![]() |
4 butir bakso gratis dibagi 2 untuk Athifah & Afyad kakak Affiq tidak kebagian, kan sekolah :) |
Saya selalu saja terkesima dengan kebaikan yang tulus.
Sudah pernah tukang bakso yang mangkal dekat rumah ini membuat saya terkesima (kisah lengkapnya baca di sini). Kali ini ia membuat saya terkesima sekali lagi.
Sewaktu lewat di depan tukang basok baik hati yang sedang menanti pembeli itu saya menegurnya, “Mas, Saya punya tusukan bakso yang tida dipakai di rumah. Mau, Mas?”
“Iya,” angguknya dengan senyum yang senantiasa melekat di wajahnya.
“Sebentar ya, Mas ,” janji saya.
Ia tersenyum.
Agak lama saya menunggui Athifah kali itu hingga saya berpikir sang tukang bakso mungkin sudah berlalu dari tempatnya mangkal.
Saat saya melewati tempat itu, ia masih di sana, sedang berbincang akrab dengan seorang tetangga.
Saya menyapanya lagi, “Tunggu ya Mas, Saya ambil dulu tusukannya.”
Ia mengangguk, masih dengan tersenyum.
Tak berapa lama saya sudah muncul di hadapannya, menyodorkan banyak tusukan bakso. Sang tukang bakso menerimanya dengan senyum khas yang tak lepas-lepas dari wajahnya. Kali ini diiringi dengan ucapan, “Tunggu sebentar ya, Mbak,” kepada Athifah. Lalu ia bergegas mengambil sebuah tusukan bakso dan menancapkan empat bulatan bakso di situ.
Melihat gelagatnya saya berujar, “Wah, Mas mau ngasih gratis ya. Eh, tapi terlalu banyak itu, Mas.”
“Tidak koq,” katanya.
Dengan cepat ia memberikan bakso-bakso dalam sebuah tusukan kayu itu kepada Athifah. “Terimakasih ya, Mbak,” ucapnya. Bersamaan dengan itu saya pun berucap, “Terimakasih.”
Athifah pulang ke rumah dengan wajah cerah ceria, secerah pagi yang sejuk itu.
Saya jadi ingat kejadian bertahun silam saat masih kuliah. Saat itu saya memfotokopikan teman catatan kuliah. Karena kecewa dengan hasil foto kopi yang kotor sehingga membuat beberapa bagian jadi tak terbaca, saya meminta pemilik foto kopi yang ramah itu untuk menggantinya. Pemilik foto kopi itu menggantinya tetapi ia tetap mengharuskan saya membayar gantinya. Sambil ngedumel dalam hati, saya membayarnya tapi sejak detik itu saya berjanji tak akan kembali lagi ke tempat itu untuk foto kopi apapun sampai kapan pun.
Ck ck ck ... untuk selembar kesalahannya ia menyuruh saya yang membayar. Sementara tukang bakso ini begitu tulus menghadiahi setusuk bakso kepada kami padahal tanpa ia beri pun tak mengapa. Subhanallah
“Allah, berkahilah rezeki tukang bakso yang baik hati itu,” saya membatin haru.
Makassar, 6 Desember 2011
Silakan dibaca juga:
Share :
Baik sekali tukang baksonya hihi~ balas budi :)
ReplyDeleteAmin.
ReplyDeleteHanya kebaikan yang pantas diberikan untuk sebuah kebaikan. Dan si Abang memahami benar hal ini,karena itu ia mempraktekannya.
Semoga kita bisa mengikuti jejak-jejak kebaikan, siapapun dan apapun profesinya. Amin.
Tukang baksonya memiliki kepribadian yang luar biasa yah Mba. Patut ditauladani
ReplyDeleteBtw tar yah Mba nunggu laki gw pulang link Mba doski pasang. hehehe, bininya gapteks pisan, taunya postiiiinnnggg ajah. Sedangkan ngotak-ngatik blog doski yang ngerjain hehehe *hikshiks begini deh nasib emak gapteks*
@Una:
ReplyDeleteEh, ganti nama yah ... ^^
Iya, dia memang baik koq, tidak sungkan memberi meski tidak diberi ...
@Belajar Bisnis Online:
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir. Saya dah berkunjung ke blognya. Wuah .. informasi di sana keren2 .. sukses yah ^^
@Susan Noerina:
ReplyDeleteIya mbak ... saya pikir orang kalo bisnis spt itu di pikirannya bisnis melulu padahal tidak. Ini sudah yang kedua kalinya saya melihat ketulusannya ..
Oya, tdk apa mbak. Makasih yaa ^^
@Abi Sabila:
ReplyDeleteIya Abi Sabila, dan meski sederhana, rasanya seperti mendapat durian runtuh juga karena saya tidak mengharapkan mendapat apa2 darinya.
Jadi berpikir, dikasih kebaikan sama manusia saja sudah demikian senangnya, apalagi kalo kebaikan itu dikasih oleh Allah ya ... seharusnya jauh lebih senang.
#Jewer kuping sendiri, harus banyak2 bersyukur#
saya mesti ke link tukang bakso yyang baek hati dulu, baru bisa komentar di sini. komentator lainnya udah pada baca belum?
ReplyDeleteMbakyu, namu pagi2 neh mumpung Double Zee masih ada kebo. lapor komandan! Link udah terpasang. merdeka!! *lho???*
ReplyDelete@Rusydi Hikmawan:
ReplyDeleteOh silakan bang guru ... terimakasih ^^
@Susan Noerina:
ReplyDeleteSip .. laporan diterima.
Makasih mbak.
Merdeka!! *lho juga*
Hehehe ... mbak satu ini memang ngocol habis
^_*
Wah, Mbak, antara foto kopi dan bakso ya beda kasus dong... :D
ReplyDeleteMemang beda kasus Asop.
ReplyDeleteTapi keluasan hati kan satu penafsiran. Lagipula dalam hal ini, kalo mau ditimbang2 seharusnya lebih berat mengeluarkan empat butir bakso dengan gratis dibandingkan mengeluarkan satu lembar kertas fotokopian. Begitcu ... makasih dah berkunjung yah. Ada tulisan baru ya Sop?
^^