Apalagi di zaman sekarang,
internet tidak hanya bisa diakses melalui modem dan komputer pribadi tetapi
bisa juga melalui warnet, cafe ber-wifi, juga bisa melalui gadget. Maka ngeblog bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Memberitakan apa saja yang
berada di sekitarnya, entah itu kejadian, kegiatan, profil daerah, kuliner,
tempat wisata, dan lain-lain membuat seorang blogger sekaligus menjadi seorang
pewarta warga. Melalui tarian jemarinya di atas keyboard, jurnalisme warga
terusung. Seorang blogger bukan sekadar pewarta biasa, ia juga bisa menjadi
corong bagi ketidakadilan yang mungkin saja terjadi, pengontrol jalannya
pemerintahan, dan penyuara permasalahan-permasalahan sosial. Melalui sejumlah 112
juta blog[i] yang
tersebar di seantero dunia maya, bisa diperoleh beragam berita yang menghibur,
menarik, dan bermanfaat.
Sumber gambar: http://sajadi4.wordpress.com |
Maka, adalah sebuah keharusan
bagi seorang blogger untuk menuliskan konten dengan baik. Caranya adalah dengan
memenuhi unsur berita 5W + 1H.
5W + 1H itu adalah: “what, who, when, where, why, dan how”
What à apa yang ditulis, tema apa yang diangkat
Who à siapa saja yang terlibat dalam tulisan kita
When à kapan terjadinya
Where à di mana terjadinya
Why à mengapa terjadi, bisa dibahas latar belakang atau alasan
terjadinya
How à bagaimana terjainya, proses, atau lika-likunya
Keenam unsur ini sebenarnya harus
dipenuhi oleh sebuah berita[ii]
sementara untuk bentuk-bentuk tulisan lain seperti feature, esai[iii],
atau catatan harian biasa tak perlu semuanya tercakup dalam tulisan.
Jurnalisme warga (citizen journalism), itulah sebutan
untuk “pekerjaan” yang dilakukan warga biasa dalam mengumpulkan, menulis, dan
mengedit sebuah tulisan yang dibuatnya untuk berbagi kepada khalayak. Blog
merupakan salah satu media yang digunakan[iv].
Tahun lalu, ada kejadian yang
menghebohkan Kompasiana – sebuah portal yang menjadi media bagi para pewarta
warga dalam berekspresi melalui blog. Seorang kompasianer (sebutan untuk orang
yang menjadi anggota dan menulis di Kompasiana) – sebuat saja namanya Titi yang
berprofesi sebagai perawat menjadi selebriti Kompasiana. Tulisan-tulisannya,
walau sederhana selalu mengundang banyak pembaca sejak ia menuliskan “kisah” tentang
bayi yang meninggal akibat ibunya lalai karena asyik BBM-an. Tulisan tentang
kejadian mengenaskan itu meraup lebih dari 340 ribu pembaca[v].
Titi pun menjadi selebriti Kompasiana dan ditetapkan menjadi salah satu dari 10
nominator Kompasianer Favorit 2011.
Beberapa orang yang menyimak
adanya kejanggalan dalam tulisan Titi menemukan fakta bahwa tulisan itu sama
sekali tidak valid. Kejadian yang diceritakan hanyalah rekaan Titi semata. Penelusuran
ke lokasi yang diceritakannya dalam tulisan-tulisannya pun makin menegaskan
kebohongannya. Usaha konfirmasi dari pihak penanggungjawab Kompasiana diabaikan
Titi. Akhirnya ia dicabut dari daftar nominator dan akunnya diblokir.
Meski keenam unsur berita di
atas terpenuhi namun ada satu hal yang amat mendasar – yaitu KEBENARAN
diabaikan oleh penulisnya maka hanya sampahlah yang dituliskannya. Pembaca
biasanya berasumsi apa yang dibacanya adalah sebuah kebenaran maka kewajiban
penulis untuk berkomitmen menuliskan kebenaran.
