Satu
hal yang amat saya syukuri di dunia ini adalah memiliki hubungan yang baik
dengan kedua adik saya. Saya bersaudara 3 orang. Sebenarnya ibu saya melahirkan
5 orang anak tetapi yang sulung dan bungsu meninggal maka jadilah saya sulung
dari 3 bersaudara.
Masa
kecil yang seru saya jalani bersama kedua adik saya, khususnya Mirna yang hanya
berbeda usia 15 bulan. Kami jadi seperti seumuran karena jarak usia yang dekat
itu. Kami bersekolah di SD, SMA, dan kampus yang sama. Hanya SMP kami saja yang
berbeda. Jadi, kami mengenal banyak orang yang sama dalam lingkup pertemanan
kami.
Kalau
sudah saling cerita di rumah, kami bisa sangat akrab bagaikan dua sahabat yang
lama tak bersua. Tetapi kalau bertengkar, wuih jangan ditanya. Kami bisa saling
pukul dan tendang dengan sangat seru ✊😷. Dulu, papa dan mama kami sering
jengkel dengan perkelahian kami itu. Sampai-sampai Papa mengancam akan
membelikan kami sarung tinju dan beliau akan mengadu kami di ring tinju hahaha. Hanya ancaman kosong yang tak pernah terealisasi. Mana tega beliau melakukan itu.
Paling
lucu kalau urusan tempat tidur. Ada garis batas yang jelas, mana bagian saya
dan mana bagian Mirna. Kalau ada yang lewat batas, jangan marah kalau dia kena
tendangan atau pukulan. Setiap pagi, siapa yang paling belakangan turun dari tempat
tidur maka dia yang harus merapikan tempat tidur kami – itu aturan yang kami
sepakati bersama. 😅
Saya
masih ingat sekali ketika itu, begitu mata membuka dan menyadari Mirna belum beranjak
dari ranjang tetapi dia sudah terbangun maka dengan secepat kilat saya berusaha
lompat dari tempat tidur. Tak satu-dua kali kejadiannya, kami bersamaan
melompat turun dan masing-masing tak mau kalah, merasa lebih dulu beranjak dari
peraduan. Alhasil topik itu menjadi bahan pertengkaran baru lagi.
Uniknya,
kami tak pernah saling melanggar privasi. Kalau sesama saudari biasanya saling
meminjam barang bahkan saling pakai barang tanpa izin, kami tak demikian – err mungkin pernah sesekali, ya tapi
sepanjang ingatan saya tak pernah. Kami tidak mengganggu privasi
masing-masing. Kalau memang ingin pakai, pasti minta izin dulu. Ibu saya memang
strict mengajarkan tentang privasi
baik langsung maupun tidak langsung. Syukurnya, kami tak pernah tuh bertengkar
gara-gara ada barang yang hilang dan membuat kami saling menuduh. Tidak pernah!
Seiring
bertambahnya usia, tentunya perkelahian tak terjadi lagi. Bahkan sekarang
rasanya saya memiliki sahabat, alih-alih menganggapnya adik. Dalam banyak hal
kami memiliki banyak perbedaan – misalnya saja adik saya itu mengenakan cadar
sekarang. Tetapi kami tetap saling menghargai pendapat masing-masing. Untuk
banyak, hal, dia masih menjadi saudari yang bisa diandalkan.
Karena
tinggalnya di Sorowako – sebuah kota kota kecil yang berjarak sekira 600 – 700 kilo
meter dari Makassar, Mirna sering meminta tolong dicarikan barang-barang yang
dia butuhkan. Kalau butuh cepat, barangnya kemudian diantarkan ke kantor
perwakilan bus malam yang menuju Sorowako. Atau bisa juga menunggu dia datang
berlibur ke Makassar.
Syukurnya
sekarang teknologi bisa “melipat jarak” di antara kami. Dengan bantuan
teknologi telekomunikasi dan informasi, teleponan via voice call lancar saja ke sana. Begitu pun teleponan via WA yang sekarang
bisa dilakukan. Saya kebetulan menggunakan SIM card Xtra Combo Lite keluaran XL yang salah satu fasilitasnya adalah menelepon via WA gratis
(baik voice maupun video) yang bisa
saya gunakan. Bukan hanya SIM card, paket
data Xtra Combo Lite pun ada, jadi saya bisa isi ulang paketnya.
Beberapa
kali meminta tolong, adik saya itu tidak mengucapkan kata perintah langsung.
Dia mendahului maksudnya dengan, “Ada rencana mau ke daerah X/Y/Z?” Jujur, sist, saya merasa sangat dihargai.
Malah orang lain yang bukan siapa-siapa ada yang berani memerintah saya secara
langsung. Kamu lebih berhak karena saudari saya tetapi kamu tak melakukannya.
Proud of you!
Nah,
kalau dia sudah bilang begitu, saya sudah tahu dia akan meminta tolong. Jadi
saya langsung saja tanyakan, “Mau ko dibelikan
apakah? Ndak ada rencana ta’ ke sana tapi kalau ada yang mau ko dibelikan, bilang mi saja. Nanti diatur waktunya pergi
belikan ko.”
