Tentunya ada cinta yang mengantarai kehadiran tiga buah hati dalam
pernikahan kami. Saat ini empat belas tahun sudah berlalu sejak ikrar mitsaqan ghalizha (perjanjian agung/
perjanjian yang teramat berat, salah satu sebutan untuk pernikahan). Telah
empat belas tahun pula saya tak hentinya belajar tentang cinta yang lebih
besar. Bukan sekadar cinta kepada laki-laki yang menjadi imam saya. Tetapi juga
cinta yang jauh lebih besar, yang melingkupi pernikahan ini dengan berbagai maknanya termasuk di dalamnya
melindungi dan menghidupkan pernikahan.
Lalu cinta yang tidak hanya menghadirkan tiga buah hati yang luar biasa,
yang hadir setelah perjuangan yang tidak mudah karena mulanya ada masalah
ketidaksuburan pada saya dan suami. Ada berbagai makna cinta menyusul
keberadaan mereka. Seperti cinta yang membuat saya bertahan memberikan ASI
semaksimal mungkin kepada ketiganya, cinta yang ingin memenuhi segala aspek
tumbuh kembang mereka. Juga cinta yang membuat saya menyadari bahwa berurusan
dengan mereka bukanlah semata urusan dunia tetapi juga akhirat. Bahwa mereka
bertiga adalah partner saya dalam
menggapai ridha Ilahi.
Sumber: displaypicturex.blogspot.com |
Saya dan suami, harus bersinergi dengan anak-anak kami untuk menjadi
manusia yang lebih berkualitas di sini, di dunia ini. Juga nanti, di alam sana.
Cinta menyadarkan saya bahwa saya bukan hanya guru yang pertama dan utama bagi
anak-anak tetapi sebaliknya, saya juga murid bagi mereka.
Sebagai murid?
Terdengar anehkah?
Sama sekali tak aneh, Kawan. Anak-anak adalah guru saya tentang ketulusan.
Mereka juga adalah guru saya dalam belajar bersabar. Anak-anak begitu tulus
dalam kebergantungan mereka terhadap orangtua mereka. Anak-anak begitu sabar
walau mereka senantiasa merengek atau menangis. Dan saya percaya, masih banyak
lagi hal yang akan mereka ajarkan kepada saya.
Membingungkankah? Tidak, jika Anda menyelami anak-anak Anda. Eh, kalau Anda
masih lajang, wajar bila Anda bingung membaca ini.
Empat belas tahun terakhir, saya benar-benar belajar tentang banyak makna
CINTA. Sampai saya tiba pada kesimpulan bahwa cinta itu memang mempersyaratkan pemberian, bukan penerimaan.
Tetapi pemberian itu kelak akan kembali kepada kita dalam bentuk yang tak
kasatmata. Yaitu akan menjadikan kita sebagai kecintaan-NYA. Cinta itu kebutuhan diri kita sendiri,
bukan semata-mata pengorbanan untuk selain kita.
Ada pembahasan yang menarik tentang CINTA di buku Titik Ba karya Ahmad Thoha
Faz:
Cinta merupakan alasan dan cetak
biru penciptaan manusia dan alam semesta beserta seluruh isinya. Dua nama
Tuhan, ar-Rahman dan ar-Rahim yang keduanya mengacu pada makna cinta atau kasih
sayang, merangkum makna seluruh nama agung-Nya (asmaul husna). Dijadikan-Nya
sebagai pola dasar penciptaan alam dan segenap makhluk.
Konsep-konsep yang tak mudah
dilukiskan secara tepat, namun mengajak kita untuk mengalaminya secara langsung
termasuk ke dalam ranah CINTA: diri sejati, spiritualitas, kearifan, keindahan,
moralitas, imajinasi, intuisi, panggilan jiwa, keingintahuan yang murni, dan
lain-lain.
Sebuah contoh mengenai kedahsyatan cinta diberikan dalam buku ini: hamil selama sembilan bulan mungkin tak
tertanggungkan seorang calon ibu andaikan tak ada CINTA dalam hatinya. Calon ibu
mungkin akan memilih adopsi apalagi teknologi telah membuktikan dan menjanjikan
aborsi makin aman. Kelahiran adalah sebuah peristiwa yang tidak mengakhiri
kesusahan ibu. Ia justru mengawali kesusahan lain yang lebih panjang.