Jika The New Yorker yang terbit sejak 1925 memiliki jabatan fact checker dalam mekanisme kerja
mereka yang khusus bertugas mengecek mengenai kebenaran fakta yang dimuat dalam
sebuah tulisan mulai dari ejaan nama-nama, angka, warna, buku, argumentasi,
kutipan, dan sebagainya guna memastikan keakuratan fakta yang sampai di hadapan
para pembacanya[vi].
Maka tak ada pihak yang memegang otoritas memeriksa keabsahan tulisan yang
sudah diunggah ke dalam blog. Hanya sang penulis dan Tuhanlah yang tahu akan
nilai kebenaran dari tulisan yang dibuatnya.
So, para blogger,
mari menulis hanya kebenaran dan kebaikan selain melandaskannya pada unsur 5W +
1H. Karena 5W + 1H tanpa kebenaran adalah bualan semata. Tak peduli sebagus apa
pesan yang dikemas di dalamnya, seperti kasus Titi di atas yang seolah-olah
ingin berpesan agar para ibu berhati-hati dalam mengurus bayinya, pesan itu tak
berarti apa-apa bila dibungkus dalam kebohongan.
Makassar, 25
November 2012
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba "Blogging Idol Pewarta Warga"
Daftar bacaan:
- 9 Elemen Jurnalisme, oleh Andreas Harsono, dari http://ajisolo.wordpress.com/2008/08/10/9-elemen-jurnalisme-oleh-andreas-harsono/
- Tulisan-tulisan “Resensi Buku “Pewarta Warga” COMBINE Resource Institution”, “Blog Sebagai Media Citizen Journalism”, dan “Jurnalisme Warga dan Nadia Abdullah Jurnalis Warga Revolusioner” dari blog http://www.tigabelase.com
- Menulis Itu Gampang: Rumus 5W + 1H, dari http://www.sudutpandang.com
- Tips Menulis: Piramida Terbalik dan 5W+1H, dari http://bataknews.wordpress.com
- Buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Liputan Mendalam dan Memikat, terbitan KPG (Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Yayasan Pantau)
[i]
Asri Tadda, dalam materi Blogpreneur
dan Internet Marketing dalam Kopdar Blogger Nusantara, 10 November di Makassar
[ii]
Bedasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), BERITA adalah: 1. Cerita atau keterangan mengenai kejadian atau
peristiwa yang hangat; kabar; 2.Laporan; 3. Pemberitahuan; pengumuman
[iii]
Jarar Siahaan dalam http://bataknews.wordpress.com
[iv]
Imam FR Kusumaningati, mengutip Steve Outing dalam 11 bentuk citizen
journalism, dalam blognya http://tigabelase.com
[v]
Dari tulisan “Cerita Panjang Akun
Bernama Titi” di Kompasiana
[vi]
Dari buku Jurnalisme Sastrawi:
Antologi Liputan Mendalam dan Memikat, terbitan KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia bekerjasama dengan Yayasan Pantau)
Share :
Walaupun blog pribadi dan suka-suka kita mau menulis apa, tampaknya tetap harus ada fakta dan tanggung jawab terhadap isi tulisan ya Niar..Aku baru baca tentang kasus kompasioner Titi itu. Kok ya nekat banget berbohong dengan membawa nyawa anak orang yah..
ReplyDeleteIya kak, seharusnya begitu *tulisan ini utk mengingatkan saya juga*
DeleteTtg Titi itu, saya semoat sebal waktu itu karena merasa dibohongi. Tulisannya sudah memperkainkan kenaifan naluri keibuan saya. Menyebalkan sekali ketika ketulusan perasaan kita dipermainkan orang.
Setuju, Mba Niar..
ReplyDeletesukses ya untuk kontesnya :)
Trimakasih mbak. Sayangnya web penyelanggaranya sulit diakses
Deletesemoga sukses dengan kontesnya ya mbak, semangatnya luar biasa banget nih ikutan kontes
ReplyDeleteTerimakasih mbak
DeleteThanks atas infonya sob.
ReplyDeleteSama2 sob...
Delete