Cerita Anak SMA - dari Ngaji Hingga Cubitan

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Mengenang masa SMA adalah juga mengenang cerita dua sisi dalam diri saya. Saya ingat betul, di usia SMA saya mulai mencari makna yang hakiki – mencari jati diri istilah lainnya.

Dengan sukarela saya mengikuti kajian agama Islam untuk akhwat (perempuan) sejak kelas 1 SMA yang dilaksanakan bertepatan dengan waktu shalat Jum’at. Model pengajian itu adalah hal yang baru dan menarik bagi saya. Saya memang Islam sejak lahir tapi lingkungan keluarga saya menganut Islam yang biasa-biasa saja. Sampai menjadi anak SMA, shalat lima waktu belum merupakan sebuah keharusan bagi saya. Tak ada yang mengharuskan dan saya pun tak merasa harus melakukannya. Walau demikian saya melakukan shalat tapi bolong-bolong.

Saya tertarik belajar Islam. Dari kajian-kajian yang difasilitasi pengurus mushala di SMAN 2 Makassar, saya menjadi tahu bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Saya jadi tahu bahwa semua manusia memiliki kecenderungan kepada dua hal sekaligus: kebaikan dan keburukan, tinggal bagaimana ia memilih untuk hidupnya dan menyadari pertanggungjawabannya kelak di hari akhir.

SMAN 2 Makassar sekarang
Sumber: http://www.sman2mks.com/

Dan saya pun menjadi tahu bahwa menutup aurat itu hukumnya wajib bagi perempuan yang sudah baligh. Maka sejak itu pula saya menanam niat untuk berjilbab. Ketertarikan saya pada kajian ini sepertinya sejalan dengan sifat saya yang agak pendiam (padahal cerewet juga) dan penurut (padahal pembangkang juga).

Sementara di sisi lain, tak banyak yang tahu kalau sejak SD saya suka mencubit teman laki-laki yang menyebalkan. Yap, Anda tak salah baca kawan, saya dulu suka MENCUBIT anak orang! Dan itu berlangsung sampai kelas 1 SMA.

Anak laki-laki pertama yang saya cubit adalah teman sekelas di SD. Saya lupa apa alasan saya mencubitnya ketika itu. Mungkin karena ia meminjam alat tulis saya dan tidak mengembalikannya. Ya saya cubit saja dia. Dia cuma bisa meringis.

Duduk di bangku SMP, saya sama sekali tidak ingat apakah saya pernah mencubit teman sekelas saya atau tidak. Sepertinya kebiasaan mencubit libur selama 3 tahun di SMP. Yang saya ingat waktu SMA, ada teman laki-laki – sebut saja namanya Toni yang jadi korban kegalakan saya. Pasalnya setelah pelajaran keterampilan – membuat stempel dari kentang dan penghapus pinsil, buku matematika saya tiba-tiba lenyap.

Saya panik dong. Lalu saya mencari-cari buku saya dari tempat duduk saya di deret ketiga sampai ke bangku paling belakang. Saya mendapati buku saya ada pada Toni. Dan ketika dibuka, di halaman depan ada jejak Toni di situ. Ia menstempel buku saya!

Saya geram. Saya cubit lengannya disertai gerakan berputar sembari berkata, “Lain kali minta kertas sama Saya kalau mau ko stempel ki. Jangan pake bukuku!” Si Toni hanya bisa mengaduh pelan dan meringis. Setelah itu saya balik badan, kembali ke bangku saya. Puas!

Suatu ketika seorang teman perempuan – sebut saja namanya Tina, menangis. Sebagai teman yang baik, saya mendengarkan penyebab kepiluannya. Ia mengadukan seorang anak laki-laki teman kelas kami yang sok ganteng – sebut saja dia Tino. Tino dan Tina sebenarnya sedang taksir-taksiran.

Kali itu Tino meminta Tina menemuinya di kantin sekolah. Dengan berbunga-bunga Tina memenuhi ajakan kencan dari Tino. Namun apa daya, yang dinanti tak muncul-muncul walau setengah batang hidungnya. Ini bukan kali pertama Tino bertingkah aneh, tapi sudah kali kedua.

Ia berlagak seolah-olah Tina yang mengejar-ngejarnya. Ia sendiri sok cool, tidak mengatakan apapun pasca ketidakmunculannya di lokasi. Sebagai teman yang baik, saya merasa geram. Saya mendatangi Tino yang rambutnya klimis itu. Bau parfum menyeruak ketika saya mendekat. Dengan setengah membentak saya berkata padanya, “Kenapa Kau kasih begitu temanku? Tidak begitu caranya kalau suka sama perempuan!” Tino tak berkata apa-apa. Ia hanya memandangi saya dengan gayanya yang sok cool.

Eh, saya lupa, saat itu ada adegan mencubit, tidak ya? Ah, anggap saja ada biar kisah ini jadi lebih dramatis!

Makassar, 14 Mei 2013

Postingan ini disertakan dalam  #8MingguNgeblog Anging Mammiri

Silakan juga disimak:

Godaanmu Menggangguku

Nikmatnya Aroma Surga Dunia

Asyiknya Saling Mengunjungi

5 Kegiatan yang Lebih Baik Daripada Merayakannya

Solusi Praktis di Pasar Baru

Pelatihan dan Ujian yang Berkesinambungan

Ngalor-Ngidul Soal Warna-Warni Komunikasi Seluler

Bengkel Jiwa: Pemaparan yang Sangat Membumi

Yang Tak Terlupa di SMP 6 Makassar

Bahkan Setiap Kucing pun Unik

Share :