Setelah
Ali
Donnellan dan Colin
Falconer bicara, giliran Muhary Wahyu Nurba – seorang penyair asal Makassar
yang turut berpartisipasi dalam Ubud Writers & Readers Festival kemarin.
Muhary merupakan salah satu penulis yang
mendapat kesempatan untuk menampilkan 3 buah puisinya di festival
tersebut. Penyair ini sering saya baca namanya – di koran-koran yang terbit di
Makassar.
Penyair
yang menjadi salah satu dari 15 penulis muda yang lolos seleksi dan disponsori
untuk menghadiri dan berbicara pada UWRF 2012 ini menceritakan pengalamannya
mulai dari mendaftarkan diri hingga membawakan puisinya di ajang internasional
itu.
Mengenai
“penulis muda” ini baru saya ketahui setelah beberapa hari usai menghadiri
acara Satellite Program ini. Saya browsing
di internet dan mendapatkan mengenai ini dari situs resmi UWRF. Saya jadi
penasaran dengan kriteria “muda”. Apakah sama dengan organisasi-organisasi
pemuda yang memberi batas usia 40 tahun? Saya bertanya kepada pak Muhary di FB
pada tulisan ini yang saya simpan di note
FB dan menge-tag namanya, tetapi
ia belum menjawabnya. Mungkin ia sedang sibuk.
Tiga
buah puisinya yang dipilih oleh panitia untuk dibawakan harus diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris. Tentu tak mudah menerjemahkan puisi ke bahasa lain.
Karena meskipun semua kata telah pindah ke bahasa lain, belum tentu dengan
“rasa”-nya.
Muhary
menerjemahkannya dengan bantuan Google lalu meminta orang lain membacanya dan
memberikan saran mengenai hasil terjemahan itu.
Di
Ubud, ia diberikan jadwal panel dengan 2 penulis manca negara yang amat
menyedot perhatian peserta. Oleh moderator yang berasal dari Singapura ia
diberikan giliran terakhir dalam membacakan karya-karyanya. Entah kenapa
moderator itu bahkan berpesan kepadanya supaya tak membawakan semua puisinya.
Tapi
Muhary tak ambil pusing. Ia mengangguk di hadapan moderator tetapi saat tiba
gilirannya, ia berhasil membawakan semua puisinya dan mendapatkan sambutan
meriah dari hadirin.
Di
sesi Tanya Jawab, Muhary menjawab pertanyaan mengenai bagaimana ia memilih
diksi untuk puisi-puisinya.
Ia
membiasakan diri mencari frase kata yang tak biasa. Contohnya saya lupa, tapi
kurang lebih seperti: “Malam Ungu” atau “Rambut Gembil”. Pokoknya yang tal
biasa (mudah-mudahan pak Muhary tak tertawa bila membaca contoh yang saya ambil
ini J).
Meski
cenderung lebih pendek dari jenis tulisan prosa, membuat puisi
tak mudah. Belum tentu dalam waktu singkat kita bisa membuat sebuah puisi yang
indah. Ada satu cara Muhary yang katanya tak boleh ditiru J.
Waktu
ia masih lajang, ketika membuat puisi dan menemukan jalan buntu, maka ia
memorak-porandakan kamarnya. Membolak-balik barang-barang. Lalu pergi,
meninggalkan kamarnya yang kacau-balau. Pulang dari bepergian dan saat melihat
kamarnya yang amburadul, ia mendapatkan semacam ilham.
Hm
... kalau boleh menyimpulkan, ini semacam “Eureka”-nya Archimedes. Pernah
dengar kisah Archimedes dan kata “Eureka”?
Begini
ceritanya ...
Eureka
adalah kata seruan yang digunakan untuk melambangkan penemuan suatu hal. Kata
ini berasal dari bahasa Yunani ‘Εὕρηκα/Ηὕρηκα
- Heurēka/Hēurēka’ yang berarti "Aku telah
menemukannya." Seruan ini terkenal karena digunakan oleh Archimedes
(seorang matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan,
dan insinyur yang hidup pada tahun 287 SM – 212 SM). Ia mengucapkan kata "Eureka!"
ketika ia masuk kedalam bak mandi dan menyadari bahwa permukaan air naik,
sehingga ia menemukan bahwa berat (dalam Newton) air yang tumpah sama dengan
gaya yang diterima tubuhnya. Ia dikatakan gencar untuk membagi penemuannya
hingga ia berlari telanjang di kota Syracuse[i].
Ceritanya,
pada suatu hari Archimedes dimintai Raja Hieron II untuk menyelidiki
apakah mahkota emasnya dicampuri perak atau tidak. Archimedes memikirkan
masalah ini dengan sungguh-sungguh hingga berhari-hari. Ia pun merasa sangat
letih dan menceburkan dirinya dalam bak mandi umum penuh dengan air.
Lalu, ia memperhatikan ada air yang tumpah ke lantai dan seketika itu pula ia
menemukan jawabannya. Ia bangkit berdiri, dan berlari sepanjang jalan ke rumah
dengan telanjang bulat. Setiba di rumah ia berteriak pada istrinya, "Eureka!
Eureka!" Lalu ia membuat hukum Archimedes yang terkenal itu. Dengan
itu ia membuktikan bahwa mahkota raja dicampuri dengan perak. Tukang yang
membuatnya dihukum mati.[ii]
Archimedes, foto: wikipedia.org |
Sungguh
sharing yang keren. Bagaimana, adakah
di antara Anda yang berminat berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini nanti?
Silakan simak terus web site http://www.ubudwritersfestival.com/ atau
facebook http://www.facebook.com/ubudwritersfest atau
twitterhttp://twitter.com/ubudwritersfest.
Akan ada seleksi oleh Dewan Kurator UWRF untuk para penulis untuk event keren
ini. Siapa tahu Anda penulis muda yang terpilih untuk tahun 2013 ^__^.
Makassar, 30 Oktober 2012
Silakan baca juga:
[i]
http://id.wikipedia.org/wiki/Eureka
[ii]
http://id.wikipedia.org/wiki/Archimedes
Share :
Wa..sharing yang sangat bermanfaat sekali ..!!
ReplyDeleteMakasih juga sudah berbagi cerita ..:D
Terimakasih mama Olive ^__^
Delete