Sumber: dakwatuna.com |
Tentu itulah yang pertama kali kita ucapkan saat mendengar kabar Uje (ustadz
Jefri) meninggal dua hari yang lalu. Selanjutnya saya tahu, semua stasiun TV
pasti menayangkan serba-serbi Uje. Saya sendiri jarang nonton TV, karena satu
dan lain hal. Amat jarang malah.
Banyak status facebook yang turut mendo’akan Uje dan menuliskan bermacam hal
terkait berita kematiannya. Di BB juga, konon membincangkan Uje. Beberapa blogger juga menulis tentangnya,
setidaknya mengingatkan diri pemilik blog sendiri dan pembacanya tentang
kematian yang bisa saja datang secara mengejutkan.
Si sulung Affiq dan papanya shalat Jum’at di masjid al Markaz al Islami. Affiq
heran, di masjid yang bisa menghimpun ribuan jama’ah itu, orang shalat jenazah
sesudah shalat Jum’at. “Mana mayatnya?” ia bertanya-tanya. Shalat ghaib, Nak.
Itu untuk jenazah yang jauh. Masya Allah, di sini saya tercenung. Bukan hanya
di tempat Uje disemayamkan saja ia dishalati, tetapi juga di sebuah masjid
besar di kota ini.
Sumber: http://showbiz.liputan6.com/ |
Insya Allah ada banyak kemulian buat Uje. Begitu banyak orang yang mendo’akannya!
Tadi malam melalui siaran TV, di acara tahlilan. Dan tadi pagi, saya sempat
melihat Pipik – istri Uje diwawancarai. Kembali saya tercenung dan terharu. Uje
mewariskan begitu banyak kesan dan kenangan manis nan mendalam kepada istri tercintanya.
Umi bangga bersuamikan Abi. Itu salah satu
kalimat Pipik di hadapan jenazah suaminya.
Kalau Abi masuk surga terus
di dalam surga tidak ada orangtua Abi. Abi akan keluar, bertanya sama Allah, “Mana
orangtuaku ya Allah? Kenapa tidak ada di sini?” Dan Abi akan mencari orangtua
Abi, di mana mereka berada. Abi tidak mau masuk surga kalau tidak ada orangtua
Abi.
Kalau Abi masuk surga terus
di dalam surga tidak ada anak-anak Abi. Abi akan keluar, bertanya sama Allah, “Mana
anak-anakku ya Allah? Kenapa tidak ada di sini?” Dan Abi akan mencari anak-anak
Abi, di mana mereka berada. Abi tidak mau masuk surga kalau tidak ada anak-anak
Abi.
Kalau Abi masuk surga terus
di dalam surga tidak ada istri Abi. Abi akan keluar, bertanya sama Allah, “Mana
istriku ya Allah? Kenapa tidak ada di sini?” Dan Abi akan mencari istri Abi, di
mana ia berada. Abi tidak mau masuk surga kalau tidak ada istri Abi.
Itu kata-kata yang masih amat membekas di hati Pipik. “Beliau orang yang
mementingkan orang lain. Tidak mementingkan dirinya sendiri,” kenangnya.
Beragam “tanda” dijejakkan Uje menjelang kepergiannya, baru disadari oleh
Pipik. Termasuk bahwa Pipik harus bisa membesarkan anak-anak mereka tanpa suami
karena para lelaki dari garis keturunan Uje meninggal di usia muda. Bermacam
kenangan manis begitu melekat pada hati Pipik. Tiga belas tahun amat cukup
baginya untuk mengatakan Uje adalah suami yang baik, suami yang shalih.
Uje mewariskan kenangan indah pada istrinya dan tentu juga pada
anak-anaknya. Warisan yang pasti membuat para ahli warisnya itu mendo’akannya
dengan teramat tulus. Masya Allah, amal jariyah yang amat besar bagi Uje.
Saya masih ingat melihat Uje di layar kaca. Sudah lama, sepertinya waktu
itu Athifah belum lahir (Athifah lahir September 2006). Ketika itu ia belum
akrab dengan sebutan Uje pun belum kondang sebagai ustadz. Sebuah pengakuan
dosa dituturkan Uje. Rentetan dosa yang pernah dilakukannya, diucapkannya
dengan amat jujur dalam tangis penyesalannya. Diiringi dengan harapan untuk
menjadi orang yang lebih baik. Saya terkesiap. Butuh jiwa yang amat besar untuk
bertobat dari dosa-dosa besar itu, apa lagi untuk mengakuinya di depan kamera
televisi.
Hari ini, ada banyak cerita tentang Uje. Ada banyak kesan tentang Uje.
Tapi yang amat membekas bagi saya dan membuat saya merenung adalah bila maut menjemput kita seperti dia menjemput Uje, kenangan macam apakah yang kelak akan kita wariskan pada
pasangan hidup kita? Kepada orang yang kelak persaksiannya pasti besar pengaruhnya dalam
menentukan surga atau neraka bagi kita? Apakah ia pasangan dunia-akhirat (surga)
kita atau hanya pasangan di dunia? Apakah ia akan terus menceritakan kebaikan-kebaikan kita ataukah menolak bicara tentang kita?
