Sebelumnya, mohon maaf kepada orang-orang
yang merasa terkait dengan kisah dalam tulisan ini. Bukan bermaksud membongkar
aib masa lalu. Melainkan sebagai pengingat kepada yang lain sekaligus ini
merupakan kesempatan bagi saya untuk menjelaskan alasan dari sikap saya saat
itu. Mengingat kisah ini sesuai tema “dua sisi” maka tulisan ini
diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging
Mammiri, minggu keenam.
Mungkin kebanyakan orang yang mengenal saya mengira sikap saya bisa
selamanya seperti ini. Saya tak suka berdebat. Dalam berbicara, suara saya
cenderung kecil. Saya tak suka konflik. Saya sering kali ingin menyenangkan
semua pihak, tak kuasa berkonfrontasi dengan siapa pun. Sebagian orang mungkin
mengira saya tipe orang yang hanya bisa diam dan menangis bila terganggu.
Padahal tidak selalu demikian. Saat hal prinsipil dalam diri saya diusik,
saya bisa bersikap keras, laksana harimau yang mengaum dan mengambil ancang-ancang
untuk membalas. Inilah sisi lain dalam diri saya yang tak banyak diketahui
orang.
Sumber: gallery.mobile9.com |
Sejak duduk di bangku SMP, saya amat tak suka disuit-suiti atau diganggu laki-laki
dengan cara yang menurut saya kurang ajar. Seperti bersiul-siul lalu berteriak,
“CEWEK ... CEWEK.” Di mana pun itu, entah itu di pinggir jalan besar atau di
pasar. Entah sedang jalan sendiri atau bersama ayah saya, saya bereaksi seperti
ini: berhenti, mendelik dan berujar, “APA!!! MEMANGNYA SAYA CEWEK APA?”
Kesal sekali saya. Godaan seperti itu menurut saya pantasnya ditujukan
kepada cewek-cewek yang berjalan dengan gaya dicentil-centilkan sambil
cekikikan, menunjukkan lekuk tubuhnya yang dikiranya indah, berjalan
megal-megol di depan laki-laki. Buat saya yang merasa diri perempuan baik-baik,
gangguan seperti adalah sebuah hinaan.
Saat masih SMP saja saya sudah bersikap demikian, apalagi saat SMA. Terlebih
lagi saat kuliah. Ada 3 peristiwa yang tidak bisa saya lupakan saat kuliah. Gangguan
dari makhluk bernama laki-laki yang membuat saya merasa amat terhina terlebih
saat itu saya sudah berjilbab. Perempuan berjilbab
adalah perempuan yang sangat menjaga dirinya. Ia berani meninggalkan egonya
dengan menjalankan syariat Islam sehingga tak pantas diperlakukan seenaknya
oleh laki-laki, begitu menurut saya.
Peristiwa pertama.
Entah apa yang merasuki sekelompok adik angkatan ini. Saat saya melintas di
depan mereka di koridor jurusan, mereka mengeluarkan lontaran-lontaran menggoda
dan tertawa nakal. Sebal luar biasa saya dibuatnya. Rupanya bukan hanya saya
yang mereka perlakukan seperti itu, beberapa teman yang notabene seniorita
mereka pun mendapat perlakuan serupa.
Dua tahun kuliah di fakultas yang didominasi laki-laki, ini kali pertama
saya mendapat perlakuan seperti itu. Dan terlalunya sekelompok laki-laki itu
adik angkatan.
Saya menyimpan gondok di hati. Kepada seorang senior saya adukan perlakuan
para yunior ini. Tak ayal, para senior sepakat mengadakan sebuah sidang. Bukan hanya
untuk sekelompok laki-laki itu, melainkan untuk satu angkatan. Dewan senior
menganggap ada beberapa kesalahan mereka yang harus diperbaiki, terutama perbuatan
mengganggu seniorita mereka.
Syukurnya mereka menerima kecaman para senior dan setelah itu mereka
berubah menjadi adik-adik yang baik. Saya akhirnya akrab dengan beberapa orang
dari angkatan mereka, termasuk beberapa orang dalam kelompok itu.
Sumber: www.pelauts.com |
Peristiwa kedua.
