Hal yang menyenangkan di zaman ini adalah melihat banyak perempuan bisa berkembang, bahkan dari dalam rumahnya sendiri.
Informasi kursus, seminar, hingga pekerjaan, diumumkan secara online.
Pada grup-grup
tertentu, informasi pekerjaan ditayangkan secara online. Bukan hanya mengenai adanya lowongan. Yang harus dikerjakan
pun dikerjakan via online, seperti
pekerjaan dalam dunia blogging dan
sebagai buzzer.
Media
sosial tidak hanya memberitakan kehidupan pribadi seorang artis hingga orang
biasa (melalui unggahan status tentang kehidupan pribadinya semisal berita
gembira peringatan ulang tahunnya sampai mengenai sakit yang dideritanya). Ada berita online
yang tersebar melalui media sosial, juga mengenai aktivitas jualan online.
Ada trend yang ditunjukkan oleh riset yang dilakukan Reuters Institute for Study
of Jurnalism dengan tajuk Reuters Institute Digital News Report 2016[1],
bahwa media sosial (Medsos) merupakan salah satu cara mengakses berita online
yang makin digandrungi. Hal ini terlihat dari data yang diunggah Databoks. Data
itu menunjukkan, semakin muda usia konsumen, makin besar kecenderungannya
mengakses berita online dan semakin
kecil keinginannya mengakses media mainstream
(televisi, radio, dan media cetak).
Data kecenderungan beralih ke platform online menurut generasi Sumber: Databoks, Katadata.co.id |
Data lain[2] menunjukkan, Gen Z (usia bawah 19 tahun) dan mereka yang berusia 20-39 tahun (Gen Y) cenderung menyukai menggunakan platform online untuk mendukung aktivitas mereka. Riset dari Nielsen menunjukkan sekira 38% Gen Y dan 40% Gen Z mengaku lebih memilih sesuatu yang berbasis online dalam kehidupan mereka sehari-harinya. Berbeda dengan generasi yang lebih tua. Mereka yang berusia lebih dari 40 tahun lebih sedikit yang beralih menggunakan sistem online karena masih merasa nyaman dengan layanan konvensional. Sudah sunnatullah-nya demikian. Perkembangan pesat teknologi informasi sebanding dengan minat kaum muda.
Perempuan dalam Dunia Digital
Perempuan
juga mengambil peran dalam dunia digital. Sebagai blogger yang setiap harinya bergelut dengan internet, saya sering
bertemu dengan para perempuan usia produktif (15 – 65 tahun) yang aktif
menggunakan internet. Ada yang hanya sebagai “konsumen berita atau informasi”
yang rajin membagikan kembali informasi/berita temuannya ke time line akun medsosnya. Ada pula yang
memang menjadi produktif dengan dukungan internet.
Kanan-kiri: Fauziah Zulfitri, Winarni, dan Wahyuni (sumber: fan page IKIKU Food) |
Saya pernah menuliskan tentang 3 perempuan yang tinggal di Makassar dan menjadi nara sumber event ADEI (Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia) yang menjalankan bisnisnya dengan dukungan dunia online pada tulisan berjudul Perempuan-Perempuan yang Berbisnis dengan Passion. Ada Fauziah Zulfitri dengan lembaga pengembangan dirinya (pendiri Insight Indonesia), Winarni (owner Doubleyoucakes), dan Wahyuni (owner Ikiku Food). Di luar tulisan itu, saya memang telah mengenal gaung mereka bertiga sebelum event ADEI melalui akun medsos masing-masing. Bahkan Winarni sengaja ikut kursus website agar bisa semaksimal mungkin menjalankan toko online-nya. Dia khusus belajar coding agar tidak hanya bisa menggunakan website, melainkan juga bisa mengelola website-nya dengan baik. Menambah fitur yang diinginkan dan mengoptimalkan pemakaian SEO-nya.
Selain
Winarni, banyak juga perempuan yang belajar mengelola bisnis online dengan menimba pengetahuan internet
marketing secara online. Seorang
sahabat perempuan saya khusus belajar internet
marketing secara online pada
seorang mentor nasional yang punya banyak sekali murid di seluruh Indonesia. Kursusnya berbayar, terntu saja. Saya
pernah mengamati time line sang
mentor, banyak sekali perempuan (setidaknya dari nama akunnya, menggambarkan
mereka perempuan) yang menjadi muridnya.
