Fort Rotterdam tampak depan, lokasi MIWF 2012 |
Ternyata
yang disetujui para kurator untuk diamanahkan kepada saya pada ajang Makassar
International Writers Festival 2012 ini adalah Diskusi (Panel) Buku,
bersama Rampa Maega (penulis novel Landurundun, asal Toraja), dan dimoderatori
oleh Khrisna Pabichara (penulis 13 buku, yang terbaru berjudul Kisah Sepatu
Dahlan yang menceritakan perjalanan hidup Dahlan Iskan, menteri negara BUMN
itu).
Mengapa
semula saya mengira ini launcing buku?
Sebab e-mail saya pada awalnya kepada panitia adalah keinginan untuk
berpartisipasi dalam launching buku.
Balasan yang masuk begitu “abu-abu” bahasanya. Tak menerima tetapi tak menolak
pula. Hanya menyinggung Sibilangngang
Parseng (dalam bahasa Makassar berarti “seratus persen”) yang menghadirkan
penulis-penulis lokal Makassar atau Sulawesi Selatan.
Gedung tempat diskusi buku |
Gedung-gedung tua peninggalan kompeni |
Saya
membalas e-mail itu dan meminta penjelasan tetapi tak ditanggapi hingga saya
melupakannya, menganggap saya ditolak untuk berpartisipasi dalam launching buku. Kurang dari dua minggu
sebelum MIWF 2012 dibuka, saya menerima e-mail dari panitia yang isinya
menyatakan bahwa para kurator telah menetapkan jadwal untuk saya pada hari
Jum’at 15 Juni 2012 pukul 9.00 – 11.00.
“Alhamdulillah,
launching buku jadi,” begitu pikir
saya.
Maka
saya membuat maklumat, sudah tentu dengan harapan teman-teman yang berdomisili
di Makassar bisa datang. Lalu saya kalang-kabut mengumpulkan uang dan
menghubungi penerbit buku (Leutika Prio) untuk memesan buku LAKON
FRAGMENTARIS. Kesempatan kan,
menjual buku di ajang ini.
Melihat
nama Khrisna Pabichara, terbit gugup di hati saya. Baru-baru ini saya ikut
lomba Kisah Inspirasi Sepatu sehubungan dengan launching buku Kisah Sepatu Dahlan. Melalui browsing internet, saya mendapatkan informasi ia telah menulis 13 buku.
Sebelum menulis buku tentang Dahlan Iskan, ia mendatangi kota-kota di mana
Dahlan pernah berada. “Wow, saya yang
orang sangat biasa-biasa ini dimoderatori seorang Khrisna Pabichara?”
Mengingat
belum pernah menghadiri acara lauching buku,
saya bertanya kepada teman-teman di dua grup menulis yang saya ikuti, meminta
masukan apa saja yang harus saya persiapkan dan lakukan di acara seperti itu.
Alhamdulillah, saya menerima saran-saran yang berarti dari mereka.
Makan
waktu beberapa hari hingga akhirnya saya menyadari bahwa segmen acara saya
bertajuk Diskusi Buku Sibilangngang
Parseng bukannya launching buku.
Tak terpikir pula untuk meralatnya, waktu pun terasa demikian sempitnya karena
saya berkutat dengan permintaan untuk mempercepat pencetakan dan pengiriman
buku yang saya pesan sementara itu internet tiba-tiba bertingkah, lambatnya
minta ampun. Alhamdulillah pihak Leutika sangat kooperatif meladeni saya dan
bersedia mengusahakan buku-buku pesanan saya tiba pada tanggal 12.
Tanggal
15 Juni, pukul 9 lewat.
Khrisna Pabichara dan Rampa Maega |
“Pak
Khrisna, Saya Mugniar,” sapa saya pada seseorang yang menuliskan nama ‘Khrisna
Pabichara’ di daftar isian registrasi di meja panitia.
Seorang
laki-laki yang duduk di dekat kami segera menengadah dan menjabat erat tangan
Khrisna erat. Rupanya ialah Rampa Maega yang sudah sejak tadi berada di situ.
Sosok
hangat Khrisna mencairkan kegugupan saya. Kami bertiga dan seorang penulis
bernama Fauzan Mukrim yang meluncurkan novelnya yang berjudul River’s Note
dalam MIWF ini berbincang seputar buku-buku kami dan dunia penulisan.
Acara
baru dimulai pukul 10, karena menunggu peserta. Diskusi ini paralel dengan
acara lain. Selain itu beberapa orang yang sedianya datang tiba-tiba batal bertandang
karena kesibukan yang tak bisa ditunda. Namun the show must go on ...
Seperti
masukan teman-teman saya para penulis hebat itu, pertanyaan yang dilontarkan
adalah seputar proses kreatif penulisan, dari mana ide muncul, dan apa isi
buku.
Peserta diskusi buku |
Saya
menjelaskan, ide tulisan-tulisan saya bersumber dari sekeliling saya. Tentang pengalaman
dengan anak-anak dan renungan-renungan saya. Misalnya saja, saat saya tersentuh
saat mendengarkan pengalaman seorang pengelola panti asuhan yang menampung
puluhan anak di rumahnya dan berjuang mengasuh mereka atau pada saat bertemu
dengan tukang pos yang baik hati.
Atau
tentang pergulatan pikiran dan hati selama sekian menit saat anak saya Affiq
pulang mengaji dalam keadaan menangis setelah dipukul kawannya. Alhamdulillah
saya senantiasa mendapatkan ide menulis karena salah satu tujuan saya ngeblog
adalah “mendokumentasikan hidup dan renungan ke dalam blog”.
Rampa
Maega menulis novel dalam setting Toraja.
