Apapun masalah yang timbul, kuncinya selalu berkaitan dengan luas-sempit-nya kesadaran (atau dalam-dangkal-nya kesadaran). Bila ditemukan masalah pada kesadaran tertentu, solusinya akan kita dapatkan bila kita tak berdiam diri pada tingkat kesadaran itu. “Masalah penting yang kita hadapi tidak dapat dipecahkan pada taraf berpikir yang sama dengan ketika kita masalah itu tercipta,” ujar Albert Einstein.
Sebaliknya, bila kita menemukan sesuatu pada tingkat kesadaran tertentu, tapi kemudian kesadaran menyempit, sesuatu itu pun akan berubah menjadi masalah yang mengganggu. Bila ruang dada atau pikiran terasa sempit, yakni kesadaran makna tidak cukup luas, masalah kecil pun terlihat begitu besar. Sebaliknya bila dada kita cukup luas, masalah besar pun akan ditampung dan ditangani dengan kepala dingin. Seperti ungkapan bung Hatta, “Bila dunia telah disempitkan orang lain, maka bangunlah alam semesta di dalam dada.”[i]
Membaca
ini dalam buku Titik Ba, membuat
saya tertawa dalam hati mengingat beberapa peristiwa lalu ....
“Gemuk
ki’[ii]
Saya lihat,” kata seorang teman – sebut
saja namanya Siska. Saya menanggapinya dengan senyum manis.
Kira-kira
1 atau 2 minggu kemudian ...
“Iiih ... tambah gemuk ki’ di’,”
sapa Siska ketika kami bertemu.
Haduh ...
kenapa orang ini sibuk dengan ukuran badan saya?
Saya
tersenyum samar, “Ah, masak? Na begini-begini ji[iii]
beratku.”
Sekitar
1 – 2 minggu berikutnya ...
“Tambah
gemuk ki’,” Siska mengucapkan sapaan
khasnya ketika kami bertemu lagi.
Ya
ampuuun, sebegitu perhatiannya orang ini pada ukuran badan saya? Ck ck ck, trus ... masalah buat lo?
Senyum
saya makin samar.
Begitulah
kawan saya yang satu ini. Sering kami bertemu, sapaan khasnya itu ia lontarkan
nyaris sejumlah frekuensi pertemuan kami. Ada sedikit rasa eneg mendengarnya. Saya mulai terganggu.
![]() |
Sumber: http://chocfairies.blogspot.com |
Baru-baru
ini kami bertemu lagi setelah agak lama tak bersua. Akhir Ramadhan terakhir
berjumpa, lalu lebaran, kemudian 2 minggu setelahnya ...
“Kurus
ki’ sekarang,” sapaan khas Siska
berubah.
Saya
mengangguk. “Iya, turun ki beratku
sembilan kilo. Habis lebaran naik dua kilo. Jadi ada tujuh kilo turunnya.”
Hm ... penjelasan
yang tak perlu dan terlalu panjang. Saya mengucapkan itu dengan nada datar.
Tapi sesungguhnya hati saya tak datar. Hati saya bergelombang dan ada senandung
riang di sana. Saya senang dikatakan lebih kurus!
Aih ... menghubungkan
isi dari buku Titik Ba yang saya nukil di atas dengan peristiwa-peristiwa ini
menyadarkan saya untuk menggeser batas-batas kesadaran (dan kesabaran) yang tadinya
tak saya sadari telah saya patok, membuatnya menjadi lebih luas sehingga hal
kecil itu tak perlu mengusik saya sama sekali.
Siska
hanya menunjukkan perhatiannya kepada saya, malah mungkin juga kekaguman? #huek
... narsis#
Yeah ...
sedikit narsis demi menggeser batas kesadaran (dan kesabaran) itu, tak apalah hahaha.
Saya
yakin Siska tak iri kepada saya, nada suaranya tulus. Wajahnya pun demikian innocent-nya. Lagi pula ia lebih cantik
daripada saya, jadi tak mungkinlah ia kagum kepada saya J.
Oke
lanjut ... hanya saja bentuk perhatian Siska bukanlah bentuk perhatian yang
saya harapkan, malah bentuk perhatian yang mengobrak-abrik zona nyaman yang telah
saya ciptakan sebelumnya. Padahal, ini sama sekali bukanlah masalah, tak
perlulah saya merasa terganggu ataupun sebaliknya – merasa senang. Kalau memang
saya bertambah gemuk atau kurus, memangnya kenapa? Toh itu realitas yang dilihat Siska dan “dilaporkan”-nya dengan
teramat jujur. Dan itu sama sekali bukan masalah, hanyalah ungkapan verbal yang
tak bermakna signifikan.
