Saya membaca secara cepat undangan dan TOR (Term of Reference) yang masuk ke e-mail dari BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Tajuk acara yang dihelat tanggal 19 September itu adalah Philanthropy Learning Forum on SDGs: SDGs Sebagai Tools Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemitraan. Wah menarik, ini tentang sebuah platform untuk para pegiat kegiatan kemanusiaan. Maka tanpa ragu, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti acara ini. Rasa ingin tahu saya sedemikian besar. Nah, inilah hasil yang saya "peroleh" saat itu ...
Apa Itu Filantropi?
Bagi
Anda yang masih awam dengan istilah “FILANTROPI (English: Philantropy)”, secara sederhana, filantropi adalah mereka
yang rela mengeluarkan uang, waktu, dan tenaga untuk (tujuan) kemanusiaan.
Apa Itu
SDGs?
SDGs
adalah kepanjangan dari Suistainable
Development Goals (tujuan pembangunan berkelanjutan), merupakan hasil
proses negosiasi 193 negara anggota PBB dan juga partisipasi dari masyarakat
sipil dan pemangku kepentingan lainnya, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
SDGs
merupakan sebentuk rencana aksi transformatif yang terdiri atas 17 tujuan dan 169
target SDGs, serta bercita-cita mengatasi tantangan-tantangan global dalam 15
tahun mendatang (sejak 25 September 2015). Pembangunan berkelanjutan mencakup 3
pilar penting: ekonomi, sosial, dan lingkungan yang harus dijalankan secara
terintegrasi.
Mengapa Peran
Filantropi Penting dalam SDGs?
Keterlibatan
filantropi penting bagi keberhasilan SDGs karena sektor luar negara yang unik
ini mempunyai mekanisme berbeda dibanding sektor lain. Khususnya dalam
melakukan kolaborasi di lapangan, berpengalaman melibatkan individu di tingkat
akar rumput, kemauan untuk mengambil risiko dan memanfaatkan sumber daya dalam
menetaskan proyek-proyek baru yang menunjukkan keberpihakan kepada isu atau
masyarakat terpinggirkan atau yang kurang mendapat perhatian.
BaKTI
menghadirkan 4 nara sumber di acara Philanthropy Learning Forum on SDGs ini,
yaitu: Hamid Abidin – Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Muhammad Yusran
Laitupa – Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, Abdul Madjid Sallatu, MA –
akademisi, Koordinator Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI), dan Amri
Akbar – Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda.
Berbagi dan Bersinergi untuk Pencapaian SDGs
Membawakan
presentasi berjudul “Berbagi dan
Bersinergi untuk Pencapaian SDGs”, Hamid Abidin – Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia memulai paparannya dengan
mengatakan betapa masyarakat Indonesia senang berderma/ berdonasi/beramal. Sebuah
survei menunjukkan tingkat berderma masyarakat Indonesia tinggi. Indonesia
merupakan bangsa dermawan no 2 di dunia, di bawah Myanmar. Berderma yang ada
dalam ajaran keagamaan contohnya: ZIS (zakat, infaq, sedekah), kolekte,
persepuluhan, punia, darma, dan lain-lain. Sementara dalam tradisi masyarakat
kita contohnya adalah jimpitan dan palelek.
Hamid Abidin dari Filantropi Indonesia |
Hamid
lalu menjelaskan tentang SDGs Philantrophy Platform. SDGs Phylantrophy Platform
adalah sebuah platform yang bertujuan memfasilitasi dialog dan kolaborasi antar
lembaga/aktivitas filantropi untuk terlibat dalam proses dan tujuan pembangunan
global. Platform ini dimulai di beberapa negara percontohan, yaitu di Ghana,
Indonesia, Kenya, dan Kolombia. Platform ini akan membantu pemerintah dan PBB
dalam memahami nilai tambah dari keterlibatan langsung kembaga-lembaga
filantropi. SDGs Phylantrophy Platform memfasilitasi upaya berbagi informasi, capacity building, kolaborasi, dan
membawa inisiatif ke level kemitraan
global. Mitra utama SDGs Phylantrophy Platform di Indonesia adalah Filantropi Indonesia.
Satu
pertanyaan yang timbul adalah, “Apa
keuntungan berpartisipasi dalam pencapaian SDGs?” Nah, ini jawaban yang
diberikan Hamid dalam presentasinya:
- Meningkatkan kapasitas organisasi.
- Mensinergikan program dan agenda organisasi dengan agenda pembangunan nasional dan global.
- Mengukur dampak dan kontribusi program.
- Menjadi tools fundraising dan kemitraan.
- Kesempatan untuk mempromosikan program dan inisiatif ke level nasional dan global.
Moderator (Luna Vidya, paling kiri) dan para nara sumber |
Potensi
sumbangan sangat besar apalagi dengan munculnya skema-skema baru dalam
menggalang dukungan dan kemitraan dari perusahaan (seperti caused related marketing, buy
one give one, click and donate, dan lain-lain). Selain itu, penggunaan
metode baru yang lebih modern dalam
memobilisasi sumber daya (melalui SMS, email, RBT, e-banking, dll)
Selain
potensi filantropi, tantangan filantropi pun ada. Hamid menyebutkan 3 hal
sebagai berikut sebagai tantangan filantropi:
- Direct giving sehingga tidak mungkin jangka panjang. Pemberian langsung hanya sesekali, langsung memberikan uang lalu sudah. Hal ini bisa membuat orang yang dibantu bergantung, kriminal, pura-pura cacat, memanfaatkan situasi, dan lain-lain.
- No name, susah ditindaklanjuti karena kegiatan filantropi modern bergantung pada data base
- Tidak kritis, orang lebih baik mengatakan ”urusan dia dengan Tuhan” karena merasa dirinya bukan malaikat.
Sampai di sini, wawasan saya mengenai filantropi semakin terbuka. Namun belum berakhir di sini, masih ada kelanjutannya ...
Makassar, 29 September 2017
Cari tahu tentang Filantropi Indonesia di:
- Fans page Facebook: Filantropi Indonesia
- Website: http://filantropi.or.id/
Masih ada 3 pembicara lagi, ya
.... tulisan tentang Philanthropy Learning Forum on SDGs masih ada sambungannya
...
Share :
Mba Niar. Aku baru tahu bahwa SDGS bisa digabungkan dengan filantrophy. Biasanya SDGS dijadikan laporan tersendiri ya
ReplyDeleteNah, SDGs dijadikan tools buat ngukur filantropinya, Mbak Alida. Sistem pelaporannya menggunakan SDGs :)
Delete