![]() |
Sumber: http://oppositional-defiantdisorder.net |
Berikut kutipan dari awal
kisah gila Evi (halaman 33 – 34):
Awal kisah, aku merasa amat sedih, tetapi walau kupaksa, mata ini tak pernah bisa menangis, malah bibir ini tertawa-tawa sendirian di sebuah ranjang kecil berbantal kumal. Aku begitu yakin ada seseorang yang telah meracuniku. Rasanya seperti baru menenggak ekstasi, di jahanam obat terlarang itu. Tubuhku melayang-layang tak tentu arah, kepala terasa berat bukan kepalang. Tidak sampai hitungan jam sejak itu aku mulai mengalami apa yang oleh dokter di RSJ Pakem katakana sebagai halusinasi.Aku dapat melihat hal-hal yang tidak tampak wujudnya di mata keluarga dan dapat mendengar bunyi-bunyian yang suaranya tidak dapat didengar para tetangga. Mengerikan, kusaksikan kuburan-kuburan terbongkar sendiri. “Ya Allah, jeritan-jeritan itu amat memekakkan, tangisan-tangisan yang melengking itu terlalu memilukan. O, rupanya mereka sedang disiksa.” Tubuhku bereaksi, menggigil hebat, amat berkeringat. Ketakutan sekaligus terheran-heran.
Belum usai shock-ku melihat mayat-mayat yang menggelepar, tiba-tiba dari atas menderu amat keras suara pesawat terbang. Sepertinya tidak hanya satu, berputar-putar persis di atas kepalaku. Sontak aku melonjak kaget, sekilas kututup telinga. Lama kemudian suara pesawat itu memelan dan akhirnya menghilang sama sekali, sunyi. Kuhela napas beberapa kali dan kuhembuskan berulang. Kulepas pelan kedua telapak tangan dari cuping telinga.Sesaat berselang, kudengar dari arah belakangku sebuah bisikan, begitu menggoda. Kaget juga iya, kuputar tubuh kea rah datangnya suara. Dengan badan gemetar, seketika berhadap-hadapanlah aku sejarak satu jengkal dengan sesosok makhluk berwajah aneh dan menyeramkan. Entah apa itu, tapi yang pasti dia bukan manusia. Kuambil beberapa langkah mundur, menjauh. Kuat dugaanku dia setan. Itu kutahu dari matanya yang merah menyala.
Sub bab 'Aku, Wahid, dan Malaikat Jibril' |
Sebuah halaman kisah Evi |
Alhamdulillah, Allah
memperkenankan kesembuhana bagi Evi. Ia keluar dari RSJ setelah dinyatakan
sembuh oleh dokter. Berikut pengakuannya
(halaman 216 – 217):
Semua ini terjadi karena aku telah kehilangan cintaku. Aku telah kehilangan suamiku. Rasa amarah yang terpendam tidak dapat kukeluarkan dan perasaan pedih yang tak terkira manakala aku kehilangan putriku Ririh Rahajeng. Apalagi ketika aku harus kehilangan putra keduaku, Gibran Rahmat. Ketika aku harus berpisah dari mereka, semua beban menumpuk di dalam batinku dan membuatku gila. Akhirnya aku mengalami halusinasi dan angan-angan yang melambung.
Mungkin imanku yang kurang tebal sehingga aku harus mengalami kegilaan ini. Kini, aku ingin mempertebal imanku dengan cara mendekatkan diri kepada Allah secara benar dan bersungguh-sungguh. Aku tidak ingin mengalami waham lagi. Aku kapok. Aku tidak akan pernah meninggalkan shalat lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya.
Melalui buku ini Evi ingin
berbagi manfaat mengenai pengalamannya kepada semua orang. Mudah-mudahan banyak
yang bisa memetik hikmah melaluinya. Semoga Allah memperkenankan amal jariyah
yang banyak bagi Evi karenanya.
Beruntung sekali jika
seorangh skizofren bisa kembali normal seperti Evi ini. Ia bisa kembali
memperbaiki diri dengan beramal shalih. Sungguh kasihan saudara-saudara kita
yang tak bisa kembali ke alam normal.
Semoga kesadaran akan
pentingnya menjaga kesehatan jiwa di samping fisik selalu menjadi kewaspadaan
kita. Semoga Allah menjaga kita semua dan juga keturunan kita sehingga terhindar
dari hal seperti ini.
Semoga Allah memudahkan satu kegilaan yang wajar: gila
kepada-Nya. Gila pada cinta-Nya. Gila pada ridha-Nya. Mengidap skizofrenia, siapa
pun tentu tak ingin. Tapi kegilaan yang wajar ini, saya kira kita semua menginginkannya.
Makassar, 24
April 2012
Silakan dibaca juga yang lain ya …
Share :
hyaaa ... serem ...
ReplyDeleteIya benar. Membaca bukunya rasanya tegang terus Icha. Baginya (waktu itu) halusinasi itu dunia nyata.
DeleteIya Icha, serem. Baca bukunya lebih serem lagi ...
DeleteApakah kisah evi adalah kisah nyata penulis, bu?
ReplyDeleteIya, kisah nyata penulisnya. Nama lengkapnya Satira Isvandiary. Nama panggilannya: Evi.
DeleteBuku yang menarik sepertinya.
