Di buku IPA Affiq ada soal yang menanyakan tentang seseorang yang mengangkat beban tetapi tidak melakukan pemanasan terlebih dulu. Yang ditanyakan, apakah benar atau salah yang dilakukan orang itu? Apa alasannya?
Mama tahu jawabannya adalah ‘salah’ tetapi mama tidak tahu alasannya apa. Mama sementara memikirkan jawabannya ketika kemudian Affiq berkata, “Ada kuncinya, Ma.”
Mama dan Affiq pun sama-sama menelaah kunci jawaban soal tersebut.
Di kunci jawaban disebutkan jawabannya adalah ‘salah’. Alasannya ‘karena hal tersebut akan membuat jantung secara tiba-tiba bekerja keras dan hal itu dapat merusak jantung’.
Mendapatkan jawaban seperti itu, Affiq berkata, “Rusak? Kenapa rusak, Ma? Apa jantungnya pecah atau berdarah?”
Mama tak dapat menahan tawa, “Tidak dong, fungsi jantungnya terganggu kalau begitu. Sama seperti kalau Affiq tiba-tiba berlari pagi padahal belum pemanasan, itu tidak baik.” Eh, nyambung tidak yah ... ah, disambung-sambungin sajalah .. J
Makassar, 7 Desember 2011
Untung ada kunci jawabannya ya sehingga mama tidak benar-benar mati gaya. Tidak enak juga, akhir-akhir ini pelajaran Affiq semakin sulit, membuat mama terpaksa sering mengucapkan ‘tidak tahu’ J
Share :
Ada J-nya maksudnya apa ya mbak? :D
ReplyDelete@Una:
ReplyDeleteAda 'J'. Di mana? Di akhir tulisan yah ...Kalo di saya tampilnya emoticon yg smiley :)
Oalah pantes... di aku J :D
ReplyDeleteSalam kenal balik, mbak..
ReplyDeleteWedeww...pelajaran sekolah anak2 sekarang makin ke sini makin sulit aja ya, lumayan jauh bedanya kalo dibandingin dengan kurikulum kita dulu :D
dan sukurnya saya di kelas sudah membiasakan anak tidak membuka kunci jawaban. soalnya di buku BSE sekolah dasar ada tuh jawabannya, walau gak semua soal. jadi orang tua memang harus kreatif, ya, pak. salam
ReplyDeletemungkin karena aliran darah yang tiba2 cepat jadinya jantung lebih cepat juga memompa darah ya bu..
ReplyDeletekarena tidak pemanasan jadi yang tadinya kerja jantung santai tiba2 dia harus memompa lebih cepat :D *sotoy*
Betul, Bunda. Saya juga terkadang menjawab tidak tahu, tidak ingat, atau menggeleng sambil tersenyum ketika Sabila tanya soal PR yang diberikan gurunya. Dan kalau kebetulan sedang online, lebih sering nyari jawabannya dengan tanya mbah Google. Intinya, disinilah proses belajar yang sesungguhnya, ketika dibuku tidak ada jawabannya, maka masih ada cara lain untuk mencari jawabannya.
ReplyDelete@Dokter gigi gaul:
ReplyDeleteSoalnya materinya tentang sistem peredaran darah pak dokter (kalo dulu kita dapatnya SMP, sekarang anak kelas 5 SD sudah dapat).
Ya begitulah ...
Eh, nyambung nda yah ... :D
@Allisa Yustica:
ReplyDeleteBenar mbak, banyak bahan pelajaran SMP turun ke SD. Orangtua harus rajin memantau anaknya. Kalau tidak bisa keteteran banyak .
Makasih dah mampir yaa ^^
@Rusydi Hikmawan:
ReplyDeleteSaya seorang ibu pak guru .. hiks .. satu lagi yang ngira saya bapak2 :D
Gak papa .. biasalah itu.
Eung ...
Sekarang ini bahan pelajaran anak2 aneh pak guru, terlalu banyak jenis soal sementara tidak ada di teori. Lagipula dalam menjawab soal eksakta (seperti IPA dan Matematika)ruang kreativitas terbatas. Malahan seringkali kita tak boleh kreatif karena jawabannya sudah pasti (eksak) hanya satu.
Saya suka gemas menemani anak saya belajar karena soal2 yg muncul bisa kemungkinan apa saja bahkan yang sama sekali tak terpikirkan karena tidak ada sama sekali di pembahasan teorinya.
Kenapa sekarang aneh begini?
Dulu saya jarang ditemani belajar oleh orangtua saya, paling hanya matematika. Sekarang kalau kita tak menemani anak kita belajar di hampir semua bidang studi, wah bisa kasihan mereka karena beban kurikulum (atau hanya beban buku cetak?) sekarang 'keterlaluan' beratnya
maafkan saya memakai kata 'keterlaluan' karena tidak tahu apa lagi kata yang selain itu yg pantas untuk dipakai ...