Olala ... memang
manusia cenderung menyukai hal yang subjektif yang telah ia tentukan sendiri
dan tempatkan di zona nyamannya. Yang akan selalu membuatnya tersenyum dan
terhibur. Yang tidak membuatnya gusar ataupun marah.
Realitas di luar boleh berjuta macam,
tapi kita bebas menentukan realitas mana yang menjadi pusat perhatian dan makna
apa yang kita berikan. Jika kita memilih sedih, dunia pun mempersilakan. Jika
diri kita mati, dunia yang kita ciptakan pun ikut berakhir.
Z Ahmad Thoha
Faz dalam “Titik Ba” Z
Makassar, 18 September 2012
[i]
Ahmad Thoha Faz, “Titik Ba – Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan
Pembelajaran”, Mizan, 2007, halaman 64.
[ii]
Ki’ : istilah halus untuk kata ganti
orang kedua dalam dialek Bugis/Makassar.
[iii]
Partikel ‘ji’ di sini berarti:
‘terus’ atau ‘tetap’.
Share :
Lepas dari semua problem itu, sebaiknya berterima kasih ada yang memperhatikan......
ReplyDeleteBenar Pak. Seperti halnya saat baru nikah dan di mana2 orang menanyakan, "Sudah hamil?" hingga bertahun2 setelahnya kala sang istri tak kunjung hamil pun adalah bentuk perhatian walaupun yang diperhatikan gerah karenanya. Ya, "hanya" perlu menggeser batas kesadaran dan kesabaran saja, Pak :)
DeleteJadi setelah turun 7 kg, skrg beratnya berapa Mbak? Tinggi brp? Biar aku itung BI nya, huaaA #kaboooorrr
ReplyDeleteHihiy .. harasia dooong. Mau tau ajja #kejaaarrrrrrrrr#
DeleteMbak Niar, menurut penelitian perempuan cenderung menganggap dirinya dua point lebih baik dari keadaan sesungguhnya.Jadi kalau wajahnya bernilai 6 dalam pikiran dia beranggapan bernilai 8...
ReplyDeleteJadi gak aneh kalau ada yg mengatakan sebaliknya, kita jadi teriris, dan terus menerus memikirkan hal tersebut. Masa iya kita begitu sih? ...Bukan hanya zona nyaman kita yang terusik tapi juga integritas hahaha...Karena aku juga cenderung tambah montok dari tahun ke tahun, I knew that feelling Mbak..Pengen ngegampar saja itu mulut yg kurang kendali..Tapi yah setelah kesadaran diperluas, saya memahami bahwa tak semua orang punya empati, atau sedikitnya peduli untuk memilih kalimat yg tepat untuk disampaikan kepada temannya. Itu kan mengenai perkembangan tingkat spiritualitas juga. Jadi ngapain yah saya pakai bersungut-sungut kalau begitu..Nah setelah itu saya jadi adem Mbak..:)
Pengetahuan baru nih kak. Begitu rupanya ya ... menganggap lebih tinggi 2 poin? hihihi ....
DeleteYang penting kita berpikir dan merenungi kembali kata2 yang ditujukan kepada kita lantas tidak memikirkannya secara berlebihan karena sebenarnya tidak penting. Hitung2 latihan introspeksi diri ya Kak :D
Pada dasarnya manusia akan defend atau refuse kalau ada kritik atau komentar yang tdk berkenan dihati kita. Karena kritik adalah komentar yang berada diluar zona nyaman kita. Tapi... Look who's talking dulu... Andai itu keluar dari org dekat baik keluarga dan sahabat, biasanya itu adalah wujud perhatian mrk pada kita. Kita kadang perlu hal2 demikian utk perbaikan diri.
ReplyDeleteMengenai komentar tentang anatomi tubuh itu mbak... Saya suka menjawab dengan pembelaan diri yg mungkin dianggap cari2 alasan. Saya bilang... Ya maklumlah... Secara sdh 5 kali hamil dan melahirkan. Wajar dong kalau melar... Hehehe...
Salam dari Jakarta...
Tak selalu bagi saya mbak. Kalau saya, saya perlu mendeteksi ketulusan pemberi kritik. Biasanya terpancar dari dalam dirinya, dari raut wajahnya, dari intonasinya, dari bahasa tubuhnya ... bisa dirasakan. Cuma seringkali ego mendesak2 menuntut defense :D
DeleteHkk, mantep Bun... Makanya kadang orang yang terkesan acuh, justru pemenang kebahagiaan, karena hidup ditangan mereka bukan pandangan orang lain.
