Menurut
pengalaman saya (tidak tahu kalau pengalaman Anda J), berdasarkan pengaruhnya pada anak
kecil secara emosional, ada tiga tipe lelaki dewasa: pertama, yang tidak perlu melakukan apa-apa, anak-anak kecil akan
mendekat sendiri. Yang kedua, yang
tidakperlu melakukan apa-apa,anak-anak akan ketakutan melihatnya. Dan yang ketiga, dia ada atau tidak, tak ada
yang peduli.
Suami
saya amat dekat dengan ketiga anak kami: Affiq, Athifah, dan Afyad. Namun
demikian, keponakan-keponakan kandungnya sendiri takut padanya. Entah kenapa.
Ahmad (5 tahun) misalnya. Ia sangat aktif, nyaris tak ada orang yang
ditakutinya. Tetapi kepada suami saya, ia takut setengah mati.
Ketika
ibunya dirawat di rumah sakit dan ayahnya tak bisa mengantarnya ke klinik
terapi alergi, maka ibu mertua dan suami saya yang membawanya. Ibu mertua yang amat
dekat dengannya tak bisa menenangkannya. Hanya perlu sedikit gertakan dan tatapan tajam
dari suami saya, maka Ahmad bersedia duduk diam selama sesi terapi.
Sumber gambar: http://easyaupair.com |
Begitu
pun Kamila (1 tahun). Setiap melihat om Solihinnya, sontak ia gelisah. Bahkan
sampai histeris. Ayahnya sampai kelabakan menggendongnya. Dasar suami saya,
kalau mendapati anak-anak seperti itu, isengnya makin bertambah. Selama ada
dia, sang bocah akan merasa horor tak terkira.
Kalau
dilihat-lihat lagi, secara default
suami saya sering sekali ditakuti anak-anak. Sudah ada beberapa anak yang
dibuatnya menangis. Bahkan ada anak yang hanya perlu dijanjangi (ditatap lekat-lekat) saja, sudah ketakutan setengah
mati. Membuat ibunya kewalahan karena anak itu tak mau lepas dari kepitan ketiak sang ibu.
Beda
dengan adik laki-laki saya yang akrab disapa Uyi. Tanpa melakukan apa-apa pun
anak-anak kecil kerap mendatanginya, sok akrab sembari senyum-senyum, mencari
simpati Uyi. Heran saya. Padahal Uyi mah biasanya
cuek bebek.
Kenapa
ya? Ada yang mengamati hal ini, teman?
Tapi
saya berani jamin, suami saya penyayang pada anak-anaknya lho meski dia suka mengisengi mereka juga. Athifah sering kali
dibuatnya ngomel-ngomel atau bahkan teriak-teriak. Membuat saya gemas dan
mengeluarkan ancaman hendak mencubitnya J.
Tapi
tak semua anak takut padanya. Ada juga yang anomali.
Seperti
Puput (nama disamarkan) misalnya. Ia dahulu teman sekelas Affiq (sekarang sudah
pindah di SD lain). Gadis mungil yang cantik penghuni sebuah panti asuhan yang
berkulit putih dan cerdas ini manja sekali pada suami saya. Sepertinya ia
merindukan figur bapak. Bila suami saya mengantar Affiq ke sekolah, tak jarang
Puput menggelayut di lengannya. Saya pernah menyaksikannya sendiri. Hanya pada
suami saya ia berlaku seperti itu, tidak pada bapak-bapak yang lain.
Teman-teman
sekelas Affiq pun banyak yang akrab dengannya sampai-sampai tak sungkan minta
ditraktir atau minta diajari Matematika. Baru-baru ini ada yang kirim SMS, bunyinya:
“Bapaknya Affiq, kasih ka’ soal
Matematika, Saya mau belajar” – maksudnya ia minta diberi soal Matematika untuk
dipelajari. Bahkan pernah ada anak kelas lain yang saking maunya
berakrab-akrab, bila bertemu suami saya, anak itu tak sungkan menepuk
lengannya. Seperti perlakuan seseorang kepada sahabatnya!