Perkiraan pembayaran digital di Indonesia. Sumber: Databoks, Katadata.co.id |
Memang,
banyak sekali perempuan tertarik menjalankan bisnis secara online karena kemudahan menjalankannya. Bisnis online bisa dijalankan sambil melakukan aktivitas rumah tangga dan
mengurus anak. Yang penting bisa eksis di ranah online dan terus mengembangkan dirinya dalam memasarkan produk
secara online. Kawan-kawan blogger
yang perempuan pun banyak yang ngeblog sembari menjalankan bisnis online-nya. Misalnya Mbak Lusi T di
Yogyakarta dengan bisnis craft-nya.
Teman-teman blogger perempuan di Makassar pun ada beberapa yang berbisnis online seperti Eryvia Maronie, Lia,
Veby, dan Indah.
Bisnis
online memang sangat meggiurkan. Ini
saya kutipkan dari Databoks, Katadata.co.id[3]:
“Pembayaran digital Indonesia diperkirakan mencapai US$ 18,59 miliar atau setara Rp 247 triliun pada 2017. Jumlah ini naik 23,8 persen dari tahun sebelumnya senilai US$ 15 miliar. Menurut data dari Asosiasi Fintech Indonesia belanja digital domestik masih mendominasi pembayaran digital dengan nilai US$ 18,55 miliar, pembayaran mobile US$ 4 juta dan transfer peer to peer (P2P) US$ 29 juta.”
Wow! Peluang
bagi perempuan Indonesia untuk menggarapnya secara maksimal, kan?
Untuk
memasarkan produk secara online, tentu
saja harus mengetahui seluk-beluk media sosial. Bagi sebagian perempuan, tidak
lengkap jika tidak memiliki toko online.
Sekarang ini tidak sulit lagi mencari kursus membuat toko online. Baba Studio adalah salah satu lembaga kursus yang menawarkan kemampuan
khusus ini. Dalam 3 minggu saja, peserta kursus mampu membuat toko online dan memahami online marketing. Dengan pengalaman selama 13 tahun, Baba Studio
sudah memiliki 15 ribu alumni dan meraih puluhan penghargaan. Melalui Baba
Studio, para peserta kursus bisa belajar langsung dari founder, CEO, dan owner dari
perusahaan-perusahaan ternama. Materinya bisa diakses dari mana saja. Perempuan, khususnya ibu rumah tangga bisa belajar dengan mudah. Well, mudah,
kan untuk yang benar-benar mau belajar?
Makassar, 30 April 2017
Tulisan
ini diikutkan Lomba Blog Baba Studio (diperpanjang hingga 30 April)
[1] http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/12/reuters-institute-kawula-muda-akses-berita-lewat-medsos
[2] http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/28/gen-y-dan-z-cenderung-beralih-ke-platform-online
[3] http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/28/2017-pembayaran-digital-indonesia-capai-rp-247-triliun
Share :
Solusi cantik biar perempuan lebih betah di rumah
ReplyDeleteIya, di rumah bisa dapat duit hehe
DeleteBaba studio ya? sudah sering dengar, tapi kok belum mampir ya.
ReplyDeletesampai ada trend nya ya: "semakin muda usia konsumen, makin besar kecenderungannya mengakses berita online dan semakin kecil keinginannya mengakses media mainstream (televisi, radio, dan media cetak)" tapi saya pikir karena anak muda sudah dihadapkan pada teknologi, itu sebab mereka doyan online. Sedangkan yang tua, mereka tahap peralihan.. dan karena faktor 'U' mau baca berita portal mata udah rawan aja.
Faktor K juga kayaknya Mbak Lidha, faktor kebiasaan hehehe.
DeleteSepertinya perempuan dan bisnis online sudah ditakdirkan menjadi satu paket, ya mba Niar.. :)
ReplyDeleteKarena mudah ya Mbak Juli :)
Delete