ReplyDeleteHarusnya begitu saja mbak. Cuek saja (sambil meredam gejolak perasaan) hehehe
Deletewah, setuju itu.
ReplyDeletekalau saya, menikmati apa yang menjadi kritikan orang lain dan realita yang ada. kalau terlalu dipikir, otak meledak juga :)
Yap .. betul mbak. Kan rugi kalo otak kita meledak :D
Deletemaka, betapa penting memilih itu ya, Mbak, kemudian mantap dengan pilihan dan senantiasa berpandangan positif.
ReplyDeleteYup. Always about CHOICE :)
Deleteeheh, menyentil nih mbak. Jadi kalau bgtu heheh ...
ReplyDeletesaya teringat kisah waktu SMP. entalah lama sekali saya berjumpa dgn teman yg dlunya prnah skelas.
"sekrang gemukan" aku menyapanya
lalu dia jawabnya jutek.
gemuk apanya orang ditimbang aja turun. hahha. #aku kabur aja. ketakutan lihat mukanya dan nada bicaranya.
bahkan terkdang ada orang yg menyindir. skrang gemukan. padahal kurus turun 3 kg. entahlah terkdang bagaimana harsnya. cara pndanga orang apa salah kacamat hehe...
Hahaha .. kalo buat kita sih sebaiknya positif saja kalo dikenai "perhatian" yang spt itu, tapi kalo ngomong ke orang hati2 saja. Sahabat sendiri pun belum tentu suka. Perempuan itu sensitif sekali kalo disinggung ukuran badannya ... :D
DeleteSaya pribadi ga terlalu pusing dengan kritikan orang, sambil menyelami sedikit saja. kalau pas dengan pikiran saya, maka oke lah bisa diperbaiki, tapi kalau engga, ya sudah... senyum aja :D (btw mak, banner nya KEB udah bukan itu lagi yaa, tolong diganti aja sama yangbaru okeh)
ReplyDeleteMbak Mira sih masih langsing, kayak gadis :)
DeleteAduh iya mbak ... maaf ... sudah nggak boleh pake logo ini toh ...
ihh gemuk ki sa lihat sekarang... xixixi
ReplyDeletecop! saya bukan siska :D
*eh kak bagi rahasia kurusnya dong lagi butuh nih ihiks
You don't wanna know hehehe
Deletemengenai realitas, titik Ba cuma satu! gimana dengan titik Ta' dan titik Tsa'? pasti bakal banyak realitasyang dijumpai... :)
ReplyDeleteBelum titik dzal, titik zai, titik ya ... begitu ya :)
DeleteBelum lagi titik kha, titik ya .. ya? :D
DeleteBersyukur k' ada teman yg memperhatikan berat badan kk ^^. Tp BeTe juga ya klu tiap kli ktmu bahasx itu2 mlulu
ReplyDeleteTitik Ba, jd pengen bli bukux deh...
Nahh itu ... dia coba bayangkan ... belinya di kantor Mizan, Nu. Di jalan Beruang, letaknya dekat2 toko Satu Sama
Deletekalau beda hari/minggu trs 'perhatianya' beda: gemuk/kurus ki...masih oke Mbak.
ReplyDeleteLha saya pernah tuh dalam hitungan durasi 5 jam, 3 orang mengatakan hal yg berbeda..
A: nah gini gemukan Mbak..
B: kok kurusan sey..
C: kamu tetep saja gak tambah gemuk/kurus lho...
#oke deh..
Untung yang bilang 3 orang berbeda. Kalo satu orang yang bilang? Qiqiqi .... pasti itu orang yang tak punya pendirian :D
DeleteApa kabar kak niar ? Lama tak berkunjung kesini :)
ReplyDeleteOh iya, ada yg baru nih, SMS Pake SUARA, gratis, untuk pelanggan telkomsel :)
http://imajinasi-hari.blogspot.com/2012/09/smsan-pake-suara-gratis-sesama-telkomel_21.html
ALhamdulillah baik Nhis :D
DeleteWiii ... info keren tuh. Makasih yaa...
hahaha =P nda kusukanya tentang gemuk gemuk gaaang
ReplyDeletesensi ka saya kalo berat badan, kak! Haha
iihh nda sempat ka ketemu mbak nufa :(
aueeehh...
Kayaknya perempuan memang sensi kalo urusan berat badan deh hehehe. Kalo sesekali ditanya2 ndak apa2. Yang sempat bikin bete' itu karena ketemunya sering paling jarak2 1 - 2 minggu, tapi selalu ki' dikomentari kodong .... :D
Delete