#2
BN2012
(Tulisan
ke-2 terkait Kopdar Blogger Nusantara)
Saya
bersemangat mengikuti kelas menulis, apalagi kalau gratis. Dari 3 kelas yang
ditawarkan di Pre Event Kopdar
Blogger Nusantara 2012, saya memilih kelas Menulis. Kelas Fotografi dan Social Media belum mampu menarik saya
sebesar minat saya pada menulis.
M. Aan Mansyur sedang mendengarkan salah seorang peserta membacakan daftar pertanyaannya, sehubungan dengan permainan yang diberikan dalam kelas Menulis Kreatif ini |
M.
Aan Mansyur, sastrawan ramping berkacamata yang masih terlihat jauh lebih muda
dari usianya adalah pemateri di kelas menulis yang berlangsung pada 9 November
2012 ini. Ia tak membuat slide, lebih
memilih mengisi kelas sehubungan dengan pertanyaan yang diajukan para peserta
dan sharing pengalamannya selama
malang-melintang sebagai penulis di Makassar. Tulisan ini memuat pemaparannya
yang sempat saya tangkap, catat, ingat, dan cerna.
Kepekaan
terhadap sekitar sangat penting dalam dunia menulis. Menekuni kegiatan menulis
bagai masuk sekolah yang tak ada jam istirahat/liburnya. Semua yang dikerjakan setiap saat, adalah proses untuk menulis.
Tak
ada orang yang baru benar-benar belajar menulis
saat ini. Proses belajar menulis dimulai sejak zaman sekolah dasar. Setiap kita
pernah mendapatkan “soal” mengarang, hanya kita tak menyadarinya.
Banyak
orang kesulitan memulai paragraf pertamanya. Kenapa? Karena besarnya keinginan untuk
bisa langsung menghasilkan tulisan yang bagus. Karena ingin melakukan yang
terbaik. Padahal untuk menghasilkan
karya yang baik, bisa jadi setelah menulis banyak tulisan buruk. Satu
cerpen bagus misalnya, bisa saja lahir setelah penulisnya menuliskan 10 atau
100 cerpen buruk.
Para peserta menyimak dengan serius |
Jadi,
tuliskan saja apa yang terlintas di pikiran. Untuk memulai
menulis ya menulis saja, jangan pikirkan apakah tulisan itu nantinya bagus atau
tidak. Jangan berusaha mengedit selagi menulis. Menulis dan mengedit adalah 2 hal berbeda. Pisahkan itu.
Menulis saja dulu. Ada istilah free
writing sebagai salah satu metode dalam dunia menulis, yaitu menuliskan apa
saja yang dipikirkan.
Namun
demikian, perlu diingat bahwa paragraf pertama itu seperti umpan. Agar pembaca
mau dengan sukarela terus membaca tulisan kita, ia harus ditulis dengan
menarik. Di sinilah kerangka karangan
(outline) berperan penting:
membuat orang tidak berhenti di tengah jalan saat membaca tulisan kita. Ini pun
membantu penulis agar tak mudah blank,
tiba-tiba kehabisan ide menulis di tengah jalan.
Di
zaman sekarang, agar bisa fokus menulis,
hindari menulis di komputer yang terhubung dengan internet karena penjelajahan
dunia maya bakal memakan waktu yang teramat besar ketimbang menulis. Segala
yang ingin dituliskan bisa gagal dirangkai karena main internet.
Kunci
menulis hanya ada 3: menulis,
menulis, dan menulis. Untuk mampu menulis dengan baik bukan ditentukan
dengan banyaknya kelas menulis yang diikuti, tetapi karena “jam terbang”. Suatu waktu, dalam
setahun Aan pernah amat keras pada dirinya dalam menulis. Setiap harinya ia
mengusahakan membaca satu buku berisi sekitar 200 halaman dan mengharuskan
dirinya menulis 2000 kata. Hasilnya, setelah itu ia merasa bagai membawa bom di
dalam kepalanya. Bom itu berisi begitu banyak ide yang siap meledak bila tak
dituliskan.
