Sebagai salah satu dari 10 negara penghasil pisang terbesar di dunia sejak dulu wajar jika di Indonesia kita selalu melihat buah pisang ada di pasaran. Beruntung sekali kita, ya, efeknya beragam camilan pisang, mulai dari yang segar sampai yang kering, mulai dari kue basah hingga es krim mudah sekali ditemukan di Indonesia. Kandungan antioksidan, ditambah aneka vitamin dan nutrisi lainnya seperti magnesium, vitamin C vitamin B6, protein, serat makanan, riboflavin, niasin, zat besi, dan lain-lain menjadi salah satu alasan mengapa pisang perlu kita konsumsi.
Senang
sekali saya menyaksikan si bungsu mengonsumsi buah pisang dengan lahapnya.
Suatu ketika dia menghabiskan 6 buah berturut-turut dan bersiap melahap 8 buah
lainnya. Dengan paniknya, saya menahannya karena dia belum makan siang.
Takutnya dia tidak makan nasi lagi setelah itu dan takut ada reaksi negatif
pada tubuhnya karena kelebihan pisang.
Tapi saat adik ipar dari Sorowako datang, dia mengatakan justru itu bagus buat putra saya itu karena pisang menghasilkan energi yang besar, membuat orang kenyang tetapi tidak bikin gemuk. Dia juga menceritakan kawannya yang kuat berenang berkilo-kilometer jauhnya setelah mengonsumsi buah berwarna kuning ini.
Wah justru
cocok buat si bungsu ternyata, ya supaya dia tidak sering-sering makan nasi.
Soalnya sekali makan nasi (di waktu siang atau malam), dia bisa melakukannya dalam
2 – 4 sesi. Seiring pertambahan usianya, kalau tidak dibatasi, dia akan
menggemuk dan sangat gemuk nantinya. Saya pun pernah mengikuti parenting talkshow yang nara sumbernya –
seorang ahli gizi mengatakan bahwa konsumsi gula, minyak, dan garam pada anak
harus dibatasi supaya anak tidak mudah obesitas dan terkena penyakit-penyakit
berbahaya seperti diabetes dan tekanan darah tinggi yang nantinya bisa memicu stroke, misalnya. Terbayangkan, kan
kalau orang dewasa bisa makan nasi 5 – 8 piring sehari karena terbiasa sejak
kecil? Makanya saya waswas dengan kesukaannya ini dan berusaha mencegahnya
supaya tidak obesitas dan mudah kena penyakit degeneratif.
Karena
kesadaran ini, khusus untuk olahan pisang, saya lebih memilih camilan pisang kepok
rebus untuk anak-anak. Kalo pisang kepoknya plain
saja, mereka tidak suka. Berbeda ketika dilumuri susu kental manis (SKM)
lalu ditaburi keju parut, maka dengan cepat sajian pisang rebus ludes.
Seperti
dengan jenis makanan lainnya, makanan olahan pisang memang berjodoh dengan SKM,
ya. Jenis-jenis camilan pisang seperti pisang goreng nugget dan pisang epe’ (makanan khas Makassar, berupa pisang kepok
yang dipanggang lalu dipipihkan) pun menggunakan SKM sebagai garnish (hiasan)-nya. Jangankan anak-anak, saya pun suka sekali camilan seperti itu
dilumuri SKM dan keju banyak-banyak. Bukan hanya tampilan makanannya yang
cantik, rasanya pun mampu menggoyang lidah.
Pisang epe', nikmat dengan susu kental manis.
Rasanya
yang manis membuat anak-anak menyukai SKM. Menjadi bagian dari makanan saja
enak, terlebih jika diminum. Kalau minumnya tidak berlebih ya tidak mengapa
sesekali saja, asalkan tidak rutin. Saya menghindari SKM ada di dalam rumah
karena ketiga anak saya penyuka susu. Susu apapun itu, bisa diminum
berkali-kali dalam sehari. Untuk susu bubuk saja perlu ada batasannya. Terlebih
lagi untuk SKM. Mengapa? Karena kandungan gulanya yang tinggi sekali!
Saya
teringat beberapa bulan lalu, sangat ramai di media sosial dan media online pembahasan mengenai
ketidaktepatan SKM dijadikan konsumsi rutin anak-anak, apalagi bayi dan anak yang
berusia di bawah 3 tahun. SKM mengandung 90% gula[1].