Ada
satu pengalaman suami saya yang sangat menyentuh ...
Suatu
ketika ia shalah ashar di sebuah masjid. Di masjid itu ada sepasang suami-istri
berusia sepuh beserta seorang cucu lelakinya yang berusia sekitar 6 tahun.
Tiba-tiba
saja bocah lelaki ini mengambil gerakan hendak berlari ke arah suami saya. Ada lelaki
dewasa lain di situ tapi bukan itu yang diincar bocah ini. Kakeknya kewalahan
menahannya. Akhirnya anak itu lepas juga dari pegangan sang nenek. Ia berlari
mendekati suami saya, dan memeluk pahanya erat-erat. Setelah puas memeluk, anak
lelaki itu berlari ke arah lain. Kali ini membuat sang nenek kewalahan.
Anak
itu ternyata mengalami masalah perilaku. Selain rerlihat dari perilakunya, juga
dari tatapan matanya. Suami saya kemudian berbincang-bincang dengan kakek dan
neneknya.
Sejak
masih dalam rahim, ayah kandungnya raib entah ke mana. Ibunya mengalami
gangguan jiwa hingga kerap memukuli si bocah. Keberadaan bocah lelaki ini
menjadi sedemikian tak diharapkannya karena selalu membangkitkan kenangannya
kepada lelaki yang seharusnya menjadi ayah anaknya. Bahkan saudari kandung
ibundanya saat ini sudah ikut-ikutan pula menyiksa si bocah.
Miris.
Rindukah ia pada sosok ayah? Dan lelaki itu ... apa yang ada di benaknya dan
hatinya selama ini? Begitu gagahnya ia saat menanam benih di rahim seorang perempuan
kemudian menjadi pecundang dengan meninggalkannya begitu saja. Sadarkah ia akan
kerusakan yang dibuatnya pada masa depan seorang perempuan dan seorang anak
laki-laki?
Makassar, 20 Oktober 2012
Silakan juga dibaca:
Share :
ada yang takutnya setengah mati ada juga yang langsung bisa akrab. Kira2 ksimpulannya apa mba?
ReplyDeleteWah apa yaa? *garuk2 kepala*
DeleteSeperti ponakan2 saya. Sama nenek, kakak, dan papanya nggak takut. Tapi kalau sama bapak saya, takutnya setengah mati.
ReplyDeleteItu kenapa ya? kadang2 tdk perlu menakut2i kan mas Hadi? Anaknya sdh takut sendiri :D
DeleteHmmm. saya doakan kelak sampeyan dan Akang kelak punya panti asuhan mbak.. Kayaknya ada karisma tuh Akang menjadi seorang bapak asuh
ReplyDeleteAamiin aamiin ya Allah. Terimakasih mas Lozz atas do'anya :)
DeleteWah aku jd mikir mbak,anak2 beraksi terhadap orang dewasa kok beda2 ya? Cerita anak yg terakhir itu miris banget..
ReplyDeleteIya ... coba deh diperhatikan baik2 :)
DeleteIya ya, kadang ada anak yg ogah-ogahan sama bapaknya ya MBak. Nah kalau saya sama kponakan juga rada aneh. Kalau br ketemu [rata-2 kponakan mmg jarang ketemu] pd jaim sama saya, tp klo sdh lbh sehari baru mau ikut. Nah kalau sama anak orang lain, meski br ketemu pas kebetulan di tko getu saya ajak lha kok mauu banget ya...#aneh
ReplyDeleteLah ... kalo anak yang langsung akrab itu dibawa pulang, gimana tho mbak Rie? Coba deh sekali2 dibawa pulang ... *provokasi geje* :D
Deleteada anak yang sampai minta dikasih soal ...ck..ck..salut juga sama anak rajin dan pemberani
ReplyDeleteIya ... anaknya rajin. Sering saya jadikan contoh buat menantang anak saya supaya lebih rajin lagi. Soalnya anak saya masih harus didorong sekuat tenaga supaya mau belajar atas inisiatif sendiri.