ReplyDeletepenerbit apa mbak?
Kebetulan di Thailand aku kuliah di jurusan psychiatric.
Penerbit TINTA, mbak Ecky. Beralamat di Yogyakarta sepertinya. Penerbit ini bagian dari Kelompok Penerbit QALAM. Alamat e-mailnya: tintapress@hotmail.com.
DeleteWebsite: www.qalam-online.com. Terbitan tahun 2004. Sudah 8 tahun. Mudah2an masih ada, mbak.
Oya maaf ya mbak saya belum bisa ke blog mbak Ecky. Komputer masih rusak sementara komputer pinjaman ini sudah mau dikembalikan. Sekarang pakai modem yang sudah habis kuotanya jadinya lelet sekali :)
makasih atas infonya mbak :)
DeleteMudah-mudahan masih ada untuk nambah-nambah ilmu
Mudah2an ya mbak. Sama2, terimakasih juga :)
Deletejudulnya bukunya apa nich mbak...
ReplyDeleteJudul bukunya "Ratu Adil: Memoar Seorang Skizofren". Ditulis oleh Satira Isvandiary (dipanggil Evi). Penerbit: Tinta, terbitan tahun 2004, mbak.
DeleteMbak Rina, maaf ya belum bisa main ke blognya. Komputer masih rusak sementara komputer pinjaman ini sudah mau dikembalikan. Sekarang pakai modem yang sudah habis kuotanya jadinya lelet sekali :)
sebuah kisah yang mengagumkan..semoga ALLAH mengabulkan segala kebaikan untuk Evi :)
ReplyDeleteAamiin. Semoga Evi baik2 saja sekarang.
DeleteAamiin .. semoga
Deletemungkin yg dialami ibuku sama persis dgn yg dialami evi
ReplyDeleteKira-kira bagaimana cara para dokter di rsj menyembuhkannya ya
Dari yang saya baca, penyakit ini penyakit medis, bisa disembuhkan secara medis. Mudah2an ibunya mendapat penanganan yang tepat ya mas.
Deletekunjungan gan.,.
ReplyDeletebagi" motivasi.,.
fikiran yang positif bisa menghasilkan keuntungan yang positif pula.,..
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,
Terimakasih Gan. Maaf belum bisa berkunjung balik, lagi ada kendala
Deletesebuah kisah yang cukup menyeramkan, jadi para skizofrenia itu sering berteriak-teriak histeris karena mereka berhalusinasi melihat sesuatu yang menyeramkan ya mbak....masya allah semoga mereka bisa di beri kesembuhan ya mbak...
ReplyDeleteIya mbak. Dunia mereka ternyata ruwet. Aamiin, semoga
Deletemakasih mba udah kunjungan balik ke rumahku..
ReplyDeletebahasannya bagus banget, sesuai dg realita semakin meningkt jumlah pengidap skizofrenia karena depresi. Kunci nya kuat iman ya Mam..
Makasih Khansa. Iya betul, kuat iman ...
Deleteskizofrenia bisa sembuh? bukankah itu kelainan dalam otak? gimana caranya bisa sembuh? setahu saya orang skizofrenia itu akan tetap mengalami semacam halusinasi (atau mungkin tepatnya delusi). cuma bedanya, ada yang bisa membedakan/memisahkan antara kenyataan dengan delusinya ada juga yang tidak bisa membedakan/memisahkan. CMIIW.
ReplyDeleteAda dong Millati. Lha ... penulis buku yang saya punya ini buktinya lho. Ia mantan penderita lho :)
Deletemau... tapi lagi tobat dulu sama cerita kayak ginian. hhe
ReplyDeleteikut giveawayku yuk ;) --> http://bermimpimeraihsukses.blogspot.com/2012/04/jejak-si-miaw-1-giveaway.html
Hm ... kisah seperti ini memang membuat kita bertobat ya ... aduh, apa masih sempat ikut GA ya, soalnya baru bisa OL dengan baik dan benar nih ... :)
Delete"Mungkin imanku yang kurang tebal sehingga aku harus mengalami kegilaan ini" skizofrenia wh baru dengar dan baru tau kalo kayak gitu. hmmmm
ReplyDeletesemoga kita semua di kasi kesehatan dari allah
Aamiin.
DeleteSebenarnya siapa pun yang bisa mempertahankan imannya, bisa lolos dari cobaan skizofrenia ini.
Na'udzubillah, mudah2an kita terhindar dari yang semacam ini.
MasyaAllah.. aku selalu terpukau dengan para skizofrenia, karena sebenarnya mereka mencipta imaji di luar nalar. Beruntung orang-orang yang bisa kembali kepadaNya..
ReplyDeleteYa, beruntung sekali Evi bisa kembali normal. Saya juga tahu ada seseorang yang kembali normal setelah hitungan tahun di dunia itu.
DeleteJika kita punya keluarga/org terdekat yg mengalami skizofrenia...sungguh hal yg sangat menguji kesabaran Mbak. Saya mengalaminya...menghadapinya jika sedang dalam kondisi 'labil'nya, bukan hal mudah utk tdk terbawa emosi tp harus bisa ttp under control karena mereka membutuhkan kita agar ttp bersikap wajar.
ReplyDeleteMasya Allah, serem juga dih
ReplyDeleteNa'udzubillah...