Lalu, bila maut menjemput kita seperti dia menjemput Uje, kenangan macam apakah yang
kelak akan kita wariskan pada anak-anak kita? Kepada mereka yang do’a-do’anya
akan menolong kita dalam masa penantian panjang di alam kubur? Apakah kita
menimbulkan kesan mendalam nan indah di hati mereka ataukah kebencian yang tak
terperi?
Makassar, 28 April 2013
Silakan juga
disimak:
Share :
Salam.
ReplyDeleteRenungan yang sangat baik di hari ahad pagi ini. Seperti yang sering di katakan para Ust, bahwa kematian adalah pelajaran terbesar bagi manusia dan kita semua.
Salam.
Iya benar ...
Deletesubhanallah, andaikan manusia indonesia banyak yang seperti uje..mungkin keadaan akan berbicara lain. terimakasih tulisannya
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir ya mas
Deleteinnalillahi wa inna ilahi rojiun. saya terenyuh bacanya kak.
ReplyDeletebeginilah keindahan rupanya semasa hidup membuat kita merenungi bahkan malau slma ini apa yg telah kita perbuat. Aku jadi inget dgn saudara muslim.
Dia masih kecil klo tidak slah skrnag ini beliau mondok usianya kira2 15thunan. yg terpampang dikamarnya saat itu adalah fotonya berdua bersama Uje. yg lain ibu bapanya tak ada, dirinya sendiri tak ada. itu kejadian sblum meninggal, kamar itu pun senyap krna beliau smpe skrng mondok.
Indahnya terkenang oleh ribuan buat bahkan lebih...
smoga amal ibdahnya diterima oleh Allah SWT, dan belajar dari beliau, guru yang baik aamiin...
Waah begitu kagumnya sama sosok Uje ya?
DeleteAamiin. Semoga
kalo aku endak bisa berkata apapun mbak, Allah maha besar dan maha tau, kematian uje membuat kita semua sadar kalo Allah itu tidak pilih kasih untuk menjemput nyawa seseorang. Bahkan orang yang sedang berjuang di ajaran Allahpun di jemput sama Allah. saya sempat berfikir, wong yang baik aja di jemput apalagi yang tidak baik. Semoga Allah selalu memberiknan kita kesempatan untuk menjadi manusia seutuhnya di dunia ini.
ReplyDeleteSiapa pun bisa dijemput kapan saja ya ...
Deletesalaam, tidak bermaksud berdebat ya, kalau saya lebih lebih memikirkan 'kesiapan' seperti apa yang akan kita tinggalkan pada pasangan kita, saya berharap ada penerimaan yang utuh atas keputusan ALlah, bukan merintih2 minta 'ikut' atau 'menggugat keputusan ALlah'...
ReplyDeleteo ya, soal foto awannya, coba klik ini, dioper oleh Mbak Rif'ati Djunet http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151362919791268&set=a.311467011267.158786.301729376267&type=1&theater
waLlahu'alam
Salam mbak. Benar, saya tidak melihat komen mbak sebagai debat koq, komen mbak melengkapi tulisan saya :)
DeleteTtg foto awan ... ah iya, rupanya ada yang "bermain" di sini ya mbak. Adik saya bilang kepada saya katanya itu sudah ada sebelum Uje meninggal. Saya akan hapus komen di bawah foto tersebut.
Terimakasih mbak
waktu tau beliau meninggal, syok juga mbak aq...
ReplyDeletejd inget saat kiaiku meninggal dulu...
mati memang pasti, ngga tau kpn. org baik memang cpt meninggal ya
Orang baik akan dikenang dan dido'akan banyak orang ya
DeleteInnalillahi....
ReplyDeleteEhm,satu persatu banyak ulama meninggal
Semuanya akan menyusul :)
DeleteKenangan apa yang akan kita torehkan?
ReplyDeleterenungan yang sangan positif...thanks
salam kenal
Salam kenal juga :) Terimakasih dah mampir
Deletesholat ghaib jenazah juga dilakukan di masjidku selesai sholat jumat kemarin
ReplyDeleteSubhanallah .. banyaknya yang mendo'akannya
Deletekematian sangat dekat tak perlu takut menghadapinya namun siapkan amal dan belak salah satu kata2 uje saat beliau bertausiyah saya ingat terus
ReplyDeleteMAsya Allah ....
DeleteOrang bisa mati kapan saja saat ajal menjeput, tetapi kebaikan akan tetap menjadi kenangan yang abadi bagi orang yang ditinggalkan ...
ReplyDeleteSelamat jalan Ustad Jeferi.
Subhanallah. Sampai sekarang orang2 masih membicarakan kebaikannya ... mudah2an berkah baginya di alam sana
Deletesubhanallah...
ReplyDeletesaya termasuk dalam penggemar uje dan dakwahnya, dan pernah saya sekali berinteraksi dengan alm di twitter. begitu rendah hati beliau dan saya benar-benar kehilangan..
semoga beliau tenang di sisiNya..amin
Subhanallah ... begitu dalam kesan beliau yaa
Deleteinnalillahi wa inna ilaihi ra'jiun..
ReplyDeleterenungan yang apik, Bunda Mugniar
terima kasih atas notesnyaa...
Terimakasih mbak An
DeleteIya mba, semuanya menjadi renungan buat kita semua sebagai hamba Allah. Subhanallah memang Uje...
ReplyDeleteSubhanallah ya mbak
Delete