Deleteklo sya, paling jago bikin nangis anak org. hahhaha
ReplyDeleteWaaah, saya harus mengenali dirimu, Accilong sebelum kita bertemu. Kalau2 saya membawa anak2 saya, saya tak akan mendekatimu hehehe
Deletetipe kedua jd point view, sy jd ingat sm om yg saya takuti setengah mati >,< hehe
ReplyDeleteKira2 kenapa Athifah takut? :D
Deletehehe krg tahu jg, yg pnting kalo dia dtg sy pasti lgsg nangis ketakutan :'(
Deletebhkn smpai skrg pun kalo ktemu sm om sy pasti gemetaran, masih trbawa trauma masa kecil(untung jrg ketemu), aah jd malu >,<
Hehehe lucu juga. Kalo Athifahku dulu waktu msh 1 - 3 tahun takut sama semua laki2 dewasa kecuali papanya. Mereka ndak ngapa2in saja dia sudah mewek dan menangis keras. kalo dijanjangi tambah menangislah dia. Tapi kalo mereka sedang tdk memperhatikan, dia yang curi2 pandang hehehe.
DeleteYang membedakan ketigak lelaki diatas, mungkin karena vibrasi atau pengaruh aura mereka terhadap anak-anak kali ya Niar..Ada yang beraura anak-anak, jadi deh anak2 lengket pada mereka tanpa mereka perlu melakukan sesuatu. Ada pula yg beraura bapak-bapak, jadinya anak2 sungkan terhadap mereka. Hehehe..ini hanya reka-rekaan ku saja Niar...
ReplyDeleteMengenai anak lelaki yang sering dipukuli, alah mak..semoga orang dewasa yang ada didekatnya disentuh Allah hati mereka ya, agar kemanusiaan mereka bangkit untuk mencintai si anak..Miris banget nasibnya, Niar...
Entahlah ya kak Evi. Tapi auranya koq bisa beda2 begitu ya. Spt suami saya, ada anak2 yang suka sekali, ada juga yang horor sekali :D
DeleteAamiin. Mudah2an ada selain kakek-neneknya yang memperhatikannya kelak
Wakakaka,
ReplyDeletehobinya sama, mendeliki (ngeliatin dengan tampang oke) anak kecil :P
Hahaha dirimu perlu diwaspadai ya Una kalau kapan2 kita berkesempatan kopdar *membayangkan tampang oke-nya Una*
Deletehihi... kok sama Na? Tapi kalo aku, tindakan mendelik baru nanti digencarkan, jika dan hanya jika, si anak udah ga bisa dibilangi. Dan si anak biasanya langsung takut, mungkin wajahku serem banget kalo sedang marah yaaa? hahaa
Deletewah ternyata macam-macam tipenya ya ...
ReplyDeletenice sharing
Seperti itu kelihatannya :)
Deletesungguh biadab laki2 yang berani meninggalkan anak istrinya seperti itu, tak bermoral! Wis hidupnya penuh kualat dan tak berkah pastinya, maaf mb jadi ikutan emosi soalnya sepupuku dulu menemukan seorang bayi tergeletak di depan masjid yang dibuang orang tuanya yang ga bertanggungjawab. Tapi alhamdulillah sekarang dirawat dan diasuh oleh sepupuku.
ReplyDeletekalo suamiku tipe yang cuek bebek kayaknya, haha
Aduh kasihan bayinya ... mudah2an sepupu mbak senantiasa dalam ridha ALLAH ya ... sungguh mulia mau merawat bayi itu. Suek bebek? Hehehe ... seperti adik saya ya.
