Berbagi Tips Menulis di Rumbel IIP Sulawesi - Sudah
lama saya mendengar tentang Institut Ibu Profesional (IIP) namun saya baru
berinteraksi dengan grup WA Rumbel (Rumah Belajar) IIP belum lama ini, saat
saya diminta mengisi kelas menulis di grup WA tersebut pada tanggal 6 dan 13
Desember lalu.
Buat
yang belum kenal IIP, saya kutipkan ini dari tulisan saya di website Anging
Mammiri (Perempuan Menulis di Era Digital):
Komunitas yang didirikan tanggal 22 Desember 2011 di kaki gunung Merbabu, Salatiga ini kini sudah merambah pemberdayaan ibu-ibu di 45 titik simpul kota/kabupaten seindonesia dan menyebar ke 4 negara. Dengan keyakinan bahwa mendidik satu ibu sama dengan mendidik satu generasi, pendirinya – Septi Peni Wulandani kini bersama para pengurus mengedukasi anggotanya. Sebagian besar proses belajar dilaksanakan menggunakan internet, melalui grup WA (Whatsapp) dan Google Classroom.
Saya
pernah membaca tulisan-tulisan di beberapa blog mengenai pembelajaran
sehubungan dengan kurikulum dari para ibu yang menuliskannya. Salut sekali
saya. Menulis berarti “mengikat ilmu”. Dengan mengikatnya maka apa yang telah
dipelajari bisa lebih diingat. Kalaupun lupa, mudah untuk mengingatnya kembali dengan
membuka kebali tulisan tersebut.
Mengenai
kegiatan menulis di IIP, saya kutipkan lagi bagian lain dari tulisan saya di
website Anging Mammiri berikut (Perempuan Menulis di Era Digital):
“Di IIP semua dilatih untuk bisa menulis. Karena jenjang belajarnya yang dimulai dari kelas Matrikulasi, tugas dalam bentuk NHW (Nice Homework) harus disetor dalam bentuk tulisan. Begitu pula pada level selanjutnya (Kelas Bunda Sayang), para peserta diminta menulis tantangan pada setiap level selama minimal 10 – 17 hari. Adapun tema tulisan berkaitan dengan materi yang diperoleh dan hasil pengamatan terhadap diri dan keluarga (suami dan anak). Di IIP, para bunda yang dulunya tidak pernah menulis akhirnya berlatih dan disiplin menulis,” Ina Sinardi – Ketua IIP Sulawesi, sekaligus Ketua Rumbel (Rumah Belajar) Menulis IIP Sulawesi menuturkan kepada saya via wawancara WA.
Nah,
sampai di sini, saya kira kita bisa sepakat kalau ibu-ibu ini luar biasa. Kalau belum percaya, silakan intip kiprah mereka di www.ibuprofesional.com Selanjutnya saya mau ceritakan mengenai materi yang saya sampaikan saat dua
pekan berturut-turut mengisi kelas Rumbel IIP Sulawesi.
Mulanya
dari cuplikan profil yang saya share dari
sini, saya
membagikan 17 manfaat menulis yang sudah saya alami (tentang 17 manfaat bisa dibaca di tulisan berjudul Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital). Beberapa Bunda bertanya, saya menanggapinya. Oya, “Bunda” adalah
sapaan sesama anggota di IIP.
Pertanyaan
dan tanggapan adalah seputar mengenai bagaimana membagi waktu, bagaimana
mendapatkan penghasilan dari blog, hingga mengenai konsistendi dan target
menulis. Beberapa saja yang menyangkut tips menulis saya share kembali
di sini, ya:
Bagaimana ngeblog yang menghasilkan?
Awalnya
saya tak terpikir kalau blog bisa menghasilkan. Tapi kemudian karena bergabung
dengan banyak komunitas, termasuk dengan penghubung antara blogger dengan dunia iklan, saya mencoba juga. Tapi kalau saya
ditanya teman-teman yang ingin menghasilkan dari ngeblog, saya biasanya mengatakan,
"Jangan dulu berpikir ngeblog
itu untuk menghasilkan uang!"
Mengapa?
Karena
memang, kalau menulisnya hanya pengen
cari uang, bisa mudah kecewanya karena tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh
proses panjang dan juga banyak belajar. Saya bisa kasih kuncinya saja kalau mau
memulai:
- Blognya harus konsisten diisi.
- Belajar pelan-pelan tentang menulis dan teknis blog (karena ada nilai-nilai teknis blog yang dicari pengiklan juga, misalnya yang istiahnya DA (domain authority blog), dan lain-lain.
- Bergabung dengan komunitas-komunitas blogger. Jangan hanya satu komunitas, ya. Bergabunglah dengan banyak komunitas.