Aan - akun twitternya di-follow oleh puluhan ribu orang |
Makanya,
tidak boleh ada kata “bad mood” dalam
menulis. Buat Aan yang menetapkan penulis sebagai profesinya, ia sudah lama
membunuh si bad mood ini.
Terinspirasi oleh penjual bakso yang biasa lewat depan rumahnya. Si tukang
bakso tak pernah mengatakan, “Maaf, Saya sedang bad mood,” bila ada yang
memesan bakso padanya. Padahal ia berjualan tiap hari, dalam kondisi apapun.
Semua
tulisan yang pernah ditulis
bisa jadi gudang ide. Bisa
membantu seseorang menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Jangan pernah merasa rugi menulis
banyak-banyak.
Cara-cara untuk
mendapatkan ide menulis, bisa dilakukan dengan:
- Latihan menulis pertanyaan yang tak pernah ditanyakan orang lain. Buat pertanyaan terbuka yang bisa menghasilkan jawaban apa saja. Pertanyaan terbuka juga bisa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak berhenti begitu saja setelah terjawab.
- Melekatkan kata “kenapa” pada semua yang dilihat.
- Setiap hari dihantui 1 pertanyaan sebelum tidur.
Kiat
Aan yang memiliki jumlah follower
puluhan ribu di akun twitternya @hurufkecil ini (coba
deh follow akun twitternya dan perhatikan deretan kalimat pada time line-nya
yang unik dan nyastra. Ia menggunakan twitter untuk belajar menulis kreatif dan
efektif. Baginya, editor yang bisa dipercaya selain waktu adalah time line),
untuk mampu menulis kreatif haruslah:
- Mampu “membunuh klise”. Dengan banyak membaca, kita bisa tahu mana yang klise, mana yang tidak.
- Mampu menulis dengan “ukuran” (terget), misalnya menetapkan diri menulis sejumlah kata per hari (ini pula yang dilakukan Colin Falconer – seorang novelis Inggris yang bermukim di Australia dan sudah menghasilkan 20-an novel yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, bisa dibaca dalam tulisan berjudul Belajar dari Novelis Asing. Colin menetapkan target bagi dirinya untuk menulis 3000 kata setiap harinya).
- Mencari partner dalam menulis. Maksudnya, orang yang sama-sama berminat dalam dunia menulis (ini sangat berguna, saya juga menerapkannya dengan mencari dan bergabung dalam grup-grup menulis di dunia maya). Partner menulis bisa menunjukkan kelemahan tulisan kita sehingga bisa diperbaiki.
Saat
seorang peserta bertanya, “Bisakah menjadi editor pada tulisan sendiri?”
“Bisa
saja,” jawab Aan.
Caranya
adalah dengan “menjaga jarak”
dengan tulisan sendiri. Yaitu dengan mengerjakan sesuatu yang lain yang sama
sekali tak ada hubungannya dengan menulis selama beberapa hari. Setelah itu
baru kembali membaca tulisan tersebut. Biasanya dengan mudah akan terlihat
kesalahan-kesalahan yang sebelumnya tak terlihat.
Sesi permainan yang seru |
Aan
sendiri pernah mencoba bermain tenis untuk menjaga jarak dengan tulisannya.
Sebelumnya ia tidak melakukan olahraga itu. Ia mencoba belajar bermain tenis,
melupakan segala hal tentang menulis. Ia mengistirahatkan pikirannya. Hal
seperti itu dilakukannya ketika ia merasa tulisan yang tengah dikerjakannya
amat monoton, tak menarik lagi. “Sekembalinya dari berlibur”, pikirannya lebih
segar untuk kembali mengusahakan membuat tulisan yang menarik.
Menurut
Aan, “kata-kata itu punya nyawa”.
Ia bisa menjadi alat musik, gambar, ataupun tarian. Tentu saja untuk konsisten
menulis, seseorang harus bisa menikmati menulis.
Aan malah menganggap menulis itu menyenangkan sekaligus menyebalkan. Jangan
berbangga pada tulisan yang kita hasilkan, justru sebaiknya menganggap tulisan
yang dihasilkan itu buruk supaya bisa tetap berlatih menulis lebih baik lagi.
