Peduli Sahabat di Masjid Bani Haji Adam Taba’ sehari sebelumnya, talkshow yang diselenggarakan di
Auditorium Aksa Mahmud Universitas Bosowa pada tanggal 1 Maret lalu dihadiri
oleh orang-orang dewasa. Pada pengumuman memang kami (panitia) memasang peringatan
untuk tak membawa anak kecil karena apa yang akan disampaikan oleh Mas Sinyo,
kosa katanya sebaiknya tidak didengar oleh anak-anak.
Usai
Bu Trisnawaty
Azis memaparkan presentasinya, giliran Mas Sinyo Egie menyampaikan materinya. Kali
ini saya tidak bisa menyimak keseluruhan penyampaiannya karena sebagai (ketua)
panitia, saya harus memantau kelancaran acara bersama teman-teman panitia
lainnya. Misalnya ketika konsumsi ternyata tidak cukup, hal itu dengan segera
harus diantisipasi. Namun demikian saya sempat mencatat beberapa hal dan membagikannya
di sini.
Mas
Sinyo membuka pemaparannya dengan menceritakan sekilas sejarah LGBT (Lesbian,
Gay, Biseksual, dan Transgender). LGBT berusaha mengukuhkan dirinya sebagai identitas
(secara formalitas, legalitas, dan dogma/normalitas).
Jika heteroseksual
(penyuka lain jenis) disebut straight, selain
LGBT ada yang disebut SSA (same sex
attraction). SSA ini meskipun memiliki ketertarikan kepada sesama jenis,
banyak yang berusaha menjaga dirinya untuk tetap straight. Mereka berusaha
hidup tenang dengan fitrah bahwa lelaki fitrahnya menikah dengan perempuan,
demikian pula sebaliknya. Apakah bisa? Ya, bisa. Peduli Sahabat melakukan
pendampingan kepada mereka (konsultasi dan terapi). Dan sudah ada yang “lulus”,
lho. Mereka menikah dan hidup bahagia.
Umur Balita (Titik
Berbelok)
Sudut
pandang (titik awal berbelok)
1. Butuh
perlindungan (Ketidaknyamanan) – Salah model
Keluarga non-harmonis
Bapak otoriter-keras
Dominasi ibu
2. Terlalu
dilindungi (over)
Anak bungsu
Anak tunggal
Anak satu-satunya dengan jenis
kelamin berbeda
Anak ‘Istimewa’
3. Liar
(bebas) – tidak adanya role model
Anak Sulung (yatim)
Anak satu-satunya dengan jenis
kelamin berbeda
Umur 6 – 10 Tahun
(Penguatan)
1. Penguatan
lewat Trauma (luka jiwa)
Kekerasan seksual (bagian dari
pelecahan seksual)
Adegan kekerasan orang dicintai
(dll.)
2. Penguatan
terhadap Definisi - Karakter
Bully (penampilan, style, dll.)
Pola asuh (dandan dll.)
Pilihan kesukaan (favorit film,
karakter, dll)
Umur 11 - 14 Tahun
(Kebingungan & Penguatan)
1. Seks
Pertama Kali (keinginan/mencari tahu)
Bacaan
Film
Dalam kehidupan nyata (termasuk
kekerasan seksual)
2. Pemilihan
Kegiatan (Mencoba mengatasi)
Sepak bola
Pramuka
Membaca – menulis - puisi
Menari atau menyanyi (kesenian)
Umur 15 tahun ke
atas (Pengkristalan)
1. Self
Hypnosis (semakin jauh menyeret)
Bacaan (media,buku agama, dll.)
Ustadz (larangan,ketakutan, dll.)
Kelompok LGBT
2. Bergabung
kelompok LGBT
3. Menyendiri
(nagatif)
Mas Sinyo mengatakan bahwa masa balita adalah yang paling penting. Usia 6 – 10 tahun adalah masa penguatan. Kalau pada masa balitanya orientasi seksual anak sudah berbelok maka akan semakin kuat setelahnya. Lagi-lagi kita bisa lihat pentingnya peran orang tua di sini.
Peduli
Sahabat mengambil tempat sebagai sahabat bagi SSA dan LGBT yang ingin straight. Berusaha menjadi solusi. Tidak
mencaci yang tidak berkenan mendekat. Tidak berusaha menjadi kontra, hanya
merangkul yang ingin mengubah diri agar tenang dengan fitrah lahiriahnya
semula.
