“Afyad ke
luar. Ada tetangga yang antar ke sini!” setengah berbisik Uyi – adik saya
mengatakan ini, takut kedengaran ibu kami.
Saya
menatapnya. Saya pikir ia main-main. Bagaimana bisa? Rasanya baru saja saya
melihat Afyad bermain di sekitar ruang tengah, sebelum saya menyelesaikan
pekerjaan rumah. Uyi pasti main-main.
Tapi Uyi tak
main-main. Ia mengulangi ceritanya. Katanya Afyad diantar oleh tetangga kami
yang mendapati Afyad seorang diri di luar sana. Saya terpana dan
mengingat-ingat keadaan rumah beberapa waktu sebelumnya.
Sebelumnya
pintu rumah kami terbuka lebar. Ayah saya kedatangan tamu. Biasanya kalau pintu
rumah terbuka seperti itu, Afyad melenggang keluar dan bermain di luar rumah.
Saya pikir akan aman-aman saja karena pasti Ayah akan melihat bila Afyad melintasi
ruang tamu. Saya tak terpikir akan kemungkinan pintu pagar terbuka. Kalo terpikir sampai ke situ, biasanya saya mengecek dan menutupnya bila memang terbuka.
Sumber: www.shutterstock.com |
Namun saya
salah. Ayah dan tamunya sedang sibuk membicarakan urusan sebuah lembaga sosial
di lingkungan kami. Di tangan Ayah ada buku catatan keuangan lembaga itu.
Selama beberapa menit mereka tenggelam dalam pembicaraan serius dan tak melihat
Afyad yang melangkah ke luar rumah dengan girang.
Karena pintu
pagar terbuka lebar, Afyad bebas. Dengan semangat ia melakukan penjelajahan.
Menyusuri lorong sepanjang 150 meter menuju jalan besar. Senyumnya terkembang amat
lebar.
Saya dan Uyi
yang sedang ngobrol di ruang makan tak menyadari hal ini. Uyi sekarang
berdomisili di Bontang – Kalimantan Timur. Hanya setahun sekali ia ke Makassar.
Dalam waktu yang hanya beberapa hari, kami punya banyak cerita untuk saling
berbagi.
Saat Ayah dan
tamunya pergi untuk mengurus sesuatu, saya dan Uyi masih tak sadar Afyad sudah
tak berada di dalam rumah. Ketika obrolan kami berakhir, Uyi keluar dari ruang
makan, menuju ruang tengah sementara saya melakukan beberapa pekerjaan rumah di
ruang makan dan dapur.
Karena
mendengar pintu rumah diketuk, Uyi membuka pintu. Ia terkejut melihat tiga
orang tetangga kami bersama Afyad berada di depan pintu.
“Tetangga yang
mana?” tanya saya.
“Saya tidak
tahu namanya. Tapi wajahnya familiar, tinggal di dekat-dekat sini,” jawab Uyi.
Wajar bila ia tak
begitu mengenal tetangga kami karena lepas SMA ia sudah merantau. Ia mengambil
kuliah di Jawa. Setelah lulus, ia diterima bekerja di sebuah perusahaan pupuk
di Bontang. Sudah bertahun-tahun lamanya memorinya tentang lingkungan kami
menyusut.
Setelah Uyi kembali
ke Bontang baru saya ketahui dari seorang tetangga, siapa yang mengantar Afyad.
Ela. Dialah tetangga baik hati yang menemukan Afyad dan membawanya pulang. Saat
bertemu dengan Ela di ujung lorong, saya berterimakasih kepadanya dan
menanyakan kronologinya.
“Saya liat
ki di sini sendiri. Saya perhatikan wajahnya. Saya bilang ‘Iiih anaknya
kak Niar ini’,” Ela menunjuk tepi jalan besar yang berjarak sekitar 150 meter
dari rumah kami.
“Karena
biasanya Saya liat ini anak diajak jalan sama bapaknya, Saya heran
kenapa dia cuma sendiri. Saya tanya sama tukang bentor yang parkir dekat situ, ‘Sama
siapa ini anak? Sama bapaknya?’ Tukang bentor itu bilang dia tidak tahu. Jadi
Saya antar pulang ki,” Ela menjelaskan kronologinya.