Jangan besar kepala mendapatkan pujian orang. “Pujian itu adalah ujian menyamar di balik huru ‘P’,” tegas
Aan.
Banyak
kiat yang dibagi oleh penulis
buku Kukila dan memiliki blog http://hurufkecil.net ini. Di antaranya:
- Jangan mengidolakan satu penulis saja karena bisa menjebak kita untuk menjadi bayangan penulis itu. Bacalah buku-buku karya berbagai penulis, baik yang disukai maupun yang tak disukai agar kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga.
- “Bangunlah puncak sendiri”. Jika Sapardi Joko Damono sudah punya puncaknya sendiri, jangan mendaki puncak itu. Buatlah puncak sendiri yang lebih rendah atau barangkali bisa lebih tinggi daripada puncak milik Sapardi.
- Untuk yang bisa termotivasi dengan lomba-lomba menulis, jangan sampai pakem-pakem lomba justru menghalangi pembentukan gaya khas kita dalam menulis. Sekali lagi, “bangunlah puncak sendiri”. Artinya, milikilah gaya khas sendiri. Jangan sampai lomba menghalangi kita membuat puncak sendiri.
- Jangan hanya menuliskan apa yang kita ketahui, tetapi tuliskan juga apa yang ingin kita ketahui supaya bisa belajar lebih banyak lagi (Aan pernah mempelajari segala hal tentang kuku dan mempelajari banyak hal baru seperti istilah-istilah dalam bahasa Latin dari bagian-bagian kuku seperti kutikula, lunula, juga segala mitos tentag kuku, sampai “rahasia” di balik frasa “kuku Bima” untuk mengerjakan novelnya yang bertemakan kuku).
- Jangan mau diganggu dengan bad mood. Bedakan bad mood dengan “butuh istirahat”. Butuh istirahat menyangkut kebutuhan perbaikan tulisan agar menjadi lebih baik. Sedangkan bad mood harus bisa dilawan. Dalam kondisi apapun, baik itu sedang sedih atau gembira luar biasa, atau kurang tidur sekalipun, bukanlah alasan untuk menjadi bad mood dalam menulis.
- Membaca buku-buku biografi bagus untuk membangun karakter tokoh yang ditulis (Aan sendiri sangat terinspirasi pada biografi Helen Keller).
Kelas
menulis kreatif di lantai 2 gedung LAN Antang, pada sore nan adem itu ditutup
oleh Aan dengan satu kiat:
“Lupakan
apa yang baru saya sampaikan. Karena jika tidak, Anda akan menjadi seperti
Saya. Temukan ciri khas Anda sendiri. Pertemuan ini adalah sharing pengalaman
saja dari Saya.”
Makassar, 12 November 2012
Catatan:
- Kita bisa belajar dari pengalaman siapa pun tapi jangan menirunya mentah-mentah agar tak menjadi bayangannya. Telaahlah, renungkanlah, dan terapkanlah sesuai karakter kita.
- Mudah-mudahan saya bisa menyajikan tulisan-tulisan lain sebanyak ide yang sudah saya tuliskan dalam notes saya.
Silakan juga dibaca:
Share :
wah.. reportase yang lengkap sekali mbak Niar... sangat2 bermanfaat nih... makasih buat sharingnya... sukses selalu untuk dirimu yaaa...
ReplyDeleteMakasih mbak Niken. SUkses juga buat mbak Niken :)
DeleteSuper lengkap, menjadi pembelajaran bagi kita semua, salam kenal dan selamat pagi
ReplyDeleteSalam kenal juga :) terimakasih udah menyempatkan membaca
DeleteMembaca postingan ini saja sudah seperti membaca sebuah buku di perpustakaan. Lengkap banget. Alhamdulillah sebagian metode sudah ane gunakan kak.
ReplyDeleteMenulis saja - nggak usah pikirkan yang lain. Jelek dan bagus itu relatif. Baca seksama di kemudian hari. Kamu akan mengetahui letak kesalahannnya. Lalu perbaikilah kesalahan itu.
