Saya
tahu, kewajiban saya adalah berusaha melakukan yang terbaik. Tetapi ... ah terlalu
banyak “tetapi” yang timbul hingga kian tertimbunlah dosa.
Pernahkah
mendengar kisah tentang pembunuh yang ingin bertobat, kawan? Saya tengah
merenungi kembali kisah ini. Kisah yang sering diceritakan para ulama. Saya baru-baru
ini menemukannya (kembali) di salah sebuah buku cerita anak saya. Ada baiknya saya
nukilkan di sini:
Sumber: http://pinrizal.blogspot.com |
Dahulu kala, ada seorang pembunuh yang telah membunuh 99 orang. Dia ingin tobat lalu mencari orang yang berilmu tentang agama. Maka ia datang kepada seorang ahli ibadah dan menanyakan tentang perbuatannya, “Apakah ada tobat bagiku?” Dijawab oleh sang ahli ibadah, “Tidak!” Maka ia membunuh ahli ibadah tersebut, menggenapkan korbannya menjadi 100 orang.
Namun ia tetap ingin bertobat. Dicarinya lagi orang yang paling berilmu. Ia menemukan seorang ‘alim, bercerita tentang perbuatannya, dan bertanya, “Apakah masih ada tobat bagiku?”“Ya,” jawab orang ‘alim itu. Orang ‘alim itu menyuruhnya pergi ke suatu negeri, agar mengibadahi Allah bersama penduduk negeri itu. Ia tak boleh kembali ke negerinya. Maka pergilah ia ke negeri yang dimaksud. Di tengah perjalanan, orang itu mati.
Malaikat-malaikat rahmat dan siksa berselilsih tentangnya. Karena ia telah bertobat tetapi belum beramal baik sedikit pun. Lalu datanglah malaikat dalam bentuk manusia yang menghakimi mereka, “Ukurlah jarak antara dua negeri. Kemudian golongkan ia ke negeri yang lebih dekat.” Ternyata ia lebih dekat kepada negeri yang hendak dituju, maka malaikat rahmat mengambil ruh orang itu. Demikianlah Allah mengampuni dosa sebesar apapun selama hamba itu benar-benar bertobat kepadanya[i].
Komponen
yang amat penting dalam pengharapan atas ampunan-Nya adalah usaha yang dilakukan sebelum ajal menjemput. Yang Maha Bijaksana menilai semua
usaha yang kita lakukan dengan teramat bijak. Tak seperti penilaian dalam sistem
pendidikan kita yang hanya menilai hasil akhir tanpa benar-benar peduli ada
tidaknya kecurangan di dalam proses. Subhanallah.
So,
teruslah berbaik sangka pada-Nya.
Makassar, 10 September 2012
[i]
Diambil dari hadits Riyadush Shalihin No. 20 dan hadits riwayat al-Bukhari dan
Muslim, diceritakan kembali oleh Ummu Usamah ‘Aliyyah dalam buku Kumpulan 22
Kisah Ya Bunayya untuk Anak-Anak, terbitan Gema Ilmu, 2006, halaman 10.
Share :
Saya pernah baca ini.. yang menjawab tidak akhirnya dibunuh hingga mencapai 100 sampai dia datang ke orang yang benar seorang mukmin. Nice post Maha Besar ALlah yang maha berkehendak.
ReplyDeleteSubhanallah ...
DeleteAmpunan-Nya memang tak bertepi ya Mbak :)
ReplyDeleteIya Yunda ...
DeleteAmpunan dan rahmat Allah jauh lebih besar daripada dosa manusia.
ReplyDeleteIya, betul
Delete