Rasanya
baru saja saya melihat semringah di wajah Athifah – putri kedua saya saat di
pagi hari dia menuju sekolah dengan arloji barunya namun pulang sekolah, ada
kelesuan terlihat di situ. Ah, mungkin
dia lelah, pikir saya.
“Temanmu
lihat jam tanganmu?” dasar mamak kepo,
saya penasaran dengan tanggapan kawan-kawan Athifah. Reaksi anak-anak perempuan
kawan sekelas Athifah selalu menarik bagi saya. Sering sekali saya dibuat
melongo dengan cerita-cerita interaksi Athifah dengan kawan-kawan sebayanya
itu. Putri mungil saya mengangguk, wajahnya masih tetap lesu.
Belum
lama ini saya memesankan Athifah sebuah jam tangan anak lucu di Sophie Branch Makassar. Arlojinya bisa dijadikan proyektor,
dengan menampilkan gambar karakter-karakter kartun yang disukai anak-anak
perempuan. Saya saja senang melihatnya, apalagi Athifah, begitu pikir saya saat
melihat gambarnya pertama kali di buku katalog Sophie bulan Agustus 2017.
Athifah
memang senang saat saya tawarkan apakah dia mau memiliki arloji Sofia Projector (Ref JTX1714) itu. Untuk Afyad, saya
pilihkan Diecast Truck 2 in 1 (Ref H698M4).
Si bungsu ini pun senang melihat gambar mainan truk di katalog Sophie.
“Teman-temanku
bilang, ‘ih jam tangan anak-anak!’,” Athifah menceritakan komentar
kawan-kawannya.
“Jam tangan anak-anak kata temanmu? Kalian kan
memang masih anak-anak? Baru kelas lima es de, jadi masih anak-anak memang.
Terus, yang bagaimana itu jam tangan anak-anak?” saya bingung dan terlongo
sepersekian detik.
Anak-anak sekarang terlalu cepat
dewasa, ya? Saya saja masih suka, lho lihat gambar princess Sofia yang
menghiasi arloji unyu itu. Lalu, jam tangan bagaimana yang cocok untuk anak
kelas lima es de?
Benar-benar
saya tak habis pikir. Untungnya putri saya tetap menyenangi arlojinya. Dia
tetap memakainya (hingga saat tulisan ini ditayangkan dia masih memakai
arlojinya, setelah diledek kawannya lebih sepekan yang lalu).
“Temanmu
yang bilang jam tanganmu itu jam tangan anak-anak – dia ikut mainkan
arlojimukah?” mamak-mamak ini kembali kepo maksimal.
“Iya,”
jawan Athifah pelan. Walaupun ada yang meledek jam tangan kepunyaannya sebagai
hal yang kekanakan, anak-anak itu tetap saja memainkan proyektornya.
Seingat saya, di usia mereka, saya masih menyenangi memiliki barang bergambar
kartun yang ngehits di zamannya. Tetapi tidak dengan kawan-kawan Athifah, di antara mereka ada yang dengan terang-terangan meledeknya. Namun lucunya, mereka tetap memainkannya. Ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya masih kanak-kanak, kan?
“Temaku
juga bilangi ka’, kalau label bukuku gambar anak-anak, Ma,”
lapor Athifah lagi. Semua buku tulis Athifah memang ditempeli label nama bergambar princess Sofia juga. Dan corak di label ini rupanya diartikan juga sebagai
gambar yang terlalu kenakan untuk mereka.
Handy LED Insect Killer, dibutuhkan oleh seisi rumah. Saya punya barang ini. Gambar dari: www.sophieparis.com |
“Jadi,
yang mana itu arloji yang untuk anak-anak?” tanya saya penasaran.
Saat
saya menceritakan hal ini kepada pak suami, komentarnya adalah bahwa anak-anak
sekarang memang tidak punya artis atau tokoh anak-anak yang menjadi “model”
mereka. Tidak ada lagu anak-anak yang bisa mereka idolakan. Kalaupun ada, anak-anak itu menyanyikan lagu
orang dewasa.
Bisa
jadi karena itulah teman-teman Athifah berkomentar seperti itu. Lagu anak-anak
yang dibawakan penyanyi anak-anak terahir, seingat saya nge-top saat putra sulung saya masih berusia di bawah 3 tahun atau
sekira 13 – 16 tahun yang lalu. Hubungan antara artis dan arloji adalah bahwa kalau
ada penyanyi anak-anak kan gaya fashion mereka
bakal memengaruhi kesukaan anak-anak Indonesia yang menonton penampilan mereka.
