Anjing itu sedang duduk di ujung lorong itu ketika Ayah memelankan laju skuternya. Lebarnya hanya 1 meter lebih |
Celana
ayah saya kena gigit anjing itu! Ada sedikit sobekan di bekas gigitannya.
Entah
kenapa tiba-tiba saja anjing itu hendak menggigit. Sudah ratusan atau mungkin
malah sudah ribuan kali kami melalui jalan itu, tak pernah ada insiden seperti
itu walau beberapa anjing milik warga berkeliaran dengan bebas di sekitar kami.
Tapi
tiba-tiba saja waktu Ayah yang memboncengi Affiq memelankan laju skuternya
karena hendak memasuki gang sempit, anjing itu menghadiahi bekas gigitannya di
celana Ayah. Anjing yang berulah itu biasanya dikurung di pekarangan tuannya
saja, ia bukan jenis anjing yang berkeliaran seperti yang lainnya. Mungkin
mendapati pagar tak tertutup rapat, ia keluar halaman.
Ada
beberapa keberuntungan dalam peristiwa ini:
- Untung Ayah mengenakan celana panjang. Untung Ayah tak pernah bercelana pendek saja dalam mengendarai motornya.
- Untung bukan kaki Ayah yang kena gigit.
- Untung bukan Affiq yang hanya bercelana pendek yang kena gigit.
- Untung bukan saya yang kena gigit ketika melewati jalan itu dua jam sebelumnya.
- Subhanallah ... untung Ia – Yang Mahaberkehendak tak menghendaki satu pun dari kami kena gigit anjing itu!
Empat
hari sebelumnya ...
Matahari
mulai terik saat terdengar kehebohan. Riuh-rendah suara-suara teriakan dari
depan rumah. Saya bergegas mengenakan jilbab dan menyusul suami yang sudah
lebih dulu keluar rumah.
Kompor yang menyala itu diletakkan di sudut luar pekarangan kami |
Rumah itu sudah dipasangi tabere' di dekat plafonnya |
Di rumah itu sedang diadakan persiapan acara pernikahan |
Lokasi perletakan tabung gas bermasalah |
Api!
Betapa terkejutnya saya melihatnya di depan rumah kami. Tepatnya, persis di
depan pagar besi. Jilatannya mengenai pagar dan pohon yang ditanam teramat
dekat dengan pagar itu. Saat saya terpikir hendak mematikan sekering listrik,
Ayah sudah lebih dulu mematikannya.
Tetangga
depan rumah kami sedang masak-masak untuk keperluan acara pernikahan kerabat
mereka di teras rumah yang jaraknya tak sampai 3 meter dari pagar rumah kami.
Saat memasang tabung gas pada sebuah kompor gas satu mata, regulatornya
tiba-tiba pecah. Gas yang keluar dari
tabung disambar api yang berasal dari sebuah kompor lain yang tengah menyala di
dekatnya.
Leader dari pasukan pemadam datang |
Sebuah
taplak meja sempat tersambar api. Untung belum sempat menjangkau langit-langit
yang sedang berhiasakan tabere’ –
kain warna-warni yang penuh hiasan, yang biasanya dipasang di bagian atas
dinding dekat plafon menjelang prosesi pernikahan dilangsungkan.
Seorang
lelaki tinggi besar dengan sigap menarik kompor satu mata itu. Tabung gas yang
menyala ikut terseret karenanya. Laki-laki itu meletakkan kompor berikut tabung
panas itu ke dalam got di tikungan – depan rumah kami.
Tetangga-tetangga
sekitar membantu memadamkan api yang berasal dari sebuah tabung gas yang berada
di salam got depan pagar. Ada yang memakai berember-ember air, ada yang memakai
kain basah, dan ada yang menimbunnya dengan tiga buah karung besar berisi
pasir.
Bersyukur
api akhirnya berhasil dipadamkan. Tapi bau gas masih tercium jelas. Tabung itu
masih terbuka. Pasukan pemadam kebakaran datang dengan cepat, beruntung api
bisa dipadamkan dengan lebih cepat.
Tak
lama kemudian tabung gas itu berhasil ditutup. Pekik hamdalah terdengar. Banyak
mata mengucurkan air, bersyukur terhindar dari musibah. Semua yang menyaksikan
menarik nafas lega.
