Bisnis properti di Indonesia tak
pernah basi. Selalu saja menjanjikan. Selalu saja ada “pemain baru” di antara
penyedia properti. Kalau dulu, orang-orang yang bergelut dalam bidang ini tak
ada satu pun yang saya dan suami kenali, sekarang tidak demikian. Kami bisa
menyebut nama beberapa teman yang bergelut dalam bidang ini, juga bisa membantu
menawarkan rumah-rumah yang mereka sediakan kepada calon konsumen.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan pelaku bisnis properti di Indonesia. Keempat hal ini menunjukkan integritas sebuah penyedia properti. Semuanya menyangkut kenyamanan konsumen. Bila tak diperhatikan, akibatnya bisa
fatal dan menghilangkan kepercayaan kepada pelaku bisnis properti.
Keempat hal tersebut adalah:
Berbagai informasi properti tersaji di sini (http://www.rumah123.com) |
Penataan lingkungan bukan hanya menyangkut keasrian dan artistiknya tampilan
bangunan dalam berharmonisasi dengan sekitarnya. Perlu diperhatikan keadaan ril
seperti masalah banjir yang menahun di banyak kota, ketersediaan air tanah, dan
lain-lain. Pendirian banyak bangunan di sebuah area sudah tentu akan berdampak
pada kemampuan penyerapan air di area tersebut. Bila tak dipikirkan masak-masak
mengenai penyerapan air, bisa menjadi penyumbang yang cukup signifikan bagi
masalah banjir di kota tersebut.
Dahulu, ibu mertua saya pernah ditipu oleh developer di mana ia membeli rumah. Setelah cicilan rumah mencapai
separuhnya, developer tersebut raib
bangai ditelan bumi. Di saat seperti itu, terlihat benar mahalnya sebuah integritas.
Saat ini, saya percaya makin banyak pelaku bisnis properti di Indonesia yang bisa menjaga
kepercayaan calon konsumen terkait masalah ini. Pun mengenai kelengkapan dan
keabsahan persuratan, mereka tentu memperhatikannya dengan detil. Integritas
adalah modal besar bagi pelaku bisnis ini, agar bisnisnya berumur panjang.
Baru beberapa bulan serah terima rumah yang sepintas terlihat nyaman,
Lilis dan suaminya (nama disamarkan) kecewa berat. Rumah yang telah resmi
dimilikinya rupanya menyimpan banyak cacat, di antaranya pintu dan beberapa bahan
bermaterial kayu yang terpasang di rumah itu menyimpan rayap. Pihak penyedia
rumah tak kooperatif saat keluhan ini disampaikan. Sayang sekali, seandainya
bisa diselesaikan dengan baik, potensi pembeli tentu bisa lebih banyak karena
kepercayaan yang terjaga tentunya bisa mendatangkan lebih banyak lagi pembeli
dari kolega Lilis dan suaminya.
Ada kisah nyata, ibu Tini (bukan nama sebenarnya) yang diantar
keponakannya, hendak membeli rumah di sebuah kantor penyedia properti. Senja
memang sudah turun, para pegawai sudah siap-siap pulang ke rumah masing-masing. Ibu Tini yang
sederhana bisa saja langsung deal seketika
ia diantar melihat rumah yang diinginkannya. Sayangnya tak ada pegawai yang mau
mengantarkannya. Mereka ogah.
Sang keponakan yang mengantar tantenya dengan sepeda motornya kecewa
luar biasa, pasalnya ia sedemikian bersemangatnya merekomendasi kantor milik seorang
kawannya kepada tantenya tetapi reaksi tak bersahabat justru diterimanya di
kantor sang kawan. Tante Tini memang orang kampung, dandanannya amatlah
sederhana tetapi ia siap mengeluarkan uang ratusan juta rupiah saat itu juga
karena anak dan menantunya yang berbisnis batu bara di Kalimantar selalu
menyuplainya dengan dana yang berlebih.
Tak berapa lama, tante Tini merenovasi rumahnya yang berukuran lebih
dari 200 meter persegi dengan membangun rumah 3 lantai di atasnya. Ia juga
membeli sebuah mobil baru. Hal yang menyangkut pelayanan konsumen haruslah
diperhatikan baik-baik oleh pelaku bisnis properti
di Indonesia, kalau mereka ingin bisnisnya berumur panjang.
Makassar, 17 Agustus 2013
Share :
artikel yg sangat unik. berkunjung dimari gan
ReplyDeleteSip. Makasih gan
Deletehehehe. Mugniar juragan rumah
DeleteHihi sip gan Essip :D
Deletesaya lebih tertarik untuk memiliki sebidang tanah (Bismillah, semoga suatu saat terkabul) dan membangun sendiri rumah di atasnya, dengan rancangan sendiri, sesuai selera sendiri...
ReplyDeletetapi memang betul, kami pernah membeli sebidang tanah di pinggiran kota jambi dengan cara dicicil, sudah lunas...tanpa memperhatikan lingkungannya, ternyata keadaannya masih sangat terpencil. semoga 10 atau 20 tahun kedepan sudah mulai pembangunan daerah merambah wilayah itu...
Aamin, Moga tercapai ya bun. Begitu lebih enak :)
DeleteBersyukur banget baca postingan artikel ini semakin menambah wawasan dan informasi yang bermanfaat. Thks yaa mba, artikelnya oke banget. Good Job !
ReplyDeleteTerimakasih mba. Senang juga berkunjung ke blognya yang cantik :)
Deleteapa yang dialami oleh tante tini juga dialami oleh banyak orang indonesia yang memiliki kemampuan ekonomi luarbiasa, namun berpenampilan seadanya, pelayanan yang tidak memuaskan diberikan oleh karyawan property, yang dalam segi ekonomi belum tentu karyawan tersebut memiliki kemampuan ekonomi lebih bagus daripada calon pelanggannya...sungguh mengherankan dan juga menyedihkan...ketika kita menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja....salam :-)
ReplyDeleteSaya juga biasa berpikiran seperti apa yang pak HAriyanto tuliskan lho ... :)
DeleteKebiasaan terlalu silau dengan penampilan yang bagus dan menarik. Padahal sudah selayaknya kita bersikap baik kepada semua orang, seperti apapun penampilannya.
ReplyDeleteIya mbak Niken. Harusnya begitu ya. Duh mudah2an kita tidak terjebak seperti itu ...
DeleteKadang nih, menurut saya, penataannya dengan lingkungan kurang terjaga. Malah bisa-bisa bikin banjir.
ReplyDeleteYah begitulah. BAnyak yang seperti itu ...
DeleteAssalamu alaikum wr. wb. bunda niar
ReplyDeletema'af, lama baru berkunjung ke rumah bunda
terima kasih tuk artikel yang telah disediakan
sangat bermanfa'at buat kite2 nih yng masih ogah2 tahu :D
Salam buat bunda :)
Wa 'alaikum salam Wr. Wb. Neni sayang. Makasih ya sudah main ke mari. Maaf juga baru main ke tempat Neni :D
Deletesenengnya dipanggil sayang ;)
DeleteBukan hanya pelaku bisnis properti mbak.. seorang penjaga warnet juga harus memberikan pelayanan terbaik buat pelanggan..
ReplyDeletenice artikel gan hahaha
Tapi saya nggak pernah menemukan penjaga warnet yang seenaknya memperlakukan pelanggan lho mas Lozz.
DeleteTerimakasih gan. Sip hahaha
Sikap terbiasa meremehkan orang lain memang perlu dibuang jauh-jauh ya, Mbak...
ReplyDeleteHarus itu :)
Delete