Kalau tidak ada, maka mereka mungkin memilih meniru gaya fashion artis-artis remaja. Mungkin, ya ... mungkin.
Oya,
barangkali ada yang bertanya-tanya ya, saya tadi menyebut bahwa arloji Athifah dan
mainan truk untuk Afyad saya pesan di Sophie Paris. Begini, sekarang ini Sophie
memang menyediakan juga barang-barang untuk anak laki-laki dan anak perempuan –
selain untuk orang dewasa laki dan perempuan. Bukan hanya arloji, ada juga tas,
pakaian, sepatu, dan sandal untuk anak-anak. Dengan sifat keanggotaan yang berlaku seumur hidup, Sophie bisa menjamin member-nya setia menggunakan produk
Sophie karena semua kebutuhan dan keperluan member-nya
sekeluarga bisa diperoleh di Sophie (sampai obat nyamuk elektrik juga ada). Semacam one stop shopping-lah.
Sophie Leadership Conference. Gambar dari www.sophieparis.com. |
Bahkan
kalau mau berbisnis, Sophie pun meyediakan sistemnya dengan rapi. Tersedia bermacam-macam
pelatihan yang bisa mendongkrak kompetensi member.
Bahkan ada pelatihan yang gratis, seperti Sophie
Leadership Conference (SLC) bagi member
yang mencapai kualifikasi tertentu. Para member yang ikut SLC ini diberangkatkan gratis ke Jakarta dan
mendapatkan akomodasi gratis. Selain itu, mereka juga mendapatkan ilmu yang
mumpuni dari Pak Bruno Hasson – founder sekaligus
CEO Sophie Paris.
Kembali
ke arloji ...
Kalau
arloji remaja, di Sophie Paris banyak pilihannya.
Kadang-kadang malah tidak jelas mana arloji yang untuk remaja dan mana yang
untuk dewasa. Bisa saja remaja menyukai arloji orang dewasa. Atau sebaliknya,
orang dewasa menyukai arloji untuk remaja. Yang saya kira tidak mungkin adalah
bila anak-anak menyukai arloji orang dewasa.
Namun, perkiraan saya ternyata salah.
Seorang
kawan memesan jam Hawley JTX157M2 –
sebuah arloji untuk perempuan yang dikeluarkan oleh Sophie Paris, di katalog
Agustus 2017. Tak dia sangka, arloji berwarna maroon ini tidak pas di pergelangan tangannya (kekecilan). Maka jam
Hawley tersebut dia berikan kepada ibunya. Tak dinyana, keponakannya yang masih
duduk di kelas 3 sekolah dasar menyenangi si Hawley dan memintanya. Kawan saya
pun merelakannya berpindah ke tangan mungil keponakannya.”Pas ki di tangannya keponakanku, Kak,”
cerita kawan saya itu.
Keponakan
yang lebih kecil, yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar merasa cemburu dan mengamuk.
Kawan saya menjanjikan akan memesankan untuknya jam tangan anak yang ada proyektornya (seperti
kepunyaan Athifah) di bulan berikutnya. Saat melihat gambarnya, bisa tebak apa yang dikatakan gadis kecil itu?
Jam Hawley yang dipesan kawan saya. |
Jujur,
saat mendengar ceritanya, saya tak bisa menebak apa yang akan dikatakan gadis
mungil kelas satu es de ketika melihat jam tangan anak bergambar princess. Maksudnya, tidak akan tertebak
oleh saya kalau dia tak suka. Saya kira, semua anak perempuan pasti akan
menyukainya! Saat mendengar kawan saya mengisahkan reaksi keponakan kecilnya,
saya sontak melongo. Seperti mendengarkan “kisah bersambung” dari kisah arloji
Athifah.
Gadis
mungil berusia 6 tahun itu mengatakan, “Tidak mau. Itu jam tangan anak-anak!” Gadis
kecil itu justru menginginkan arloji seperti kepunyaan kakaknya. Spontan saya
tertawa geli, “Ya ampun, Naak. Dirimu apa kalau bukan anak-anak?” Yah sudahlah, saya pasrah saja kalau zaman
sekarang memang seperti ini: anak kecil menganggap jam tangan bergambar kartun
itu terlalu kekanakan. Welcome to the
new world, Mamak!