Beredar pula di media-media itu keprihatinan SKM dikonsumsi rutin sebagai
alternatif pengganti ASI dan susu bubuk karena harganya yang murah, mengingat
masih banyaknya masyarakat kita yang tergolong miskin.
Seperti
yang kita ketahui, saat ini gizi balita di Indonesia berada di bawah standard
yang ditetapkan World Health Organization (WHO), yaitu di bawah 10%[2].
Menyedihkannya, angka kemiskinan yang dicatat melalui indeks kedalaman
kemiskinan atau poverty gap dan
indeks keparahan kemiskinan atau poverty
severity index meningkat pada tahun 2017[3].
Konon, faktor kurangnya pengetahuan ibu dari latar belakang keluarga miskin
membuat banyaknya balita mengonsumsi SKM setiap harinya. Tidak mengherankan,
saya pernah berbincang dengan seorang nenek yang memberikan SKM kepada cucunya
yang masih berusia 1 – 2 tahun. Padahal untuk anak usia itu, ASI adalah susu
yang terbaik baginya.
Iklan
SKM yang gencar di televisi, dengan bintang iklan anak-anak mengesankan susu
jenis ini memang cocok untuk anak-anak[4],
ditambah dengan makin mudahnya mendapatkan SKM dalam bentuk sachet di warung-warung membuat
masyarakat kita hingga yang bermukim di pelosok makin mudah mendapatkan susu
ini. Hal ini memprihatinkan namun semoga saja masih ada harapan untuk
menggencarkan edukasi bahwa SKM tidak cocok dikonsumsi setiap harinya, kalau
diminum hanya sesekali dan dijadikan garnish,
oke tapi bukan untuk diminum berkali-kali setiap hari.
Sumber: https://tirto.id/berapa-banyak-gula-dalam-susu-kental-manis-cw6V |
Penelitian Laureane N. Masi yang dipublikasikan pada tahun 2017 menunjukkan betapa berbahayanya dampak SKM bagi tubuh bila banyak dikonsumsi. Laureane membandingkan 6 mencit yang diberi susu tinggi lemak, susu kental manis, dan susu kental tidak manis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dibandingkan susu jenis lain, susu kental manis cenderung meningkatkan insulin lebih tinggi, selain berpotensi meningkatkan berat badan[5]. Nah, potensi mendatangkan penyakit diabetes besar kan, ketika kadar insulin dalam tubuh meningkat? Bisa bayangkan masa depan bangsa kita jika anak-anak bangsa yang hidup dalam garis kemiskinan dengan mudahnya terdampak penyakit ini? Yuk, ah batasi anak-anak kita konsumsi susu kental manis seperlunya saja. Jangan menjadikannya kebiasaan.
Makassar, 16 Januari 2018
Update 8 Juli 2018:
Pada bulan Juli 2018, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) mengeluarkan surat edaran yang melarang iklan susu kental manis disetarakan dengan produk susu berprotein. BPOM melarang menampilkan anak-anak berusia di bawah lima tahun dan memvisualisasikan SKM sebagai produk susu kaya protein untuk dikonsumsi sebagai minuman serta melarang untuk ditayangkan pada jam tayang cara anak-anak. Selengkapnya bisa disimak di http://www.bbc.com/indonesia/majalah-44725196
[1] Lihat https://www.jawapos.com/read/2017/07/31/147787/kandungan-gula-susu-kental-manis-tinggi-produsen-diminta-beri-edukasi
dan https://bolehkah.com/206/bolehkah-anak-1-tahun-minum-susu-kental-manis.html.
[2]
Lihat http://www.mediaindonesia.com/news/read/85547/gizi-anak-indonesia-masih-di-bawah-standar-who/2017-01-02.
[3]
Lihat https://www.viva.co.id/berita/bisnis/995859-indeks-kedalaman-kemiskinan-ri-meningkat-pada-2017
dan http://bisnis.liputan6.com/read/3025513/bps-tingkat-kemiskinan-di-ri-makin-parah-selama-6-bulan.
[4] Lihat https://www.jawapos.com/read/2017/09/20/158239/berkaca-iklan-susu-kental-manis-ylki-ada-misleading-informasi
dan https://news.detik.com/kolom/d-3577544/susu-kental-manis-yang-bukan-susu.