Deletehehehe.. kalo ama cewek suami mbak bisa bikin klepek klepek ga ya dengan sekerling mata :-)
ReplyDeleteHihihi gak tau ya ...
Deletekl suami, anak2 malah pd deketin.. Jdnya kl lg ngumpul suami udah kyk kumpul bocah
ReplyDeleteKayak lampu yang didatangi laron2 ya mbak. Suami mbak punya aura yang menarik anak2 rupanya ^^
Deletehebat tuh laki-laki yang bisa dekat dengan anak2
ReplyDeleteAamiin :)
Deletebener banged kang.. semua sumber dari kita liat pada kelakuan kita sebenernya cuma bersumber dari dua hal tersebut.. iia kalau gag takut, suka.. demikian juga sebaliknya.. hmmm...
ReplyDeleteYup .. tapi saya bukan akang-akang :|
Deleteaslinya suami mbak niar ini penyayang..tapi mungkin raut mukanya agak jutek ya, jadi anak-anak banyak yang takut...hehe..
ReplyDeletehehehehe bisa aja
Deletesaya
ReplyDeletetdk bikin apa, para wanita mendekat :p
Asyiiik :P
DeleteWah, suami saya juga gitu Mbak. Penyayang anak-anak, tapi ada beberapa anak juga yang takut. persis banget dah hehehe...
ReplyDeleteWaah koq bisa ya, jangan2 karakternya mirip :)
Deleteanak-anak yang melihat saya, biasanya takut, barangkali kumisnya kali ya, hehe.... tapi kalo sudah saya sapa dan ngobrol, jadi ikuuut.....
ReplyDeleteSeruu ya mas :)
DeleteRohis Facebook mengucapkan..
ReplyDeleteSelamat Hari Raya idul Adha 1433 H
"Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.
“Smga Allah menerima amal2 kami & kamu, puasa kami dan kamu.
Maaf klo ada salah2 kata yaa..!
*smile
Taqabbal ya Kariim. sama2 mohon maaf juga.
DeleteAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
ReplyDeleteAlhamdulillah kita masih diberi ALLAH SWT , nikmat umur buat menyambut Idul Adha tahun ini,
semoga rahmat dan karunia ALLAH SWT selalu menyertai kita semua,
selamat merayakan Hari Raya Idul Adha,
bila ada salah dan khilaf dalam kata serta sikap selama ini, mohon di maafkan lahir dan batin.
Wassalam
Mohon maaf juga pak. Maaf baru balas komennya sekarang :
DeleteBetul juga sih Mbak, jika aku perhatikan anak-anak disekitar, mereka memang unik dan sangat natural. Untuk hal yang telah Mbak Mugni bahas diatas, apakah sudah ada yang melakukan penelitian tentang perilaku anak-anak yang satu ini ya Mbak?
ReplyDeleteHm ... belum dengar tuh mas, saya juga pingin tau :)
DeleteKunjungan perdana :) sambil baca2
ReplyDeletevisit n koment back y dblogq :)
klo boleh skalian follow blogq nnti ak folback.
Terimakasih mas. Maaf belum main ke blognya
Deletemasya Allah ayahnya Afiqah luar biasa
ReplyDeletesaya sampe ngebayangin mngkin suami mba bgtu ramahnya dan wajahnya bgtu familiar bagi anak2 yg masih kecil2 ehhehe...
hebatnya klo udah nyentuh dan terasa nyaman bagi yg lainnya.
Daripada bapk2 yg galak dan seyem hehe.. kan kasian temn afiqah.. senangnya yah mb, jadi bisa bikin anak kecil nyaman.
Banyakk juga yang takut sama suami saya Annur :D
Deletemungkin dari auranya kali ya, anak2 kan paling peka dan sensitif sm lingkungan sekitarnya, mungkin lho ya :p
ReplyDeletetulisannya bgs mbak, slm kenal :)
Mungkin juga :)
Deletesalam kenal :)