Pengerjaan gorong-gorong di depan rumah |
Oooh, di depan rumah ada pengerjaan gorong-gorong. Ini rupanya solusi bagi sistem drainase yang amburadul di sekitar rumah kami bertahun-tahun belakangan ini. Solusi yang dikerjakan pas di musim penghujan. Bukan main.
Ayah memang seperti itu. Kalau ada tamu sementara kami tak punya penganan kecil, dengan sukarela, tanpa ba bi bu ia bergegas keluar rumah membeli sebungkus biskuit di warung tetangga. Begitu pun saat ini. Ia tak merasa perlu menyuruh saya apalagi ibu untuk pergi membelinya. Malah ibu yang sering memintanya membeli apa-apa di warung.
Tampak seseorang sedang menyekop |
Saya mengikuti ayah ke ruang makan. Ia mencari wadah untuk ditempati minuman sirup dingin itu. Saya mengambilkannya di lemari.
“Ada yang lebih besar, tidak?” tanya ayah.
Saya mencari lagi. Aha ketemu. Di dalam lemari ada termos berwarna merah, tempat air milik saya yang belum pernah terpakai. Pemberian kantor suami saya dulu, di sebuah acara. Saya mengeluarkan termos itu dan mencucinya. Ayah kemudian menuangkan air minum di dalam termos itu beserta es batu. Karena sedang bersiap-siap hendak keluar, saya meninggalkan ayah meramu air dan sirup.
Beliau benar-benar family man bukan? Beliau mengerjakan semuanya sendiri, tanpa satu kalimat perintah pun keluar dari bibirnya!
Butuh 4 hari mengerjakannya |
Sore harinya, ketiga gelas beserta termos merah itu sudah terparkir dengan bersih dan rapi di atas rak cuci piring. Ayah sudah mengambilnya sendiri dan juga mencucinya sendiri!
Wow ... my dad is a real family man. Saya yakin, siapa pun akan setuju dengan saya, tak banyak ayah/suami seperti beliau ...
Pengerjaan gorong-gorong hampir selesai |
Dua hari berturut-turut berikutnya, ayah saya murni mengerjakannya sendiri karena saya tengah sibuk dengan anak-anak dan pekerjaan rumah lain (atau lagi menulis yah ... lupa ... J), saat beliau bersibuk-sibuk dengan gelas-gelas, baki, dan termos merah itu. Sekali lagi, tanpa satu pun kalimat perintah keluar dari bibirnya. Padahal beliau bisa saja kan menyuruh saya melakukannya, saya pun tidak akan keberatan jika disuruh oleh beliau. Tapi beliau memilih tidak melakukannya.
Pengerjaan gorong-gorong sudah selesai. Mudah-mudahan tidak berumur pendek seperti jembatan di atas sungai Mahakam itu. Gelas-gelas dan termos pun sudah kembali ke posisinya semula yaitu di dalam lemari. Namun ayah justru membuat tambahan jejak di hati saya berkaitan dengan hal ini. Mudah-mudahan Allah membarinya kesehatan dan berkah yang berlimpah di usianya yang sudah 71 tahun. Ia benar-benar seorang family man sejati.
Makassar, 2 Desember 2011
Tulisan-tulisan lain:
Share :
Aamiin ya Rabb... :)
ReplyDeleteTerimakasih sudah meng-aminkannya miss 'U.
ReplyDeleteAmin ya Rabb ^^
terharu @_@
ReplyDeleteAamiin ya Rabb.
ReplyDeleteMudah-mudahan aku pun bisa bersikap mandiri bila tua nanti :)
Cerita ini mengingatkan pada sosok alm. ayahku yang telah tiada. Alhamdulillah kutemukan sosok family man yang begitu dekat, suamiku. Sungguh aku sangat bersyukur.
@Icha:
ReplyDelete^^
@Ade SM:
ReplyDeleteSemoga beliau mendapat tempat yang baik di sana mbak. Alhamdulillah ada suami sebagai sosok family man ^^