Btw makasih kunjungannya pak guru :)
@Miss 'U:
ReplyDeleteWah, kalau kita' yang ditanya sama Affiq, pasti nda perlu buka kunci jawaban hehehe
@Abi Sabila:
ReplyDeleteMemang lebih berat pelajaran sekarang abi Sabila. Banyak orangtua yang juga seperti kita ...
Hai, Mbak Mugniar.
ReplyDeleteMemang susah ya jadi orang tua. Anaknya yang sekolah, tapi orangtuanya juga harus ikut-ikutan belajar.
Wah, tapi asyik dong ya, orangtuanya jadi tambah ilmu. Yang bayar sekolahnya cuman satu, tapi yang makin pinternya sampai tiga orang: anak + orangtuanya, hihihihi..
aku bingung nih hehehehe
ReplyDeleteHihihihi berarti gw juga kudu persiapan neh Mba tar kalo Zahia sekolah kan pasti nanyanya tambah ceriwis lagi :-)
ReplyDelete*jadi orang tua emang wajib mengapdet pengetahuannya yah*
berkunjung lagi. barusan saya komentar panjang, eh jaringan lola banget, komputer krodit lagi, jadi lupa komentar yang hilang itu. saya juga merasakan hal yang sama, walau permasalahan beban ini sudah pernah dibahas ama pembesar2 pembuat kebijakan pendidikan, katanya utnuk mengimbangi perkembangan, saat negara2 lain yang semakin meroket, berarti kurikulum di negeri ini harus ditingkatkan, walau kesannya terlalu dipaksakan, tidak sebanding dengan pelayanan dan peningkatan kebebasan bersekolah anak2. dan kurikulum sebenernya sudah diberkan otonomi ke sekolah dan guru untuk menyesuaikannya, tapi tetep saja guru2 dan anak2 di'takuti' dg SKL yang semakin tinggi, dan guru dibebankan SI yang harus dituntaskan.
ReplyDeleteya namanya aja jadi abdi negara, semua kemauan di atas pun harus tetep kita lakukan. tapi saya menyiasatinya dengan penyederhanaan bahasan, ya maklum di SD, jadi mesti pinter2 guru membahasakan materi pelajaran menjadi lebih aplikatif saja. salam semangat bu guru mugniar
Pelajaran anak2 sekarang memang kayaknya susah deh, yah kalau mau dibandingkan dengan kita2 dulu. mungkin tuntutan jaman kali yah... hehehe *sotoy*
ReplyDeleteitulah sekarang masalah Parenting banyak digembar-gemborkan, biar orang tua bisa bersikap yang paling tepat bagaimana mengimbangi sang anak :)
Salam kenal, dari Makassar juga :)
@Vicky:
ReplyDeleteRasanya saya sudah balas komennya mbak tapi ternyata gak muncul yang tempo hari ... masalah internet rupanya ^^
Bagus juga sebenarnya mbak ya supaya ortunya gak gampang pikun :D
@Zh!nTho:
ReplyDeletememang membingungkan koq hehehe
@Zulfadhli's Family:
ReplyDeleteya .. begitulah mbak realitanya :)
@rusydi hikmawan
ReplyDeleteYap .. 'penyederhanaan bahan' itu kuncinya. Bagaimana supaya materi menjadi sesuatu yang dekat dengan realita anak. Ini yang sulit dilakukan banyak guru.
Saya suka baca komen pak guru.
Tapi apakah itu SI dan SKL
#garuk2 kepala#
Saya bukan ibu guru, pak. Saya hanyalah seorang ibu yang merasa bertanggung jawab thd pendidikan anak saya di sekolah shg sy harus menemaninya belajar (sebab sekolah tdk bisa membuatnya memahami semua pelajarannya dengan baik).
Suami saya pun turun tangan membimbing anak kami, terutama Matematika-nya...
Btw, terimakasih pak guru dah mampir lagi.
@Syam Matahari:
ReplyDeleteSy tdk begitu yakin apakah ini memang benar2 tuntutan zaman, Spt-nya masih harus dikaji lagi oleh orang2 yg memahami filosofi pendidikan itu apa utk anak usia 6-7 hingga 12-13 tahun.
Btw, makasih kunjungannya ^^
salam kenal juga pak,Affic kelas berapa ya?
ReplyDelete@Mama Pascal:
ReplyDeleteSaya seorang ibu mbak ^^
Anak saya kelas 5
Makasih sudah berkunjung ...
Betul mbak, nggak salah kok...segala sesuatu kan harus berproses, sebelum olah raga kita perlu pemanasan agar suhu tubuh kita meningkat perlahan dan aktivitas itu tidak membuat tubuh kita terkaget-kaget...
ReplyDelete:)
@Bintang:
ReplyDeleteYap ... begitu mbak. Saya langsung gagap ditanya sama anak :)