Nah,
kebetulan di Makassar komunitas blognya aktif sekali. Namanya komunitas blogger
Anging Mammiri. Ada kelas khusus perempuan (kelas MAM: Makkunraina Anging
Mammiri) dan grup dunia maya, khusus perempuannya juga. Kita bisa belajar di
dalam grup Line atau saat ketemu (offline)
dalam Kelas MAM (Makkunraina Anging Mammiri)
Menulis untuk menebar kebaikan.
Untuk
menulis, di jaman now, mudah sekali bagi
kita melakukannya untuk menebar kebaikan. Sembari buat status di media sosial misalnya.
Tinggal kepekaannya diasah terus, untuk menentukan mana yang layak ditulis dan
mana yang tidak. Pedomannya bisa pakai Fatwa MUI tentang bermedia sosial (bisa
baca di Tentang
Fatwa Terbaru MUI, Buzzer, dan Bagaimana Menyikapinya).
Kalau
mau makan di restoran misalnya, jangan hanya foto makanannya, bisa diceritakan
keunggulan makanannya atau mungkin keunggulan tempat makannya. Atau resep
sendiri di-posting sambil share ke ibu-ibu lainnya tentang nilai
gizinya atau manfaat lainnya.
Jadi
intinya, mari sama-sama kita niatkan menulis, meski pendek-pendek untuk menebar
manfaat atau kebaikan. Sesekali ada joke-joke
atau hal tak penting tak mengapalah ya, hitung-hitung melatih keterampilan
menulis, tapi jangan selamanya menulis yang tak penting.
Untuk
menulis yang lebih panjang memang butuh jam terbang. Tapi jam terbang tidak
akan terasa kalau kita sudah pasang niat dan konsisten
melakukannya.
Bagaimana menjaga konsistensi menulis?
Saya
menetapkan target
menulis.
"Napas menulis" saya pendek-pendek. Jadi target saya, menulis di blog
ini, 15 tulisan dalam sebulan. Tapi saya ndak memaksa juga. Kalau misalnya
tidak kesampaian, paling tidak 10 tulisanlah dalam sebulan. Alhamdulillah ada
saja bahan, termasuk kerjaan dari blog. Makanya keinginan untuk menerbitkan buku solo
lagi ter-pending terus karena kalau
saya mencoba mengerjakan buku solo, saya terpaksa meninggalkan blog agak lama.
Sementara
saya makin nyaman dengan blog. Kalau lama ditinggalkan, ada nilai yang kalau
sudah turun, susah dinaikkan lagi, misalnya Domain Authority. Kalau sudah naik
dan di angka tertentu, begitu ada brand
menawarkan pekerjaan, saya punya posisi tawar cukup tinggi. Nah, kalau saya
tinggalkan aktivitas ngeblog cukup lama, nilai itu bisa turun lagi.
Terima kasih Bunda Maryam dan Rumbel IIP Sulawesi, sertifikatnya bagus sekali. |
Untuk
serius, kita perlu tetapkan target. Tiap orang bisa berbeda, tergantung visi
menulisnya. Yang jelas, usahakan menulisnya untuk berbagi manfaat/kebaikan dulu.
Sehingga baik itu menghasilkan rupiah atau tidak, in syaa Allah, Allah yang akan mengganjarnya dengan kebaikan. Kalau
percaya bahwa perbuatan baik itu akan berakibat baik juga buat kita meski tak
menghasilkan uang, aktivitas menulis kita akan langgeng.
Makassar, 30 Desember 2017
Catatan: sumber foto 1 dan 2 berasal dari Pixabay.com
Baca juga:
- Blogger: Berproses Dulu Kalau Mau Menghasilkan
- Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital
- Mari Berdayakan Blog
- LET’S EMPOWER OUR MEDIA
- Ingin Bisa Menulis? Bakat dan Umur Bukan Masalah
- 13 Tips Menulis Konten Blog Kreatif
- Perempuan Menulis, untuk Perempuan
- Belajar Menulis Kreatif di Pre Event BN2012
- Perempuan, Ayo Menulis (3)
Share :
Seru ya, Mbak, bisa berbagi tips. :D Betul sekali, ngeblog untuk menghasilkan uang, memang tidak semudah membalikan telapak tangan. :D Yang penting, niatkan karena hobi dan memang suka menulis.
ReplyDeleteBetul sekali. TOss, Mbak Nisa :))
Deletemenginspirasi buat saya yang lagi belajar ngeblog. terima kasih ilmunya.
ReplyDeleteHalo Mbak Neneng, makasih sudah mampir yaa
DeleteKonsistennya yang emang susah. Niat mah udah banyak banget =D
ReplyDeleteHarus diusahakan memang hehehe
Deleteahh.. kak niar bisakah saya mengundang untuk kuliah WAG juga di IIP Batam??
ReplyDeleteSila japri, Unna :)
Delete