Di
antara teman-teman Athifah, Safa (bukan nama sebenarnya) termasuk yang jarang main
ke rumah. Ia seorang gadis kecil seumuran Athifah, anak kedua dari 3 bersaudara.
Ibu
Safa sudah lebih dari 2 tahun meninggalkan anak-anaknya. Dari “bisik-bisik
tetangga” saya mendapat informasi bahwa sering terjadi konflik antara dirinya
dengan ibu mertua. Memang selama ini mereka tinggal dengan ibu mertua.
Ibu
Safa menikah di usia yang sangat muda (16 – 17 tahun), kemudian setamat SMA ia
terbujuk kawannya untuk mencari kerja yang menyebabkan ia meninggalkan suami
dan ketiga anaknya, ada pula tetangga yang membisikkan itu kepada saya.
Setahun
yang lalu saya mendengar kabar bahwa ia dan suaminya sedang merencanakan untuk
bercerai. Entah, sekarang bagaimana. Saya tak pernah mendengar bisik-bisik
lagi. Saya pun tak ingin mengorek-ngorek keterangan walau rumah yang
ditempati suami dan anak-anaknya hanya berjarak beberapa langkah dari rumah
kami.
Suatu
ketika saat Safa baru saja pulang setelah bermain bersama Athifah, Athifah
memperlihatkan sebuah ikat rambut berwarna biru muda kepada saya. “Mama, ini
untuk Mama, dari Safa,” kata Athifah.
“Untuk
Mama?” Saya balik bertanya. Memastikan.
“Iya,
untuk Mama. Safa bilang ini untuk Mama,” jawab Athifah.
Saya
tercenung. Jujur, pemberian ini membuat saya terharu. Selama ini saya tak
pernah ngobrol dengan Safa. Sesekali saja saya menegurnya bila berpapasan
dengannya. Saya memang suka menegur teman-teman Athifah yang saya kenal. Begitu
pun dengan Safa. Gadis mungil yang manis lagi berkulit putih ini pun sering saya
sapa.
Hanya
itu. Hanya menyapa. Tiba-tiba saja ia memberikan saya ikat rambut?
Ada
apa Safa sayang?
Rindukah
kau pada ibumu?
Makassar, 8 Juni 2012
Silakan baca juga:
Share :
Pemberian sederhana namun di sana seolah menempel pesan perihal pencarian ladang kasihsayang seorang Safa.
ReplyDeletePemberian sederhana namun di sana seolah menempel pesan perihal pencarian ladang kasihsayang seorang Safa.
ReplyDeletePemberian sederhana namun di sana seolah menempel pesan perihal pencarian ladang kasihsayang seorang Safa.
ReplyDeleteBetul pak Siwi, "rasanya" seperti itu
Deletesepertinya Safa merindukan sosok yang bisa ia panggil Mama, sosok dimana ia bisa bermanja, seperti halnya Athifah. Semoga Safa, dan juga anak-anak yang senasib dengannya, senantiasa diberikan ketabahan dan kekuatan, dipertemukan dengan orang-orang yang ikhlas berbagi kasih dan sayang.
ReplyDeleteSalam untuk ketiga ponakanku, Mbak.
Iya Abi Sabila. Untungnya dekat rumahnya ada pasangan suami istri yang tak memiliki anak. Ia dan saudara2nya biasa bermain bahkan menginap di sana.
DeleteAamiin . Semoga
Safa...... ah aku tak bisa berkata apa-apa...
ReplyDeletewalaupun aku sebelas bersaudara dan kalau dirumah juga sering cekcok tapi ternyata itulah bentuk kasih sayang kedua orang tuaku
huft... aku jadi benci sama orang tuanya Safa
Huft ... kasihan juga orangtuanya, Mas huda, masih sama2 amat muda ...
Deletekasian juga safa ini ya mbak...dia pasti rindu sekali dengan sosok mama nya.
ReplyDeleteIya mbak, nampaknya begitu
DeleteAcchhh Mbak, nangis aku baca tulisan ini...
ReplyDeleteIya mbak, mengharukan sekali
Deletejadi mungkin selama ini safa sebenarnya memperhatikan mba tapi sungkan untuk negur, dia rindu dengan sosok ibu, kasian safa :(
ReplyDeleteApa iya ya? Mungkin juga ...
DeleteAiiihhh Safa, semoga ibumu cepat kembali nak...
ReplyDeleteAamiin. Mudah2an hati ibunya tergerak ya mbak
Deletewah, kisah yang haruuuuuuu...