Kesal luar biasa yang saya rasakan ketika sekelompok mahasiswa senior beda
jurusan berteriak-teriak memanggil nama saya sambil bersuit-suit. Mereka memang
harus berteriak karena jurusan kami berbeda lantai dalam gedung fakultas. “HEI
NIAR ... NIAR ... ADA SALAM DARI ANU.”
Beberapa kali hal itu mereka lakukan membuat rasa kesal saya menimbun di
dalam hati. Lebih kesal lagi saya melihat laki-laki yang dimaksud cuma senyum-senyum
malu-malu bila kawan-kawannya berteriak-teriak. Diam-diam saya mencatat nama
dan wajahnya dalam benak saya.
Suatu hari, seperti biasa saya melalui koridor lantai satu fakultas. Jurusan
saya terletak di lantai tiga. Saya harus melalui satu lantai lagi untuk sampai
ke sana. Tiba di lantai dua, saya memutuskan mengambil jalan yang melalui ruang
senat mahasiswa. Koridor depan ruang senat sepi. Terlihat seorang laki-laki
sedang duduk di sana.
Saat laki-laki itu mengangkat kepalanya, saya mengenalinya. Laki-laki itu! Tapi saya
tak peduli, saya tetap hendak melalui koridor depan ruang senat walaupun saya
harus melewatinya. Saat tinggal beberapa langkah jarak kami ... “Niar,” sapanya
sembari tersenyum. Hei berani juga dia ternyata.
Saya masih kesal padanya. Ingin sekali menyemburkan kalimat yang
menunjukkan kesebalan tetapi saya tak tahu harus mengatakan apa. Maka saya
berhenti tepat di depannya, mengarahkan tatapan saya ke arahnya. Lalu saya
melotot, semelotot mungkin yang saya bisa, dalam diam. Saya tak mengatakan
apa-apa, hanya melotot selama beberapa detik. Laki-laki itu terdiam. Ia terperangah.
Kemudian saya balik badan, meneruskan perjalanan saya. Hhhh rasanya saya sudah mengambil sikap yang elegan. Baik laki-laki
itu, maupun kawan-kawannya tak pernah lagi memanggil-manggil nama saya setelah
peristiwa pelototan itu.
Peristiwa ketiga.
Euforia lulus ujian sarjana membuat seorang senior beda jurusan, sebut saja
A mengusik kenyamanan saya. Saat itu ada sebuah keperluan yang membuat saya
berada di jurusannya. Beberapa yunior sejurusan yang akrab dengan saya juga ada
di situ.
“Ih, cewek,” kata senior itu ketika tak sengaja kami bertatapan. Segerombolan
senior yang seangkatan dengannya riuh. Ada yang bersuit-suit. Padahal ada
perempuan di antara mereka. Heran saja seniorita itu turut bersikap riuh. Sekali
lagi saya merasa terhina. Sekilas pandang saya melihat yunior-yunior saya
terpana, mereka tak menyangka melihat hal demikian.
Gondok luar biasa rasanya. Tak pantas sekelompok senior berlaku seperti itu
kepada seorang perempuan yang menjaga dirinya dengan jilbab, di depan adik-adik
angkatan lagi. Contoh macam apa itu?
Kepada seorang senior di jurusan yang sama (ehm ... yang sekarang menjadi
suami saya), saya adukan hal itu. Ia berinisiatif membicarakannya dengan A. Syukurnya,
aduan tersebut ditanggapi A dengan meminta supaya permintaan maafnya
disampaikan kepada saya.
***
Kata orang masa muda memang tempatnya berbuat salah. Oke, ada benarnya. Tapi
orang muda tentunya sudah bisa memilah dan menilai mana yang baik dan mana yang
buruk, mana yang etis dan mana yang tak etis. Menggoda perempuan yang menjaga
dirinya sungguh amat tak etis. Kalau hendak menggoda, godalah
perempuan-perempuan yang memang membuka diri mereka untuk digoda.
Bagi saya ini hanya bagian dari cerita masa lalu yang saat ini saya share dengan harapan ada manfaat yang
bisa dipetik. Sama sekali tak ada dendam di hati saya. Orang-orang yang
terlibat dalam kisah ini pun sudah lama berbaikan dengan saya.
Makassar, 13 Mei 2013
Silakan juga
dibaca:
Share :
kadang ada juga yg nyuitin aq. diemin aja deh...
