Hari kedua mengantar si bungsu di sekolahnya, Mama ikut membeli tempe dari
penjual tempe yang boleh masuk di pekarangan sekolah. Belinya cuma sepotong
soalnya, berkaca dari pengalaman yang lalu-lalu, kalau membeli satu papan utuh,
biasanya tak habis. Untung tukang sayurnya fleksibel. Bukan hanya fleksibel
dalam soal harga, dia juga bersedia Mama membeli tempenya cuma sepotong. “Bisa
dipotong,” katanya.
Sepotong tempe pun dibawa pulang ke rumah. Mama pikir akan mudah
memasaknya. Dibumbui bawang putih, bawang merah, dan kecap saja. Namun rupanya
tidak sesderhana itu. Tempe yang cuma sepotong itu dipinta oleh dua anak
terkecil menjadi dua macam masakan: tempe kecap dan tempe garam. Tempe garam
itu maksudnya tempenya direndam dulu dengan air yang sudah dilarutkan bawang
putih dan garam yang sudah ditumbuk halus ke dalamnya, selama sekira 10
menitan.
Oke, baiklah. Mama sedang baik hati jadi mengiyakan permintaan kedua bocah itu. Tempe kecap siap lebih dulu sementara bahan untuk tempe garam masih direndam.
Lalu terjadi percakapan ini:
Mama (M): Athifah sini, coba rasa tempenya. Enak!
Athifah (A) mendekat dan mengambil sepotong kecil tempe yang Mama beri.
Mama memperhatikan wajah nona mungilnya mengunyah tempe.
M: Enak, toh?
A: Mmm ... Lumayan.
M: Heh, masa (cuma) lumayan. Ini enak. ENAK!!!????!!!
Makassar, 18 Juli 2017
Edisi mamak over confidence (rasa percaya dirinya kelewatan) yang tetiba baper. 😁😂😆
Share :
Enak banget tuh :)
ReplyDelete*ngumpet*
DeleteAduh, kok dipaksa bilang enak....
ReplyDeleteDipaksanya sambil senyum koq ... hehehe
Delete