Makassar, 18 September 2017
Share :
Lucu Skali alfatihah... Pinjam dong nak hahaha
ReplyDeletePinjam?
DeleteBeli!
Hehehe.
Dulu waktu anak-anak jamku model mikey mouse, gak bergambar sih.
ReplyDeletePonakanku msh lima tahun dan dia msh suka banget kartun. Entah deh kalau udah 5 th kaya Athifah
Kalau sudah kelas 5 kayak Athifah mungkin dia ndak mau lagi, Jiah :D
DeleteSaya bukan penggemar jam tangan, tp kdg suka pakai. Kadang kita pikir lucu ternyata buat yg lain tidak ya
ReplyDeleteHehehe iya, Mbak. Untungnya anak saya tak keberatan
DeleteEmang bener sih. Anak2ku lebih hafal lagu cherrybelle ketimbang lagu anak2. :'D
ReplyDeleteWaaah hehehe.
DeleteSebenarnya ini pekerjaan rumah besar, ya. Masalahnya dunia pertelevisian kita tidak peduli padahal televisi menjangkau sampai ke pelosok desa.
Anak sekarang memang lebih cepat dewasa. Tapi emang pengaruh dari televisi juga sih
ReplyDeleteKemungkinan, ya Mbak.
Deleteya Allah mbak padahal unyu2 gitu.. :D anak2 sekarang sepertiny aterpengaruh mbak sama tontonan tv atau lingkungan jadi dia merasa ga anak2 lagi. padahal aku aja pengen jadi anak2 :D
ReplyDeleteYang kelihatannya seperti itu, malah kayak malu mengakui dirinya masih anak-anak padahal masih pengen main kayak anak-anak. :))
DeletePadahal itu lucu jam tangannya :)
ReplyDeleteIya, lucu, ya Mbak? Untungnya Athifah suka.
DeleteJadi keinget sm anakku. Salah bawa pensil hello kitty langsung dimarahin temennya. Padahal anakku ga peduli sm gambar dpensilnya hehe. Dewasa menurut anak2 yakni dewasa seperti ayah ibunya. Jd biarpun belaga menjadi dewasa tetep aja jiwa anaknya masih ada. Masih suka boneka sm mobil2an hehe
ReplyDeleteKoq bisa temannya marah ya? Anak-anak ya ada-ada saja
Deleteiya, kok anak sekarang cepet banget gedenya ya. udah ga mau yg berbau2 kanak2 lagi, hiks
ReplyDeleteKadang pula karena iri dengan teman yang punya barang baru, beberapa anak berkomentar negatif. Sebenarnya ekspresi iri. Buktinya, masih dimainkan proyektornya.
ReplyDeletePonakanku suka skali Princess Sofia tapi dia nda mau pake apa-apa yang bergambar kartun yang dia suka. Malah maunya jam tangan yang seperti bapaknya. model sporty dan agak besar.
ReplyDeleteanak-anak sekarang memang nda ada idola, nda punya lagu anak-anak, nontonnya juga sinetron yang saya saja orang tua nda mau nonton sinetron, suka juga upin ipin sampe logat melayu mi juga kalo habis nonton.
Anak-anak yang berpikiran dewasa... hehehe
ReplyDeleteAnakku juga mulai suka jam bergambar. mau gambar ratu atau pangeran dipakai ajah
ReplyDeleteHahahaha bingung ya mba anak jaman skr. Eh tp btw, jam sophia projector ini anakku jg punya :p. Tp masalahnya dia msh 4 thn :D. Dan memang masih suka banget.. Mungkin mnrt anak2 tadi, sophia memang lbh cocok utk anak balita yaa.. Akupun hrs siap nih kalo anakku minta jam model yg lain nantinya -_-
ReplyDeleteKalau teman-teman Athifah yang kelas 5 SD mungkin karena mereka sudah hampir remaja jadi merasa gengsi disebut anak-anak. Tapi anak kelas 1 SD pun merasa bukan anak-anak? Astaga..., jadi bikin geleng2 kepala. Hahaha. Mungkin betul karena mereka kekurangan model "dunia anak-anak". Jadi Pe eR ini buat kita sebagai orang tua.
ReplyDelete