Sip. Mas Hadi, mudh2an kelak bisa bikin buku tutorial ngeblog via opera mini ya :)
DeleteSaya sangat setuju dengan tips bang Aan Mansyur yang menyebutkan agar kita mampu tuk memunculkan satu pertanyaaan tiap harinya. Dan akan lebih bagus lagi jika pertanyaan itu mengundang kita tuk mencari tahu dan menulis apa yang INGIN kita ketahui. Jadinya, kita mampu menemukan warna kita sendiri. Kita mampu menemukan karakteristik tulisan kita sendiri. Wawasan, kan semakin bertambah.
ReplyDeleteSatu kelemahan yang berkembang di dalam mental kebanyakan dari kita adalah, mental "ikut-ikutan". Jika ada sesuatu yang bagus tentang A, kita pun ingin ikut menjadi A. Satu hal yang selalu menjadi "momok" bagi suatu ketertinggalan yang kita alami. Kita seringkali lupa, bahwa kita ini adalah spesial. Hadir dengan satu tujuan spesifik tertentu. Lalu, mengapa tidak membawa pemahaman itu, bahkan hingga ke dunia literasi?
Wuih, banyak omong saya. Pokoknya, nice share kak Niar.
Kalo kita latihan peka, dengan aktif melihat dan menyimak sekitar kita, bisa saja akan muncul pertanyaan2 di benak kita yang minta dijwab dan ditulis. Lalu kita mencari tahu apa yang ingin diketahui. Wawasan bisa bertambah.
DeleteSip Arya, Arya pasti sudah menerapkan :)
ternyata banyak mendapat ilmu ya mbak disana
ReplyDeleteAlhamdulillah, mbak Lidya :)
Deletemisalnya seperti saya, sudah merasa saya tidak bisa menulis atau mengarang, apa bisa kalau dilatih nantinya akan bisa. apa seorang penulis itu memang mempunyai bakat?
ReplyDeleteMenurut saya, kalo mas Agus mau berlatih bersungguh2 bisa koq, gak harus punya bakatt bawaan. Sebelumnya harus punya minat yang kuat dulu :)
Deletesiip mbak mugniar, semoga sampeyan juga bisa menjadi penulis yang sama atau bahkan lebih dari mas Aan, amin.........
ReplyDeleteWaah aamiin atas do'anya, Imam :) SUkses buatmu...
DeleteIbu udah jadi penulis hebat, kok! Keren! Salut! ;-)
ReplyDeleteIhiks .. belum koq Sak ...
Deletehikshiksihiks nda ikut meka sede. kulupai kak lamaka nda ol
ReplyDeleteYaaa sayangnya padahal lama pi itu baru ada lagi keiatan begini ...
DeleteMembaca tulisan ini serasa saya ikut hadir pada kelas penulis, artinya cara penyajian tulisan mbak Niar bisa saya tangkap sebagai orang yang awam dalam hal menulis...
ReplyDeletesukses ya mbak..
Media Robbani Mengucapkan Selamat Tahun Baru 1434 H
semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu bersama Niar dan keluarga
Terimakasih sudah membaca mas Insan. Selamat tahun baru Hijriah juga. Aamiin, do'a yang sama buat mas Insan, Devon, dan ibunya Devon ...
Deletebu niar ijin kopi untuk posting di blog ku nah....?
ReplyDeleteTERIMAKASIH BU.....
Deleteini hasilnya : http://abidmenulis.blogspot.com/2012/11/hanya-berbagi-ilmu-menulis2-selesai.html
Sama2 Abid, terimakasih juga sudah mau berbagi tulisan saya :)
DeleteSaya ingin punya banyak kawan yang suka menulis. Terutama nulis sendiri di blog, entah bagaimanapun hasilnya. sebab, kalau tidak segera dimulai (menulis) kapan lagi bisa menulis? Meski mungkin saya terlambat menyukai menulis, tapi saya kira tidak ada salahnya. Salam kenal mba? Biar tambah teman, follback yah? Terima kasih...
ReplyDelete