ReplyDeleteyg bikin galau kalau mereka salam, udah aku jawab halus tp mereka kayanya mau minta lebih, misal senyum atau menoleh ==
Maunya ya minta dijawab saja salamnya ya. Terlalu deh kalo macam2 gitu :|
Deletepaling ingat dgn teriakan ini 'cewek salamx A, tp kalo mwkow doti, dotimie saja B' kadang suka ketawa sendiri klo ingat i2...klo z mending putar jln jauh dbanding hrs lewat dpan segerombolan cowok2, krn pst dsuitin tuh...
ReplyDeleteHahaha .. saya baru dengar yang itu. Kadang2 kita terpaksa lewat depan orang2 itu. Nah yang dicerita di atas, malah dari jarak jauh disuit2i sama orang2 itu ...
Deleteheehhehehe...inilah bunda Niar yang sebenarnya, lov it :*
ReplyDeletecuiit cuiittt...
#tes ah melotot pa engga di suitin angelina jolie hihihihi
Disuitin Angelina Jolie? Mana kuasalah awak melotot Mimi hahaha
Deletegalak juga ya :D
ReplyDeleteHaiii cewekkk :D
Saya juga kesal sama yang suka manggil2 gitu, gak gentle >.<
Bisa galak dong, memangnya saya cewek apaan? Hahaha.
DeleteIya benar gak gentle, norak malah. Heran deh kalo ada cowok2 mau norak begitu. Ngakunya kan lebih menggunakan akal ketimbang perempuan koq ada saja yang norak ya hihihi
tantangan bagi para muslimah yaa.. ini juga bisa jadi pelajaran bagi para muslimah bagaimana sebaiknya bersikap, ya, Mbak :)
ReplyDeleteJadi perempuan mesti punya sikap. Biarpun sekilas pandang dikira klemek-klemek, mesti garang kalau diperlakukan tidak semestinya :D
Deletehehehe.. tapi jadian juga ya sama salah satu senior :-)
ReplyDeleteHahaha jadi suami :)
Deletejadi takut kalo salah komen nanti2 "laksana harimau yang mengaum" keluar hehe
ReplyDelete#tapiternyatakakniariniduluprimadonajugaya :p
Ya ndak dong kalo komennya sopan :P
DeleteAiih bukan primadona. Maklum saja mahsiswi kan cuma seuprit, bukan saya saja yang mengalami hal itu :D
mantaaap...!
ReplyDeleteMbak Niar, dulu waktu SMP bahkan saya pernah menampar teman laki2 yang mengolok2 nama bapak saya. Habis nampar sebetulnya takut juga kalau dia membalas. Ternyata dia malah diam tertunduk dan sejak itu dia nggak berani lagi berulah.
Wiiiih lebih galak lagi mbak Niken nih :)
DeleteTernyata laki2 kaget juga diperlakukan begitu ya mbak Niken. Gimana gitu diperlakukan "tak selayaknya" oleh perempuan hahaha
eh.. ketinggalan aku suka bangeeetss yang ini "Ia berani meninggalkan egonya dengan menjalankan syariat Islam"
ReplyDeleteSip :)
DeleteHmmm ...
ReplyDeleteCara untuk menarik perhatian seperti ini sudah amat sangat ketinggalan jaman ...
seharusnya ada cara yang jaaaauuhhh lebih "eiylekhan" untuk menarik perhatian lawan jenis ...
bukan dengan cara "suit-suit" ... atau melecehkan yang lain ...
perlu di training "manners" dan tata cara etika luhur berinteraksi dengan orang lain nih ... apa lagi lawan jenis ...
(peluang usaha nih ... hehehe)
Salam saya Bu
Yah ... ini kejadian hampir 20 tahun silam, om Nh. Harusnya sih sudah ketinggalan jaman. Apa masih ada yang pakai? KEsian deh.
DeletePeluang usaha? Hehehe ... trainer memang bagusnya jeli menangkap peluang usaha ya om? Bikin training untuk para jomblo, bagaimana menarik lawan jenis dengan cara yang "eiylekhan" he he he
wkakakak kaboor takut bersuara ntar diplotin.......
ReplyDeletesalam kenal...wah ngeblognya udah lama...dan sampe sekarang masi aktif...salut
Hahaha tidak dipelototin koq kalo baru kenal.
