Tentang perempuan muda ini, pernah saya ceritakan di tulisan berjudul Perempuan
Muda dan Ibu Mertuanya. Saya melihatnya lagi. Kali ini ia masih begitu penuh
perhatiannya kepada ibu tua itu. Ia memperlakukan ibu mertuanya itu sebagaimana
ibu kandungnya sendiri.
Kali ini saya terperangah. Saya melihatnya menggendong ibu tua itu menuju becak yang tengah menunggunya! Campur aduk perasaan saya. Ya salut, kagum, kasihan, dan bersyukur. Kasihan, tentu saja. Karena kali ini tak ada laki-laki yang tempo hari bersamanya jadi ia sendiri yang mengurus ibu tua itu. Perempuan muda itu menggendonya padahal ia sendiri bertubuh kecil.
Demi melihat kantung plastik yang agak berat digenggam ibu tua dalam
gendongan perempuan muda itu, saya berlari ke arah mereka. Khawatir kantung
kresek hitam itu bisa terjatuh dalam genggaman rapuh sang ibu tua.
“Mari Saya bawakan ki’,” saya meminta izin untuk membawakan kantung kresek
itu.
Mereka berdua tersenyum.
Saya berjalan di sisi mereka, menuju becak yang sedang menunggu.
Perempuan muda itu menaikkan ibu mertuanya dengan hati-hati ke atas becak.
Selanjutnya ia sendiri yang naik. Tangannya terulur menerima kantung plastik
yang saya berikan.
“Sandalnya, mana?” mata saya menatap kaki ibu tua itu yang tanpa alas.
Perempuan muda itu menggeleng sembari tersenyum.
“Memang tidak pakai sandal?” saya bertanya lagi, untuk memastikan.
“Iya,” ujar perempuan muda itu.
“Terimakasih,” senyum masih melekat di bibir perempuan muda itu.
Di sampingnya, ibu tua itu juga tersenyum memandang saya.
“Sama-sama,” jawab saya.
Saya memandang becak yang mereka tumpangi hingga berlalu.
Saya yang harus berterimakasih, wahai perempuan muda. Dirimu memberikan
saya banyak pelajaran hidup sekali lagi.
Saya bersyukur bertemu kalian. Bersyukur masih ada perempuan muda setulus
dirimu di tengah garangnya rimba dunia ini. Bersyukur masih punya dua orangtua
dan seorang ibu mertua yang walau sudah sepuh, jauh lebih tua daripada ibu
mertuamu, tapi mereka masih cukup sehat. Mereka masih bisa berjalan kaki ke
sana ke mari seorang diri.
Ibu mertua saya bahkan biasa menempuh perjalanan dari Papua ke Sulawesi dan
dari Pare Pare ke Makassar seorang diri. Dan saat ini ibu kandung saya sedang
berada di Surabaya, bersama beberapa kerabat kami. Saya bersyukur, Allah
menurunkan pelajaran-Nya melalui dirimu sekali lagi.
Makassar, 30 Januari 2013
Silakan juga disimak:
Share :
subhanallah sekali ya apa yang dilakukan perempuan muda ini... biasanya sama mertua itu banyak yang g rukun lho #ups
ReplyDeleteIya ya? :D
DeleteWanita muda itu kalau di belah dadanya pasti ada berlian disana ya Niar..Beruntungnya ibu tua itu punya mantu seperti dirinya..Tolong doakan agar ibu saya juga dapat yg seperti ini ya :)
ReplyDeletepasti ... belian yang tak ternilai.
DeleteAamiin, semoga ya kak
Semoga kelak diberi ganjaran kebahagiaan ya mbak :)
ReplyDeleteAamiin
DeleteJadi terharu nih mbak...Allah yang akan membalas kebaikan perempuan muda itu dengan pahala yang berlipat lipat.
ReplyDeleteAamiin ya Rabb
Deletebikin terharu. Nggak mudah bisa melakukannya
ReplyDeletemerembes bacanya bun.....jika ada diposisi itu ntah bisa mimi berbuat hal yg serupa, makasi renungannya,,,, :*
ReplyDelete