[5] Lihat: https://tirto.id/berapa-banyak-gula-dalam-susu-kental-manis-cw6V
Share :
Kirana nda terlalu hobi SKM. Sesekali saja sebagai topping roti. Tapi kalau cokelat, adduuh... Untung mengerti ji kalau disuruh batasi, karena biasa dia bisulan kalau kebanyakan cokelat.
ReplyDeleteBagus, ya karena Kirana sudah menyadari sendiri, bagaimana efeknya kalau kebanyakan konsumsi SKM coklat. Memang harusnya buat topping, ya
Deleteeh ada Pisang Epe menu favoritku kalo ke Pantai Losari..
ReplyDeletePisang epe' tidak pernah membosankan dih, Prima :)
Deleteiya betul mba, di negara kita berbagai macam olahan dari pisang banyak banget... bervariasi
ReplyDeleteIya, ya Mbak. Senang deh, ke mana-mana di Indonesia ada saja olahan pisang.
DeletePisang epe dengan SKM memang sangat nikmat. Tetapi kalau tidak terlalu membahayakan berarti perlu dipertimbangkan. Eh ... saya kan tidak makan pisang epe setiap hari. hehehe
ReplyDeleteKAlo sesekali ji, Kak Dawih, cambo' sajaaaa *Eh :D
DeleteSemanis-manisnya camilan, kalau bikin sendiri pasti lebih sehat karena gula atau SKMnya bisa dikontrol
ReplyDeleteYang utama itu, ya ... kalo ibunya belajar. Tapi sebenarnya ibu memang harus belajar, ya Mbak.
Deletepaling bahaya memang sugar intake mba, especially for kids. Paling bagus miming camilan natural seperti buah yaaa
ReplyDeleteIya, yah .... komen Mbak Indah ini peringatan buat saya yang malas makan buah juga, nih :)
DeleteKalau di rumah, yg doyan minum SKM malah Anbhar :D Sering sy batasi dan kalau minum nda boleh dekat Ridwan 😂
ReplyDeleteWaaah, ayahnya juga ndak boleh sering-sering, bukan susu untuk ayah-ayah hihi. BAgus proteksinya Nanie, cocok mi :)
DeleteUntungnya anak-anakku mggak suka SKM, Mbak. Paling pol ya buat campuran jagung manis aja. Ditaruh di atas roti pun mereka nggak suka
ReplyDeleteDengan sendirinya terproteksi ya Mbak Damar
DeleteAku ngasi SKM hanya untuk topping pudding, roti, ato jus.. beneran kalo dituruti anak2 pasti nyandu banget sama SKM.. Apalagi minuman2 dlm kemasan itu kak..
ReplyDeleteIya, jadi memang harus dibatasi ya Mbak Dian. Kalau tidak, bisa kebablasan.
DeleteDuozam itu awalnya alergi coklat
ReplyDeleteTrus ternyata mereka alergi yg terlalu manis bgitu .. sy jadi was was karena kalo mereka batuk bisa cepat gejala pneumonia. Kadang sy sedih .. anak2 yg lain tawwa senangnya makan coklat dan manis2 ga kenapa2 jii.
Tp alhamdulillah tiap liat jajanan coklat mereka sadarmk kalo nda boleh makan itu 😁😁😁
Sama anakku yang kedua. Tapi alhamdulillah ndak lama ji alerginya. Saya juga perhatikan, ndak boleh kebanyakan.
DeletePintarnya tawwa Duozam, sudah tahu membatasi jajanan coklat :)
Setuju SKM itu cocoknya emang buat toping, kalau diminum setiap hari sebagai minuman susu jangan deh.
ReplyDeleteBetul, Mbak. Tidak cocok, yah.
DeleteMungkin krn pd dasarnya aku ga suka susu, buatku skm malah bikin eneg banget saking manisnya itu mba. Makanya ga prnh suka. Baru mau minum skm, kalo dijadiin tambahan sedikit di jus alpukat :D. Kalo utk diminum gt trs tambahin air, duuuh ga deh :D.
ReplyDeleteWah bagus Mbak, dengan sendirinya sudah terproteksi juga. Jadi bisa dihindari ufaedahnya, ya
Deleteepe? belom pernah ...
ReplyDeleteEnak lhoo
Delete