Saya
menanyakan apa yang sedang dilakukan Afyad waktu itu.
“Menangis ki,”
jawab Ela.
Kasihan. Saya
membayangkan perasaan Afyad. Ia pasti bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.
Alhamdulillah, Allah masih menjaganya dengan mempertemukannya dengan Ela yang
mengenalinya. Untung Ela tergerak untuk memperhatikan wajah Afyad. Jika saja ia
asyik ngobrol dengan teman jalannya dan tak melihat Afyad, entah apa yang
terjadi.
Makassar,
25 Agustus 2013
Share :
Untung ada Ela ya, Niar. Duh, Afyad, awalnya hanya ingin refreshing dan bebas menjelajah ya, Nak? Etapi kok malah jadi nyasar dan tak tau hendak ngapain dan kemana... :). Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua, ya Niar, untuk lebih waspada. :)
ReplyDeleteAlhamdulillah untung ada Ela .... pelajarannya terutama buat saya kak. SUpaya lebih waspada
DeleteAnak-anak memang suka seperti itu ya, penyusup cilik! Hehe, untung saja ditemukan oleh tetangga yang mengenalnya. :)
ReplyDeleteIya .... alhamdulillah ....
Deletesukur afyad ada yang bawa pulang. memang begitu kalo sudah asik ngobrol sana sini
ReplyDeleteIya pak guru ... pelajaran berharga
DeleteIkut senang , jadi masalah ini lekas rampung, dan tidak membuat cetar membahana.
ReplyDeleteSalam wisata
Iya ... alhamdulillah
Deletesyukurlah bisa pulang ya, mba niar.
ReplyDeleteAlhamdulillah :)
Deleteaduuuh tante, afyad nya umur berapa sih?
ReplyDeletebahaya kali tuh.. dia pengen jalan2 mungkin
3 tahun 10 bulan .... iya bahaya :|
DeleteUntung ya Niar, punya tetangga seperti Ela..
ReplyDeleteAlhamdulillah kak :)
DeleteHmmmm... manfaat menjalin hubungan baik dengan tetangga ;)
ReplyDeleteIya mbak :)
DeleteAlhamdulillah Afyad ditemukan oleh tetangga yang baik hati. Tentunya menjadi pelajaran buat Afyad sendiri dan keluarga tentunya.
ReplyDeleteIya mbak Niken, terutama buat saya
Deleteanak2 memang tdk bisa melihat kita lengah ya mba..
ReplyDeleteKita lengah sedikit saja, anak2 sudah tidak terlihat.
Iya mbak :|
DeleteOalaah,, Ayfad, janganki' main jauh2 Nak...
ReplyDeleteIya tante ...
DeleteSaya jadi inget adik saya mbak, waktu kecil dia juga pernah ngilang. Tapi pas dia pulang dan dianter sm kakek-kakek baik hati, tangannya itu udah penuh aja sama makanan dan mainan. (yg laen pada sirik ngeliatnya hehehe)
ReplyDeleteWaduh untung ada orang baik ya mbak. Itu cara Allah menjaganya ya. Memang bikin sirik sodara2 lain :D
DeleteYa Allah.. Baca ceritanya aja udahbikin aku lemes lo, bayangin anak main jauh tanpa pengawasan dan nagis pula.. Semoga kita sebagai orang tua lebih waspada lagi... AAmiinn ^^
ReplyDeleteIya bunda ... pelajaran berharga supaya tidak lengah
DeleteAlhamdulillah masih dilindungi :)
ReplyDeletejadi inget masa kecil saya, sukanya jalan jauh terus mandi di sungai, sempat kesasar juga, tapi alhamdulillah masih bisa pulang :D
ReplyDeleteHuaaa gak kebayang kalo anakku avonturirnya sampai begitu :D
Deletesubhanallaaaahhhh.....
ReplyDeletejadi teringat adik saya yang menderita down syndrom.
dia beberapa kali sempat "hilang" lumayan jauh. tapi alhamdulillaaaah Allah masih melindunginya
Ada sepupu saya juga down syndrome, beberapa kali hilang mbak malah pernah ke kabupaten lain, hilang sampe 3 hari. Untung ketemu. Kuasa Allah ya :)
DeleteKalo aku pasti langsung panik!
Delete