Warga membantu pemadaman api |
Yang berseragam biru itu pasukan pemadam kebakaran |
Lagi pantomim, Pak (baju putih)? ^__^ |
Lagi-lagi,
keberuntungan beruntun:
Tabung gas dan kompor, "primadona" peristiwa ini |
- Beruntung yang empunya hajat memasak di teras rumah, bukannya di dapur mungil mereka. Seandainya memasak dilakukan di dapur, pasti lebih sulit mengeluarkan kompor berikut tabungnya. Dan kemungkinan terbakar menjadi lebih besar. Dan kalau terjadi kebakaran ... ah ... seram sekali karena di samping-samping serta di belakang rumah itu ada rumah-rumah berbahan kayu.
- Beruntung masih ada lelaki di rumah itu. Para lelaki tadinya hendak bersiap-siap ke kantor, untung belum berangkat saat insiden terjadi. Kalau tak ada mereka .. waah, seram sekali karena para perempuan yang memasak hanya bisa teriak-teriak panik dan tentunya tak punya kekuatan dan keberanian untuk mengeluarkan kompor dan tabung bermasalah itu.
- Beruntung yang mengeluarkan tabung itu masih bisa berpikir jernih dengan meletakkannya di dalam got, dekat tikungan. Kalau diletakkannya persis di depan rumah kami ... waduh, amat dekat jaraknya dengan teras dan di situ ada skuter Ayah terparkir.
- Beruntung Ayah ingat mematikan sekering listrik rumah kami.
- Beruntung banyak tetangga yang bahu-membahu memadamkan api. Jika tidak .... tak tahulah bagaimana jadinya.
- Beruntung ada tetangga yang sedang merenovasi rumahnya punya stok pasir 3 karung yang bisa dikorbankan.
- Beruntung kejadiannya bukan di malam buta.
- Beruntung respon pasukan pemadam kebakaran cepat, kalau warga sekitar tak berhasil mereka sudah di tempat.
- Ini kali kedua kompor tetangga terdekat bermasalah. Tahun lalu tetangga belakang rumah, kali ini tetangga depan rumah. Untung masih terhindar dari musibah.
- Untung hanya dedaunan di pekarangan kami yang terbakar. Untung bukan rumah itu, rumah kami, dan bukan pula rumah-rumah tetangga.
Perlengkapan tabung. Standarkah? |
Regulator yang pecah karena tak kuat menahan tekanan gas. |
Ini
bukan kebetulan. Allah Yang Mahaberkehendak memberi pelajaran kepada kami
tetapi Ia tak menghendaki kebakaran terjadi. “Alam semesta bertindak”, kalau
direnungkan ... ternyata ada banyak hal yang menghidarkan kami dari musibah.
Subhanallah
walhamdulillah Allahu Akbar.
Makassar, 22 September 2012
Silakan juga dibaca:
Share :
semoga gak ada insiden meledak lagi ya mbak. mbak kalau aku yg mau lewat gang itu tau ada anjing bisa2 aku gak pergi hihihi takut
ReplyDeleteALhamdulillah tak sampai meledak mbak Lidya. Nyaris saja ... Wii, di sekitar rumah saya banyak yang pelihara anjing mbak ... harus memberanikan diri keluar :D
DeleteKAlau di jawa, jk punya hajat juga masak dluar rumah Mbak.
ReplyDeleteBtw, setiap kali ada kejadian yang kita sebut 'musibah' kita masih punya opsi utk melihat hal baik pada sisi lainya. Kalau org jawa suka bilang: untunglah hanya begini..untunglah tdk sampai demikian...
Kalau di renungi, kebiasaan utk berpikir dan berkata 'untunglah' saat mengalami hal kurang baik ternyata sangat baik utk psikologis kita karena kita bs lebih cepat utk nrimo dan yakin bahwa semua kejadian ada tujuan baiknya
Iya mbak Rie ... dengan demikian kita menyadari betapa Mahapengasih dan Mahapenyayangnya Allah :)
Deletewih gawat.. ada gas nya...