ReplyDeletesetelah menerima ikat rambut itu, sering2lah menyapa safa kak :)
Iya Nhinis, saya usahakan.
Delete*peluk Safa* anak2 biasanya suka meberikan simbol2 sederhana utk mengungkapkan perasaannya mbak..
ReplyDeletePasti Safa senang sekali seandainya dia bisa ngeblog ya mbak. Di sini banyak yang mau peluk dia ...
Deleteterharu saya bacanya kak niar, kalau ketemu safa sering2 di sapa kak, pasti dia merindukkan sosok ibunya, Ya Rabb smoga safa kuat yah ...
ReplyDeleteAamiin. Semoga Safa tumbuh menjadi gadis yang kuat berkat do'a teman2 di sini.
DeleteBerkunjung ke sini lagi setelah sekian lama bersemedi.. :D
ReplyDeleteSetelah baca tulisan kak Niar ini, saya pun tersenyum. Namun, senyum yang disertai dilema.. Satu sisi pada lucu tingkah Safa yang secara mengejutkan memberi ikat rambut, satu sisi lainnya pada rasa penasaran yang ditimbulkannya padaku, apa gerangan yang dipikirkan bocah itu..
Tingkah anak kecil, kadang sulit ditebak. Padahal kak Niar jarang menyapa, namun ikat rambut itu membuktikan ada yang spesial bagi Safa dari seorang Bundanya Athifah.. Semoga dengan ion positif yang kak Niar "berikan", Safa mampu memetik hikmah, bahwa ada orang sekitarnya yang masih baik padanya.. :)
Iya, apa yang dipikirkannya. itu juga pertanyaan saya. Alhamdulillah masih ada tetangganya pasangan suami istri tanpa anak yang memperhatikannya, Arya. Yah, mudah2an sekadar sapaan dari saya cukup melipur hatinya :)
Deletehiks sedih dengarnya mbak. di TPAnya Pascal juga ada kasus yg mirip seperti itu tapi saya gak mau ceritakan ttg ibunya. cuma si anak curhat sama gurunya kalau dia sudah tidak punya bunda dia mau panggil teteh ke simbak yang mengurus dia tapi takut marah. akhirnya gurunya cerita ke simbak dan simbaknya mau kok dipanggil teteh
ReplyDeletekasihan ya mbak Lidya ... terlihat sekali betapa anak2 itu membutuhkan kasih sayang, ada saja cara mereka mengungkapkannya ya ...
Deleteinikah hasil dari pernikahan dini.. ?
ReplyDeleteYup. Orangtuanya memang menikah dini
DeleteMungkin... Safa ingin Kak Niar menyisirkan rambutnya dan mengikatnya dengan ikat rambut itu...
ReplyDeleteIyakah mbak? Hmmmm
DeleteMembaca ini rasanya gimanaa gitu.. barangkali saja dalam hati Shafa ada perasaan rindu dan ingin di perhatikan Ibunya seperti perhatian yang diterima Athifah dari Mbak.. semoga Ibu Shafa disana merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Shafa
ReplyDeleteTeman2 yang baca bilang seperti ini juga mbak. Dalam sekali ya pesannya
Deletepemberian yang sarat makna dari seorang safa,
ReplyDeletebtw-insya Allah saya kan mencoba hadir pada launching buku-nya..salam sukses ya :)
Benar. Terimakasih pak Hariyanto :)
DeleteHikss... nyeri banget bacanya *ikutan terharuu*
ReplyDeletebuat Safa tetep samangat ya dalam menjalani keidupan, dan jangan lupa untuk selalu tersenyum..
Menghrukan ya Nay. Aamiin. Mudah2an Safa kuat dengan do'a Naya dan teman2 blogger :)
DeleteT__T
ReplyDeletega tau mau bilang apa, yang jelas aku terharu membacanya mbak
seolah terjadi dihadapan saya
Kisah nyata yang menyentuh ya ...
DeleteTerimakasih dah mampir
Ah, Mugniar...saya tidak atu harus berkomentar apa.
ReplyDeleteKisah yang menyentuh.
Seorang anak pasti perlu figur ibu buat belajar menuangkan kasih sayang dan memeluknya agar dia tenang...salam sayang buat Safa, sungguh, ikat rambut sederhana itu sudah memberi saya pelajaran berharga :)
Terimakasih sudah mampir mbak Bintang :)
DeleteTerimakasih empatinya buat Safa ...
ikat rambut penuh makna :)
ReplyDeleteIya betul :)
DeleteCerita yang sangat menarik. Terima kasih telah bersedia berbagi.
ReplyDelete