Kirim gambar ini via WA sebelum ponakan tersayang memutuskan pilihannya. |
Ketika
Mirna minta dicarikan celana panjang untuk keperluan putri sulungnya, misalnya,
saya tinggal mengirimkan gambar celana yang dimaksud dari super market via WA.
Si ponakan memilih warna apa yang dia inginkan, lalu masuklah barang-barang itu
ke dalam troley. Kebayang kalau situasi
masih seperti dulu, pasti saya harus kembali ke super market itu besoknya untuk
membeli barang yang diinginkan keponakan saya. Ponakan saya itu sudah lebih
tinggi daripada saya, dia pun punya keinginan sendiri wong celananya dia yang mau pakai kan, ya jadi saya harus mengikuti
kemauannya. Kan ndak mungkin dia
memakai barang yang tak disukainya karena tantenya ini terlalu egois, tidak mau
menunggunya memberikan keputusan. 😉
Oya
ada pengalaman menarik juga ketika berada di super market. Saat ingin
konfirmasi dengan menelepon langsung ternyata pulsa untuk menelepon kepunyaan
saya sudah habis. Thank God, saya
bisa teleponan gratis pakai WA call berhubung
paket data saya masih banyak eh, WA call kan gratis, jadi ndak perlu khawatirlah. Jadilah saya menelepon Mirna via WA call. Kualitas suaranya jernih. Dia pun
bisa mendengar suara saya. Confirmed,
warna dan harga, saya pun bergerak ke kasir untuk membayar pesanannya.
Seberapa
harganya, segitu yang saya minta Mirna transfer uangnya. Kalau ada yang
terpakai, meski lima ribu rupiah, saya bilang padanya, “Terpakai uangmu lima
ribu. Ikhlaskan mi, nah?” Biarpun
sesama saudara kandung, saya tidak mau gara-gara duit segitu saya nanti bisa
masuk neraka, kan.
Alhamdulillah,
yah, berkat teknologi, jarak jauh seolah bisa dilipat dan saya tetap bisa punya cerita menarik dengan adik perempuan satu-satunya ini. Anda punya cerita
seperti ini dengan saudara kandung? Share,
yuk.
Makassar, 9 Oktober 2017
Update:
Saat ini gratis WA call dan Line call dari Xtra Combo Lite sudah tidak tersedia, diganti dengan gratisan lain. Harap maklum.
Share :
Senengnyaaaa kalau akur dengan saudara ya Mbak.
ReplyDeleteAlhamdulillah, Mbak :)
DeleteMba Niaarr..
ReplyDeleteKisah persaudaraannya bikin senyum-senyum sendirii..
Aku ga ngerasain punya saudara sama-sama perempuan dengan jarak usia yang dekat, mba...
Tapi kalau berantem sampe tendang sama pukul-pukulan...emm, iya juga.
Hahahaa..saudara aku laki-laki. Malah kalo ngerjain adiknya se-enak-enaknya...heuu...
Masa kecil menderita...(bahagia)
Wahaha malah berantemnya sama adik laki, ya. Lucu juga. Apa kata adik Mbak Lendy kalo ditanya sekarang, ya? hihihi
DeleteTetep masih terasa dekat walaupun terpisah jauhnya jarak ya mba 😊
ReplyDeleteIya Mon hehehe
DeleteSaya juga sulung, adik2 saya cowok. Waktu kecil kami akrab apalgi dengan si bungsu. Mulai besar, mulai malu sama kakaknya. Bersyukur banget ya bisa saling akrab. Kalau saya sih ngeliatnya di ortu yang punya saudara perempuan yang juga beda kota, sekarang bisa tiap hari telpon2annya. Nggak bisa nggak pokoknya.
ReplyDeleteKoq malu sama kakak? Hihi lucu ya. Alhamdulillah ya saling akrab sama sodara, Mbak Lidha.
DeleteHehe iya kalo sama2 perempuan begitu. Saya melihat saudari2 ayah saya yang perempuan - sekarang sih tinggal satu orang yang masih hidup :( tapi dulu waktu masih ada 4 orang, mereka saling merindukan dan suka ngumpul2, ngobrol bareng.
Seru sekali jika hubungan terus terjaga. kuncinya emang komunikasi kudu lancar dan jangan ada jarak yang memisahkan satu sama lain. biar bisa lancar kudu pake XL
ReplyDeleteToss, harus mantap ya koneksi internetnyaa.
DeleteWih..enaknya itu kalau bisa dipakai video call di WA gratis. Soalnya ini yang biasa bikin cepat habis pulsanya kakak di Makassar. Kita di rumah sih santai saja, karena wifi-an.
ReplyDeleteNah iya, ada yang bisa gratis pakai WA - video call. Kakaknya beralih saja, Mama Rani :)
DeleteSaya cuman 2 bersaudara. Adik saya cowok, beda usia 6 tahun. Jaman masih sekolah dulu kami sering banget berantem. Setelah dewasa malah dekat banget hubungan kami, termasuk dengan ipar dan ponakan, yang walaupun sekarang kami tinggalnya berjauhan.
