Beginilah pemandang got besar, penanda pasar Solongang ini |
Sebuah got besar di dalam jalan
kecil yang memotong jalan Veteran dan jalan Harimau, merupakan land mark pasar ini. Walau tak pernah
bersih, got inilah yang membawa rezeki bagi para pedagang yang mencari
peruntungan di situ. Jalan kecil itu sebenarnya dekat saja dari pasar Maricayya,
hanya sekitar lima ratus meter. Tapi bahwa memang di situ ada ladang rezeki
yang telah terbukti selama bertahun-tahun lamanya, membuat pasar liar ini tak
pernah mati.
Saat akan memasuki "pasar", inilah pemandangan yang menyambut: lapak pakaian, dan aneka barang di pinggir got |
Bersantai sembari menunggu pembeli |
Ada pisang, ada kelapa. Kelapanya boleh minta diparutkan |
Setelah membeli sebuah labu kuning kepada seorang kakek yang baik, saya jatuh
kasihan pada seorang nenek penjual sayur sehingga membeli beberapa macam
sayuran padanya meski tak begitu segar lagi. “Tak apalah, sesekali ini. Besok-besok
kalau ke sini lagi kan belum tentu
belanja padanya,” ucap saya dalam hati.
Nenek penjual sayur itu tak simpatik caranya berdagang. Selalu saja
berusaha supaya saya membeli lebih dari yang dibutuhkan dengan secara cepat memasukkannya
ke dalam kantung plastik tanpa persetujuan. Ini salah satu penyebab mengapa
saya tak begitu suka berbelanja di pasar tradisional, bila menghadapi pedagang
yang punya jiwa memaksa seperti ini. Saya jadi memasang tekad dalam hati,
besok-besok tak akan mau belanja padanya lagi. Cukup kali ini saja. Rasa iba
memang tak boleh terlalu diperhatikan dalam berbelanja dalam sistem perdagangan
ini.
Setelah menyusuri sejenak jalan Harimau dan semua yang dibutuhkan sudah
dalam genggaman, saya yang ditemani suami dan putra bungsu kami pun bergerak
pulang. Suami saya sempat bertanya-tanya kepada penjual pengasah pisau. Pengasah
pisaunya mirip dengan yang dijual di mal tetapi harganya jauh lebih murah. Entahlah
dengan kualitasnya, apakah bisa sedikit dipersandingkan atau beda jauh.
Yang lapar, yang lapar mari makan bakso ... |
Lapak seadanya, digelar di bahu hingga badan jalan |
Aneka lauk yang harganya terjangkau: tempe, sambal goreng, perkedel, ikan kambu, dan lain-lain |
“Beli dua nasi lemang ta’,” pinta
saya kepada seorang ibu – penjual nasi lemang.
“Beli lima mo di’? Lebih murah,”
sahut ibu itu sembari buru-buru memasukkan lima potong nasi lemang ke dalam
kantung plastik hitam.
“Bu, Saya butuhnya dua ji. Yang mau
makan ini cuma satu orang anakku! Kalau lima tidak ada yang makan nanti,” saya
mulai panik lagi melihat adegan pemaksaan ini.
Beginilah kalau berbelanja di pasar tradisional, entah apa wajah saya yang
terlihat begitu mudah diperdaya atau bagaimana sampai dua kali mendapatkan
adegan pemaksaan. Nyata sekali mereka memang tak pernah mendapatkan training tentang bagaimana merebut hati
pelanggan dengan cara yang santun. Namun, barangkali saja ada yang bisa
menyampaikan kepada mereka bahwa cara seperti itu tak elok?
Makassar, 12 Maret 2013
Silakan juga dibaca:
Share :
istilahnya amigos ya mbak :) agak minggir got sedikit
ReplyDeleteHahaha iya mbak AMIGOS :D
Deleteinilah ciri khas indonesia
ReplyDeleteHanya ada di Indonesia :)
Deletembak beli sayur bukan karena butuh tapi karena kasihan?
ReplyDeletekadang saya bingung..
Jujur saja, kadang2 ada perasaan begitu. Apalagi saya dua kali mengikuti kegiatan yang menceritakan betapa menderitanya para pedagang pasar tradisional krn berbagai hal. Jadi ... begitu deh :)
DeleteMemang kayak gitumi kodong caranya cari pembeli, kadang iba juga tapi kalau berlebihan, kita' yang kasian :)
ReplyDeleteIya, mau dibantu karena "orang sendiri" tapi ya gimana yang modelnya macam itu di' :D
Deletepasar indonesia kebanyakan gituu yaaah.
ReplyDeletekalo baca adegan bunda sama pedagang nasi, inget kalo pasar itu tempat .... setan, apa yah? lupa.
tepat berkumpulnya gitu yaa?
Pasar itu masjidnya setan. Tempat berkumpulnya setan :D
DeleteSy kalo mau masuk pasar baca do'a : "Allahumma innii a'udzubika minal khubutsi wal khabaits". Mohon dijauhkan dari setan laki2 dan setan perempuan. Habis kek mau masuk WC. Kalo di rumah kita, tempat berkumpulnya setan yang kita harus hati2 memasukinya kan WC :D
sangat sempit ya mbak pasarnya, tapi jika sudah lama berdiri kemudian digusur kasihan para pedagangnya
ReplyDeletePasar liar sebenarnya mas Agus, letaknya dekat sekali dengan pasar resmi. Tapi pelanggannya banyak, terutama ibu2 yang berjalan kaki, mending belanja di situ daripada ke pasar yang resminya yang masih harus berjalan kaki 500 meter. Lumayan menghemat tenaga buat mereka.
Deleteapa dulu yg pertama kali ngelapak org solo ea, bu? Pasti mereka gk pengen direlokasi nantinya? Hehehe
ReplyDeleteWaduh lupa. Solongang itu dalam bahasa Makassar, artinya got :)
DeleteYah dari berujung iba tapi berbuntut dongkol ya Niar..Masa belanja harus dipakasa-paksa..kalau saya akan mengatakan boleh mereka masukan semua tapi saya hanya bayar sesuai yang saya butuhkan. Kayaknya kalau dapat dua kali pemaksaan, jangan2 emang kultur itu yang berlaku di pasar got? :)
ReplyDeleteHihi pinginnya sih begitu kak Evi. Belanja sesuai kebutuhan meski yang masuk kantung lebih. Kultur? Mudah2an tidak. Pak tua di lapak sayur yang lain bagus orangnya. Yah, mudah2annya cuma dua org itu saja yang begitu modelnya ....
Deletebisnis is bisnis, not emotional spot. kata temenku gitu, mba. jadi memang wajib tega kalo misal memang produknya tidak sesuai seperti yang kita pesan, kita bisa protes dan membatalkan pesanan.
ReplyDeleteKadang2 buat saya, emosional touch perlu juga La. Buat membelajarkan diri saya ... Sekali2 terjebak gak apa2. Besok2 mudah2an tidak lagi :D
Deletewalah, koq segitunya ya si penjual ?!? tapi itu bisa mewakili kebanyakan penjual disana. Di tempatku juga ada pasar yang watak dan tabiat (hampir) semua penjualnya sama. Kalau ditawar barang dagangan nya selalu marah. Nama pasarnya kumbasari ada di beilangan kota Denpasar.
ReplyDeleteSalam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
Ada pasar yang pedagangnya suka pada marah gitu? Wuuiih bisa nangis kali saya masuk situ ya :D
DeleteMakasih, salam hangat dan jabat erat dari Makassar juga.
Pinginnya mereka tahu itu Pak. Mudah2an ada yang menyampaikan kepada pedagang model begini ini.
ReplyDelete