Sumber: www.twitter.com |
Yup, saya pernah cerita tentang
itu di tulisan Menanti
yang Terasa Tapi Tak Terlihat. Bahwa hamil itu tak nyaman karena membawa-bawa “benda
asing” di dalam tubuh selama sembilan bulan. Adanya benda asing yang ada di
dalam tubuh meski kecil sekali pun, tubuh tentu bereaksi, mengeluarkan
sinyal-sinyal ketaknyamanan. Tetapi atas nama cinta, kehamilan bisa menjadi
nikmat.
Dikatakan pula dalam buku ini bahwa hubungan
antara ibu – anak adalah paradoks yang tragis. Hal ini memerlukan cinta yang
sangat dalam dari sisi ibu. Ironisnya, pada setiap cinta yang diberikan, ibu
membantu anak tumbuh untuk anak menjadi mandiri lalu jauh dari ibunya. Dengan CINTA,
anak manusia tumbuh sempurna. “Boleh jadi bayi-bayi yang selama delapan belas
bulan pertama tidak mendapatkan kasih sayang akan tumbuh menjadi psikopat,
tidak mampu mencintai dan tidak butuh kasih sayang,” tegas Abraham Maslow.
Itu benar adanya, kehilangan cinta ibu bisa membuat anak kehilangan rasa
CINTA dalam hatinya. Saya pernah menuliskan kisah seorang pemulung berkarakter
bejat dan kasar yang disapa Kebo pada tulisan berjudul Antara
Menjadi Bening dan Kerak Kopi. Kebo terpisah dari ibunya sejak usia 6 tahun,
ia sendiri yang lari meninggalkan orangtua dan rumahnya lalu berpindah-pindah
tempat. Ia tinggal bersama orang-orang yang tak mengajarkannya cinta tulus
orangtua. Tak ada rekan sesama pemulung yang menyukainya hingga akhirnya
sejumlah pemulung berkomplot menangkap dan membakarnya. Kebo mati terbakar. Mengenaskan.
Apa yang saya pelajari tentang cinta membawa saya kepada pemahaman bahwa
walaupun sejatinya cinta adalah memberi, efek CINTA pasti berbalik kepada saya.
Saya tak merasa sedang berkorban dalam membesarkan anak-anak karena membesarkan
mereka adalah kewajiban saya, tak layak ada kata berkorban dalam pemenuhan
sebuah kewajiban. Satu hal, apa yang saya berikan dari hati, insya Allah akan
sampai ke dalam hati mereka, menyuburkan CINTA dalam hati mereka yang kapan
saja rasa cinta itu bisa mereka sirami ke dalam hati saya. Dan yang pasti:
sekecil apapun itu, Allah pasti mengganjarnya dengan pahala.
Rupanya Ahmad Thoha Faz pun membenarkan pemahaman saya itu dalam bukunya: di dalam cinta, tandas Fromm, paradoks
terjadi bahwa dua wujud menjadi satu namun masih dua. Akibatnya, kebaikan
apapun yang kita berikan kepada orang lain dengan penuh cinta maka kebaikan itu
sesungguhnya berpulang kepada kita (QS. 45:15). Sebaliknya apabila kita pelit
memberikan kebaikan kepada orang lain pada hakikatnya kita hanya pelit kepada
diri kita sendiri (QS. 47: 38).
Lalu, apakah saya menjadi sangat ahli tentang cinta? Tidak, kawan. Saya
masih terus belajar, mungkin selamanya karena cinta itu sedemikian misterius, luas,
dan abstrak.
Bagaimana denganmu kawan, sampai mana pelajaranmu tentang CINTA?
Makassar, 9 Mei 2013
Silakan juga
disimak:
Share :
hmm.. remidial ka kak :( harus lebih banyak belajar. haha :D
ReplyDeleteHahaha belum praktek sudah ngulang ? :D
DeleteCinta membuat manusia penuh semangat, kasih sayang, optimis dan hal-hal positif lainnya. tak heran jika Rhoma Irama mengatakan bahwa hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga ya mbak.
ReplyDeleteTerima kasih artikelnya yang bermanfaat
Salam dari Galaxy
Cinta memang bisa memotivasi ya :)
Deletesetuju mba, pada anak ayu banyak belajar.
ReplyDeleteIya mbak, sama siapa saja kita perlu belajar ya, juga pada anak2 kita :)
DeleteSepertinya sebelum menikah, sama artinya belum banyak belajar tentang cinta :') jadi terharu
ReplyDeleteHmm ... cinta yang beda kali ya kalo belum nikah :)
DeleteSebuah pemikiran yang baru. Seorang anak bisa menjadi guru dalam belajar ketulusan dan kesabaran. Tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga sih.
