Saya
selalu excited saat menemukan ada blogger yang punya spesifikasi pada
cabang ilmu tertentu dan mau menuliskan tentang keilmuannya itu untuk orang
awam, dengan bahasa yang mudah dimengerti. Sangat terkesan dan salut dengan
kemauan berbagi yang seperti ini. Nah, begitulah yang saya rasakan ketika
mengaduk-aduk blog Ardiba Sefrinda, food
blogger asal Yogyakarta yang sejak Februari 2017 resmi berdomisili di
Palembang ini.
Saya
tertarik sekali dengan tulisannya yang berjudul Punya Bakat Diabetes, Ini Caraku Mencegahnya. Tiga kiat yang
dibahasnya adalah tidak mengemil makanan manis dan banyak minum air putih, mengkonsumsi
karbohidrat kompleks, dan memperbanyak olahraga. Ardiba menuliskan:
Dalam mengkonsumsi karbohidrat kompleks, sebaiknya memperhatikan nilai IG (indeks glisemik) pada bahan pangan tersebut. Indeks glisemik adalah kemampuan suatu makanan dalam meningkatkan gula darah.
Nah,
catat!
Oya,
berikut ini juga menjadi hal yang menarik bagi saya dalam tulisan tersebut:
Tips saja sih, kalau mau menurunkan kadar gula darah, sebaiknya makan nasi yang cenderung pera daripada nasi pulen karena IG nasi pera lebih rendah dibanding nasi pulen.
Mau
tahu lebih jelasnya kenapa demikian? Silakan meluncur ke Punya
Bakat Diabetes, Ini Caraku Mencegahnya.
Selain
tulisan itu, saya juga menyatroni tulisan berjudul Jadi
Relawan Uji Index Glisemik oleh Prof Marsono. Seru sekali pengalaman food blogger ini menjadi salah seorang sample percobaan Prof. Marsono – dosen senior di FTP UGM. Kadar
gula darahnya dicek beberapa kali setelah mengonsumsi beberapa macam makanan yang
dominan kabrohidratnya, seperti nasi merah dan nasi analog. Secara lengkap
Ardiba memaparkan proses penelitian dan hasilnya dalam tulisan tersebut.
Tulisan ini sangat berguna bagi mereka yang berhati-hati menjaga kadar gula
darahnya.
Ardiba bersama suami dan anak |
By the way, istilah “nasi analog” ini bikin dahi saya berkerut. Masalahnya, kalau dalam
dunia Teknik Elektro, lawan kata analog adalah digital. Jadi, kalau ada nasi
analog, ada nasi digital juga dong. Begitukah? 😜
Ternyata
pengertiannya begini kawan. Setelah saya japri,
ibu satu anak yang juga lifestyle
blogger ini menjelaskan bahwa “nasi analog” yang dimaksud adalah “nasi
tiruan”. Tiruan ini bukan dalam artian imitasi or KW yang negatif itu, malah positif buat yang sedang menjaga kadar gula darahnya. Nasi tiruan maksudnya adalah nasi yang berbahan dasar
tepung-tepungan yang dicetak seperti butiran nasi. Begitu. Jadi tidak ada
istilah nasi digital. 😌
Masih
penasaran, saya terus bertanya-tanya tentang nasi analog. Ardiba menjelaskan
dengan sangat baik:
“Tergantung campuran karbohidrat di beras analognya, sih. Tapi biasanya memang pakai bahan-bahan yang IG-nya rendah. Kayak jagung, singkong, kacang merah. Itu IG-nya lebih rendah dari beras biasa. Jadi ketika dibuat nasi analog, IG-nya bisa lebih rendah dari nasi biasa. Tapi IG ini juga bergantung dari proses pemasakan, Mak. Kayak kalo ubi digoreng, sama direbus, itu IG-nya lebih tinggi kalau direbus (tapi minyaknya banyak kalau digoreng, haha). Makanya, paling sehat itu justru dipanggang.”
Saat
ditanyakan apakah saya akan menulis mengenai beras analog atau IG dan beliau menyatakan
bersedia mencarikan saya jurnal terkait, saya mengelak. Lha, lebih joss kalau ibu ini yang menuliskannya
berhubung dia seorang teknolog pangan, toh bukan eike? Kalau saya yang nulis nanti
jadi dangkal dan tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk. Iya,
kan? 😁
Wih,
tentang satu tema saja – gula darah, saya bisa bikin satu tulisan. Padahal
tulisan Ardiba banyaak. Tulisan-tulisan yang saya ceritakan di atas berada di
bawah kategori Foodtech. Tulisan lainnya seputar gizi di dalam kategori ini masih
banyak. Di antaranya: Ciri-ciri Tubuh
Mengalami Kelainan Gula Darah, Jaga
Kolesterol Darah dalam Tubuh dengan Tiga Tambah dan Kurang, Waspadai Pencernaan Sensitif pada Anak,
dan Serba Serbi Coklat di Kampung Coklat.
Pada umumnya tulisan-tulisan di blog Ardiba tergabung pada kategori: Foodtech, Parenting,
Kuliner, Wisata, dan Fiksi.
Tadinya
saya sempat bingung mencari kategori apa saja yang ditulis sosok yang bisa juga
disebut sebagai family blogger ini.
Kan biasanya orang menempatkannya di widget
(biasanya di sisi body tulisan).
Namun Ardiba menempatkannya di bagian atas, serupa page. Klik saja kategori yang ingin dilihat, nanti akan muncul
tulisan-tulisannya.
Cara
menulis ibu muda ini asyik, mengalir dan ringan. Menulis bidang keilmuannya
saja bisa asyik begitu, apalagi menulis tentang keseharian. Berselancar di
blognya membuat saya membuka lagi dan lagi tulisan-tulisan yang tersimpan di
dalamnya. Well, kalau tidak percaya
dengan apa yang saya tulis di sini, silakan langsung ke blognya: www.ardiba.com.
Makassar, 1 Mei 2017
Catatan:
Semua gambar berasal dari www.ardiba.com.
Tulisan
ini bagian dari program Arisan Link Grup 4 komunitas Blogger Perempuan
Share :
haha iya mak...alis mata langsung naik ketika ada istilah analog..
ReplyDeleteberasa robot. thanks infonya bermanfaat sekali sebagai pengingat
Makasih ulasannya Mbak.. Jadi "tertampar" untuk segera menulis ttg food technology lagi..
ReplyDeleteWah, ternyata ada ya blogger yang membahas cabang ilmu ini. Semoga barakah dah tulisannya. Hihi
ReplyDeletewah...ada ya nasi analog, belum pernah nyobain hihihi
ReplyDeletekalo nasi digital sih udah pernah, waktu liatin foto makanan sliweran di timeline qiqiqiqi
Keren tulisannya, jadi dapet ide nulis. Segera meluncur ke sumber TKP.
ReplyDelete