Ia mengumpulkan bahan mengenai cerita-cerita rakyat Toraja, di antaranya yang
ia ingat melalui dongeng yang disampaikan ayahnya ketika ia masih kecil dan
mengadaptasinya ke dalam bentuk novel. Saya sempat lihat nama seorang penulis
terkenal - Tasaro sebagai editor bukunya. Kemarin, seorang kawan berkata Tasaro
pernah menyebut nama Rampa Maega sebagai ‘saudara’-nya karena banyak
membantunya dalam menerbitkan buku.
Yang berbaju hitam itu Fauzan Mukrim, seorang penulis. |
River - sumber inspirasi Fauzan Mukrim |
Seperti
saya yang berlatar pendidikan akademis eksakta, begitu pula halnya dengan Rampa
Maega. Ia lulusan jurusan Kimia dari universitas Satya Wacana.
Khrisna
Pabichara rupanya sudah 7 tahun menggantungkan hidup melalui profesinya sebagai
penulis. Tak hanya menulis, ia pun kerap menjadi editor profesional. Ia
menceritakan mengapa pada akhirnya ia memilih menjadi penulis padahal dulu
karirnya menjanjikan di sebuah bank. Dengan menulis, ia lebih mendapatkan
ketenangan batin.
Memang,
untuk orang yang sudah kadung jatuh cinta pada dunia menulis, menulis itu
kebutuhan jiwa. Rampa Maega mengatakannya hal yang senada. Saya mengatakan,
“Menulis itu refreshing bagi saya.
Jika tak bisa menulis, saya pasti stres.”
Begitulah
pengalaman yang tak akan terlupakan ini. Berpartisipasi dalam MIWF 2012 sungguh
merupakan kesempatan emas yang sangat berarti bagi saya mengingat saya baru
aktif menulis di tahun 2011. Saya ini orang baru dalam dunia menulis, belum ada
apa-apanya.
Terimakasih
para kurator dan panitia MIWF 2012. Sukses untuk acaranya yang akan berakhir
beberapa jam lagi. Semoga MIWF berikut berlangsung dengan lebih dahsyat lagi.
Makassar, 17 Juni 2012
Silakan dibaca juga:
Share :
OoO pak khrisna yang moderatorx ya k'...
ReplyDeleteTadi pagi saya ikut workshop creative writing di graha pena. Sy dtngx agak awal... n di lobby ada 2 org pria yg menunggu, salah satux pak khrisna (saya ga tau itu dia). Sempat berbincang sedikit dgn beliau. Orgx ramah, dan selama workshop dia berbagi pengalamanx dlm menulis.
Sayangnya saya nda bisa datang Nu :|
DeleteIya, orangnya ramah :)
Tentunya ini pengalaman yang berharga ya mbak, bisa bersanding dengan dua penulis buku, apalagi sekelas dengan Pak Khrisna.
ReplyDeleteSaya ingat dulu saat mbak Izzatul Jannah pernah diundang ke Aceh, mengisi seminar tentang membaca. Panitia meminta saya untuk menjadi pembicara pendamping beliau selain satu orang lagi seorang ahli baca cepat yang bekerja di perpustakaan daerah di Aceh.
Sempat gugup mbak dengan nama besar mbak Izzatul. Tapi ya, kuterima saja, buat pembelajaran dan pendewasaan diri, hehee
Sukses terus ya mbak :)
Pengalaman tak terlupakan ya mbak Ecky :)
Deletepasti ketagihan deh pengen launching buku lagi ;P
ReplyDeleteMesti cepat2 bikin buku solo lagi ya mbak? Waduh ... yang ini saja masih belum tahu bagaimana :D
DeleteBeruntung sekali kak mugniar bisa bertemu langsung dengan para penulis terkenal. Bisa diskusi bersama darimana mendapatkan inspirasi menulis lagi. Sungguh pengalaman berharga yang tak akan terlupakan itu kak. Ternyata inspirasi bisa datang dari sekeliling kita ya. Yang ane salut rela meninggalkan pekerjaan di sebuah bank demi terjun dalam dunia tulis menulis.
ReplyDeleteIya betul. Sementara banyak orang pingin kerja di bank, pak Khrisna malah memilih mundur :)
DeleteAsik nih mbak bisa bertemu dengan penulis2 terkenal hehhee...
ReplyDeleteSemoga mbak Niar nanti juga bisa jadi penulis hebat :)
Aamiin :) terimakasih yaa
Deleteenak ya jadi orang kota
ReplyDeletebisa banyak ikutan acara gituan
di tengah hutan begini cuman bisa bengong doang kalo ada yg cerita
haha
Walau di tengah hutan, kan dapat duit mas Rawins, bisa membahagiakan anak-istri :)
Deletekeren banget mba dapat pengalaman bertemu penulis2 'senior', nanti di share yaa kiat2 menulis dari mereka dan mba sendiri :)
ReplyDeleteHmm .. kita apa ya ... kalau saya sih bilanga: apa yang ada di kepala dan di hati ditulis saja. Editingnya belakangan :)
DeleteHaduh typo ... :0 "kiat" dan "bilang" maksudnya :)
Deleteasyiiikkkkknyaaaa... Y__Y
ReplyDelete^______________^
DeleteAlhamdulilah....
ReplyDeleteAlhamdulillah :)
DeleteSaya selalu jatuh cinta kalau ketemu penulis ternyata mereka ramah luar biasa :)
ReplyDeleteJadi pengin ketemu ama penulis2 keren itu. Ama mbak Mugniar juga :D
waah terimakasih dah mampir ke mari mbak. Saya juga pingin bertemu mbak Yanti ... kapan yaaa :)
Delete