ReplyDeletesalam kenal gan...
komentarin artikel ini ya mas...
www.timkomte.com/2012/09/traffic-pengunjung-rumahku-turun.html
Iya ... peristiwa gaswat: gas yang gawat. Salam kenal juga tapi diriku bukan mas-mas ... tuh ada di sisi kanan atas blog ini ... hiks :|
DeleteAlhamdulillah... semoga kita semua selalu dalam lindunganNya
ReplyDeleteAamiin ... alhamdulillah :)
Deleteuntung nggak sampe terjadi kebakaran besar ya mbak, ngeri saya membayangkannya.
ReplyDeleteNgeriii kalo sampai kejadian apalagi rumah2 di sini banyak yang dempet2an dan dari bahan kayu
Deletealhamdulillah, ALLAH masih melimpahkan lindungan-NYA kepada hamba-NYA, dan semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita semua..khususnya untuk lebih teliti dan hati2 dalam menggunakan regu-lator gas...gunakan yang standar agar regu-pemadam tidak datang lagi :)
ReplyDeleteAlhamdulillah ... legaa sekali Pak
Deletetetangga juga lega dan semua akhirnya bisa lega ..termasuk saya juga lega, karena mendengar sahabatku yang satu ini merasa lega :)
DeleteHehehe .... terimakasih sudh berkunjung Pak. Sy lama tidak OL karena kabel power rusak. Alhamdulillah sudah "baikan" :)
Deleteindonesia raya banget ya
ReplyDeletedapat musibah masih dibilang untung
eh, tapi itu tandanya orang bersyukur kok yo..?
Indonesia Raya? hehehe ... hrs selalu bersyukur, Mas. Dalam situasi apapun.
Deletebhahaha, regulatornya gak SNI tuhhh,,, :)
ReplyDeletetapi masih untung kan, Buu...
Teteup Eksak .. ada "bhahaha"-nya ... bhahaha *niru*
Deletemasih banyak untungnya ... wong ndak ada buntungnya sama sekali koq :D
Alhamdulillah k' terhindar dr musibah
ReplyDeleteALhamdulillah Nu ^__^
DeleteHIHI PASTI mbak mugni panik bgd deh. AKu yakin karna persis di depan rumah wlpun bukan tepat di di dalam dapur. setidaknya bayanganku jika di posisi mb psti takut klo rumahnya akan tersambar jika tak cepat2 dipdamkan. memang skrang kudu waspada ga bisa asal smebarang pasang gas.
ReplyDeletedan saya jga ga bisa pasang gas, kalo bau sdikit sgra selidiki deh.
Alhamdulillah yah bu. smw ada hikmahnya
Iya ANnur, panik apalagi bagian rumah yang paling dekat dengan sumber api adalah kamar saya .. namun alhamdulillah masih bisa tenang :)
DeleteRada2 seram berurusan dengan api di dapur Annur. Sy membiasakan ingat selalu baca basmalah setiap menekan tombol di kompor gas, juga saat memasak :)
alhamdulillah semuanya selamat kecuali kompor dan kawannanya :)
ReplyDeletenyaut mb' Ririe, kalo ada hajat org jawa biasanya masak diluar rumah, pake kayu bakar lagi ^^
ALhamdulillah mbak :)
DeleteBerarti khas Indonesia ya. Di sini pun, di kampung-kampung masih banyak yang pakai kayu bakar, mbak :)
Btw, makanan yang dimasak pakai kayu lebih enak ya. Ada aroma khasnya. Saya ingat dulu waktu kecil kalo ke kampung ayah saya, tante2 masaknya pakaii tungku. Enak deh masakannya. Lebih enak dibandingkan yang dimasak pakai kompor minyak tanah/gas.
alhamdulilla masi mendapat perlindungan Nya ya mbak :)
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak Chi ... masih diizinkan bernapas lega ...
DeleteBertambah satu lagi daftar tabung gas yang meledak.
ReplyDeleteBelum sampai meledak mas. Masih terbakar, tapi sempat diatasi
Deletesyukur mbak, terhindar dari beberapa bencana ..
ReplyDeletebanyak pesan yang bisa dipelajari disini ..
ALhamdulillah ...
Deletesubhanllah walhamdulillah...
ReplyDeletebenar sekali, bukan kebetulan, tapi segala yang untung tersebut telah digaris-Nya. alhamdulillah... ya mbak...
Sungguh sebuah pelajaran berharga, Mas ..
Delete