DeleteBAru 2 tahunan koq. Mudah2an selamanya bisa ngeblog :)
ekekek komentar dak bia diedit...komentar lagi
ReplyDeleteplotin=plototin
Hahaha ... saya tadi bacanya "plototin" koq :D
Deleteehm-ehm.. gak berani ah cuitt-cuitiin mba Niar lagi.. :)
ReplyDeleteeh, itu settingnya semua di kampus ya,, mmmm bisa kubayangkan...
Memang pernah cuit-cuitin saya? :D
DeleteIya ... anak teknik jugakah dulu mama Wilda?
Wuuuiiihhh keren banget mbak apa yg kamu lakukan..
ReplyDeleteEmang harusnya seperti itu. Wanita adalah makhluk yg harus dihargai apalagi jika sudah berhijab.. ^^
Ehm ... saya memang keren *plak*
DeleteYah, saya melakukan apa yang seharusnya dilakukan Bunda :D
*_*
ReplyDeleteartinya apa ini? ^__^
Deleteseringka juga di kasi gitu bun... hehhe
Deletepernah sa baleki itu cow2... kubilang... "kenapaki??ada masalahta?" baru kutinggalkan...
Hahaha
DeleteSalam kenal kak Niar....aku punya pengalaman serupa... boleh mampir ke sini http://coretanndoroayu.blogspot.com/2012/12/apa-lo.html... walaupun kata temen kalau digodain jangan diladenin kadang udah kayak ga sadar aja marah...
ReplyDeleteIya ya sebel juga. Amat terhina rasanya -__-
DeleteOk, meluncurrr ...
biasanya aku pasang muka judes mbak :) trus pergi
ReplyDeleteYup ... begitu mbak Lid ...
Deletewah, kisahnya mirip sama saya.. sereemm banget deh.. mau lewat aja, disorakin.. ckckck
ReplyDeleteBuat kita perempuan, itu serem. Buat mereka lucu. Huh.
Delete^__^
Eh..eh...aku juga ada nih pengalaman mirip ini... Nanti aku tulis juga deh karena itu asli nyebelin emang
ReplyDeleteDitunggu mbak Ade,pasti seru :)
Deletekalau menurutku itu akibat pergaulan, kalau lakinya terbiasa bergaul dgn rang "berpandangan bebas" dia akan terpengaruh
ReplyDeletekalau lakinya terbiasa bergaul dgn orang yang menjaga sikap, insya allah dia juga akan menjaga sikap
Sayang sekali ya kalau bisa terpengaruh ....
DeleteWanita memang sepertinya makhluk yang lemah, tapi tunggu saja jika mereka diganggu, anjing yang paling galak aza kalah, harimau mengaum lewat.... hehehe.
ReplyDeleteDan begitu seharusnya wanita, tak boleh merelakan dirinya "dihina" dan "dilecehkan" (kalau perlu belajar ilmu bela diri, hehehe)
Awal semester 3 ketika saja memutuskan untuk bergamis dan berjilbab lebar, sudah nggak ada yang berani macam-macam,walaupun kampus kami jurusan IT yang berisi mahasiswa dengan berbagai latar belakang, namun mereka sudah paham, jangan macam-macam dengan wanita yang berhijab, hihihihi.
Iya mbak, jangan dikira semua perempuan suka diperlakukan begitu :D
DeleteKeren juga kalo bisa bela diri. Mbak Aisyah bisa bela diri?
iih, dasar cowok ak tahu sopan santun.. gak ngebayangin apa kalo orang yang mrka cintai di gangguin..
ReplyDelete*edisi kesel :P
Kalau diganggu balik, begitu maksudnya ya? Hm .. iya ya bagusnya berpikiran sebaliknya kalo terjadi begitu bagaimana?
Deletekeren mba!
ReplyDeleteYang mana yang keren, mbak? :)
DeleteTantangan mbak, ini ujian untuk kita selalu istiqamah dan menjaga kesabaran kita. Karena kita tidak bisa menghalangi orang berlaku seenaknya kepada kita. Tapi yang pasti, semoga dengan berhijab senantiasa bisa menjaga diri kita dari hal-hal buruk. :)
ReplyDeleteIya mbak. Saya bisa bersabar ketika masih muda. Tapi ada saatnya orang2 itu harus tahu dan dihentikan dari cara2 yang tidak etis :)
Delete