ReplyDeleteSeharusnya kita bisa belajar dari siapa saja kan, dan dari mana saja :)
DeleteSy gak bingung dg 14 tahun itu memberi... Saya hanya sedang mengambil cermin bunda, sambil meyakinkan diri bahwa saya suatu saat jg bisa... Entah kapan. Trima kasih atas penguatan tak langsungnya. Salam sayang dari seorang anak yang lama tak beribu. Kisshug
ReplyDeleteSalam sayang juga buat dirimu. Terharu membaca komen ini. My kisshug for you too ^__^
DeleteIngin belajar lebih banyak tentang cinta. Tapi saya belum ambil mata kuliah itu kak niar, hehe...sepertinya SKS nya sangat tinggi, apalagi tanggung jawabnya :D
ReplyDeleteSelama manusia hidup, ia akan terus belajar dan belajar mencari cinta, hingga ia merasa tentram dan dekat dengan Sang Pemilik Cinta.
Yup.
DeleteTidak bisa berhenti belajar :)
Tulisan yang sangat bermanfaat. Betapa besar pengaruh positif dari rasa cinta. Iri sama kebahagiaan keluarganya mbak. Semoga saya bisa mengikuti kelak.hehhe
ReplyDeleteMungkin keadaan saya tidak seperti yang mbak Shaela pikirkan. Biasa2 saja. Ini tulisan ttg pemahaman saya. Sehari2nya saya manusia biasa saja :)
DeleteTapip rasa cinta memang efeknya luar biasa ...
luar biasa....kadang memang kita adalh murid yg butuh bimbingan malah dr anak2 ya bun heheh
ReplyDeleteIya Mimi :)
DeleteSampai mana pelajaran saya tentang cinta? Hiks..hiks... masih terus belajar dan belajar tak pernah ada kata lulus.
ReplyDeleteBagi saya banyak syarat dari sebuah kata CINTA. ia mensyaratkan kesabaran yang tak terbatas, penerimaan, keikhlasan untuk memberi, dan masih banyak lagi. terkadang malu mengaku dan mengucap cinta karena sikap terkadang bertolak belakang dengan ucapan.
Tapi memang benar CINTA pun memberi banyak hal yang terkadang kasat mata. kebahagiaan yang tak akan pernah kita rasakan tanpa cinta. bagaimana mungkin sekedar senyum tulus dibibit mungilnya membuatku turut tersenyum bahagia. bagaimana mungkin sekedar kecupan lembut kedua buah hatiku membuatku kembali bersemangat menjalani hari. bagaimana mungkin pijitan tangan mungilnya di kepalaku sudah bisa mengusir rasa pusing yang mendera. Bagaimana mungkin dengan mengingat wajah-wajah polos mereka saja aku bisa menangis terharu sekaligus tersenyum bahagia. semua pasti karena cinta.
Semua karena cinta ya mbak :)
DeleteSubhanallah ...
Motivasi Cinta,..terima kasih telah berbagi. Salam.
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir mas Tulus :)
Deletebagiku cinta itu adalah sebuah anugerah yg tak ternilai harganya, ia datang memberi kedamaian di hati dan hidupku melalui belaian lembut ibu dan bapakku, melalui senyuman manis istri tersayangku, dan melalui canda tawa anak-anakku.
ReplyDeleteIndahnya ... ^__^
DeleteMbak Niar, suka banget dengan kupasan tentang cintanya :)
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir, mbak Vanda :)
DeleteHmm..mendalam sekali mbak ulasan ttg CINTAnya.. Salam kenal..
ReplyDeleteSalam kenal mbak .. sesuai pembelajaran saya saja mbak. Terimakasih ya :)
Deletesaya harus bnyak blajar lg untuk memaknai cinta
ReplyDeleteSaya juga masih harus belajar banyak ...
DeleteKadang Saya kurang bersabar terhadap anak. Makasih ilmunya Mbak semoga Saya bisa lebih belajar pada anak Saya, terutama belajar bersabar dari ketergantungannya.
ReplyDeleteSaya juga masih harus banyak belajar bersabar mbak. Masih banyak kekurangan dalam menghadapi anak, juga masih kurang sabar. Terimakasih juga sudah membaca ...
Deletekak Niar...mata saya sampai berkaca-kaca baca tulisan yg ini...
ReplyDeleteyup, benar, CINTA itu misterius, luas dan abstrak
Terima kasih, saya jadi membaca kembali tulisan lama ini ^_^
Delete