Dari
banyak hal yang dibahas, termasuk pornografi, saya tidak bisa mencatat banyak
karena sedang sibuk sebagai panitia. Namun saya masih ingat tentang kasus
remaja putri yang rela bervideo-seks dengan seorang lelaki yang hanya
dikenalnya via media sosial. Remaja putri itu rela memvideokan dirinya setengah
telanjang untuk lelaki itu.
Peran
orang tua si anak gadis ini besar sekali ternyata karena di antara saudara-saudaranya,
dia yang paling tidak pernah dipuji. Secara fisik dia “sangat biasa”
dibandingkan saudara-saudaranya. Begitu pun secara prestasi akademik,
saudara-saudaranya lebih hebat daripadanya. Jadilah dia klepek-klepek begitu mendapatkan pujian dari lelaki yang tidak
dikenalnya. Padahal lelaki itu hanyalah memanfaatkannya.
Semoga
sharing tentang materi Sosialisasi Peduli Sahabat ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya sendiri.
Agar anak-anak kita memiliki imunitas yang besar dalam menghadapi besarnya
tantangan dunia digital.
Makassar, 14 Maret 2017
Catatan:
Sinyo
Egie adalah pendiri dan ketua Yayasan Peduli Sahabat. Yayasan Peduli Sahabat
merupakan Yayasan yang secara gratis memberikan pendampingan untuk orang dengan
ketertarikan sesama jenis yang ingin kembali ke fitrahnya. Dengan tagline "memberi solusi, bukan
mencaci". Yayasan Peduli Sahabat juga memberikan edukasi dan konsultasi
tentang dunia non heteroseksual, kecanduan game, gadget dan pornografi.
"We help people who need us, we
don't look for people who don't"
Kontak kami di,
☎ 0878 8402 9055 / 0812 9577 7057
📧 sekretariat@pedulisahabat.org
curhat@pedulisahabat.org (konsultasi)
🔎 Peduli Sahabat (instagram)
💻 facebook.com/groups/pedulisahabat2014
🌏 http://pedulisahabat.org
☎ 0878 8402 9055 / 0812 9577 7057
📧 sekretariat@pedulisahabat.org
curhat@pedulisahabat.org (konsultasi)
🔎 Peduli Sahabat (instagram)
💻 facebook.com/groups/pedulisahabat2014
🌏 http://pedulisahabat.org
- Mohon do’anya agar Peduli Sahabat Makassar bisa segera bergerak bersama Yayasan Peduli Sahabat (pusat).
- Foto-foto berasal dari panitia Sosialisasi Peduli Sahabat Makassar
Simak juga tiga tulisan sebelumnya:
- Sosialisasi Peduli Sahabat: Ujian Atas Kesungguhan dan Keyakinan
- Sosialisasi Peduli Sahabat: Atasi Kecanduan Pornografi dengan Menjadi Sahabat Anak
- Sosialisasi Peduli Sahabat: Deteksi Orientasi Seksual yang Berbeda
Jangan lupa simak juga tulisan-tulisan
lainnya:
- Komunikasi dan Edukasi Seksual untuk Anak di Era Digital (2)
- Komunikasi dan Edukasi Seksual untuk Anak di Era Digital (1)
- "Gunung Es" Berupa Kasus-Kasus Kekerasan Seksual pada Anak
- Pengasuhan Anak ala Warteg? Oh, No!
- Catatan dari Diskusi Publik Media dan Isu Kekerasan pada Perempuan
Share :
Adalag tugas para orang tua untuk selalu meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahamannya tentang kesehatan reproduksi dan tanggung jawab yang ada padanya. Sebuah tulisan yang baik dan patut diketahui oleh para orang tua
ReplyDeleteBenar sekali Pak Asep
DeleteUlasan yang menarik, dan pasti banyak yang membaca karena hal beginian adalah sedang menjadi trend. LGBT, sedang naik daun. Mungkin karena kebosanan dan kejenuhan dengan aktivitas jiwa yang meonoton atau mungkin karena komunitas atau kerena faktor ekonomi.
ReplyDeleteAda banyak alasan sih Mas, setahu saya.
DeleteTerima kasih ya sudah membaca.
sayang sekali gk sempat ikutan acara ini. kereenn
ReplyDeleteIya yah .... semoga di lain waktu yaah.
Delete