ReplyDeleteTapi sekarang sih sejauh apapun, tetap terasa dekat karena tekhnologi telekomunikasi yang canggih 😃
Zaman sekarang gampang ya Mami Ery. Itu yang sama-sama ke acara hari Sabtu kemarin itu ya yang istrinya adiknya Mami Ery?
DeleteIya kak. Itu adek iparku 😊
DeleteSaya sulung juga Kak Niar, dengan adik pertama aka anak nomer dua, dekat banget. Bahkan lebih dekat ketika sudah sama-sama dewasa. Jadi adik, sahabat bahkan jadi temen ngerumpi hal-hal yang apa banget. Semoga kak Niar dan seluruh keluarga besar sehat selalu yaa.
ReplyDeleteWah, berarti Ipeh merasakan hal yang mirip dengan yang saya rasakan yaa. Dulu berantem, ndak? :)
Deletejarak tak akan memisahkan kita, hehehe. itu yang sering saya ucapkan pada pasangan saya.
ReplyDeleteSoalnya jaringan telekomunikasi sekarang mantap yaa
DeleteIsssh enaknya punya saudara perempuan sebaya. Nah kalo saja jarak yang terpaut sangat jauh bagaikan anak dan ibu dengan kakak saya. Jadinya, yah kasih sayang satu arah alias kakak saya yang paling sering mengarahkan wkwkkwkwkkw
ReplyDeletePasti lain lagi rasanya, ya ... kalo saya dulu pengen sekali punya kakak laki-laki. Saking rindunya sampai terbawa mimpi, ada dua orang anak laki-laki mendatangi saya, yang satunya mengaku sebagai kakak saya. Kebetulan saudara yang meninggal itu satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki, jadi kayaknya yang datang bersama kakak laki-laki saya itu adik laki-laki yang meninggal, hehehe. *INi khayalan saya, jangan dianggap serius*
DeleteTapi anehnya, sejak mimpi ketemu kakak itu, perasaan rindu dan kepengen sekali punya kakak laki-laki tidak terlalu menggebu-gebu lagi tapi tetap saja iri lihat ada anak perempuan/gadis yang diantar-jemput sama kakak laki-lakinya :D
*ANeh, ya wkwkwk*
Saya pun sangat mengandalkan teknologi untuk terus bercengkrama dengan keluarga. Apalagi kalauvada yg gratisan gini. Sueneng pastinya :)
ReplyDeleteAndalan banget kalo gratis ya Mbak hehehe
Deleteberkat teknologi semua menjadi begitu dekat
ReplyDeleteBetul sekali
DeleteSekarang teknologi semakin bisa mendekatkan yang jauh jaraknya ya, Mbak :)
ReplyDeleteIya Mbak Chi. Yang jauh jadi dekat tapi yang dekat bisa jadi jauh juga tuh hahaha
DeleteAlhamdulillah tetap dekat dengan saudara yaa Mbak
ReplyDeleteSaya bersaudara 6 perempuan semua, sudah nyebar juga tinggalnya, Alhamdulillah juga rukun..Apalagi kini sudah dimudahkan teknologi..:)
Alhamdulillah ya Mbak, terbantukan sekali kita menjalin silaturahim. Malah bisa namnah "saudara"
DeleteHehe bener banget nih mba, banyak sodara dr kampung minta belanjain ke tanah abang mentang-mentang sy d jakarta :D
ReplyDeleteMas Ichsannya ikhlas tidaaak? :))
DeleteSaya dengan kakakku juga terpaut usia setahun. Dulu kemana-mana pake baju kembaran, sampai sekarang juga kami masih sangat dekt, juga dengan kedua saudari perempuan saya yang lain. Kami bersudara empat perempuan. Tiga saudara saya malah tinggal berdekatan rumah yang semua ada pintu terhubung. Punya saudara perempuan memang membahagiakan, karena bukan cuma kita saja yang dekat, anak-anak juga merasa dekat, juga dengan para ipar.
ReplyDeleteSama, Kak, dengan adik saya selalu dipakaikan baju kembar sama Mama :)
DeletePasti ramai dan seru sekali ya Kak Novie kalau ngumpul keempat-empatnya, secara perempuan semua :)
Ahh Baca ini jadi baper, inget ke2 saudari saya yang sekarang jauh dari saya. Eh saya yang jauh dari mereka 😆. Beruntung kita hidup di jaman now ya Ka, kalau kangen tinggal video call atau telp pakai WA/Line.
ReplyDeleteGampang sekarang ya Teh ... dengan video call-an, sudah lumayan melepas kangen
DeleteAku sama adekku kok kalem banget ya dulu? Eh tapi, pernah itu, marahan sampai bikin bapak naik pitam dan melempar sandal ke arah pintu. Hehe..
ReplyDeleteKalau sudah sama2 dewasa begini, kangen masa kecil ya, mbak :)
Untung lempar sandalnya cuma sampai ke pintu ya hehe
Deletehampir mirip dengan kisah saya, bedanya saya seorang laki2 kalo admin perempuan hehehehehe
ReplyDeleteToss hehehe
Delete