Lebaran
kemarin, kami shalat Id di pekarangan masjid Bani Haji Adam Taba’ yang letaknya
amat dekat dengan tumah. Sungguh sebuah kesyukuran, sudah 3 tahun ini ada
tempat yang teramat dekat dengan rumah yang bisa kami tempati shalat Id.
Takbir
membahana dengan syahdu pagi itu. Segenap warga Rappocini lorong 3 dan
sekitarnya memenuhi pekarangan masjid. Ayah, ibu, saya beserta suami dan
anak-anak, juga adik saya beserta anak-anaknya berbaur dengan jama’ah lain.
Oya, Affiq shalat Id ikut suami adik
saya, di tempat lain.
Semua
wajah berseri-seri. Semua orang berpakaian rapi dan bersih. Bukan pakaian
sehari-hari, tetapi pakaian yang jarang dipakai. Anak-anak usia balita hingga
SD yang biasanya terlihat kucel bermain
di sekitar rumah, hari itu terlihat rapi. Mereka tampil dengan baju baru
mereka. Kebanyakan anak laki-laki mengenakan kemeja atau baju muslim, begitu
pula anak perempuan.
Yang
penampilannya lain sendiri adalah: para remaja/pemuda (laki-laki) kebanyakan
tampil seperti sehari-harinya: baju kaus dan celana jins. Hmm ... tapi mereka masih kelihatan lumayan rapi sih.
Koq
malah membicarakan mengenai pakaian ya J.
Yang
saya mau bilang sebenarnya adalah, keberadaan masjid ini menyumbang banyak pada
interaksi sosial di lingkungan kami (ndak nyambung dengan pakaian).
Banyak orang yang tadinya tak saling
kenal menjadi saling kenal setelah bertemu di masjid.
Di depan sana: sudut pekarangan masjid kami |
Pekarangan masjid sederhana itu digunakan untuk shalat Id |
Jama'ah sedang menanti waktu shalat tiba |
Jama'ah perempuan |
Masih menunggu ... |
Ada jama'ah anak-anak di luar pagar |
Jama'ah laki-laki |
Jama'ah mendengarkan uraian khatib dengan seksama |
Makassar, 1 September 2012
Silakan juga dibaca:
Share :
Ehehehe aku juga shalat ied pake jeans dan kaos oblong :D
ReplyDeleteCk ck ck ... cuek amat Na :D
Delete