Perasaan tak enak itu mengganggu. Tertahan, tak terdefinisi dengan baik,
bisa menyebabkannya terlampiaskan di tempat dan saat yang salah. Walau
terkadang terjebak di dalamnya, saya tak suka. Misalnya ketika rasa tak enak
itu mewujud dalam bentuk sindroma pra haid. Perubahan hormonal dalam tubuh
membuat perasaan tak nyaman muncul. Perasaan tak nyaman menyebabkan letupan
emosi. Malah konon ada perempuan yang sampai tega menganiaya suaminya sendiri,
baik secara psikis maupun secara fisik.
Konon di Amerika Serikat dan Inggris, kasus amuk istri bertambah dari waktu
ke waktu. Di Indonesia pun sering terjadi hanya saja korbannya enggan
menceritakan. Perempuan yang tega menyiksa suaminya, biasanya tega pula
menyiksa anaknya. Jika diteliti kepribadiannya, si ibu normal-normal saja. Yang
bisa ditelusuri adalah penyebabnya, biasanya akibat kondisi rumahtangga atau
hubungan kurang serasi antaranggota keluarga. Na'udzu billah, mudah-mudahan tidak tergolong perempuan seperti ini.
Tiap perasaan memiliki nama, identifikasilah Sumber: http://mrstoneysartclass.blogspot.com |
Di masa awal pernikahan, permasalahan komunikasi antara saya dan suami pernah
terjadi. Karena saya tak mengatakan apa-apa, suami jelas merasa tak ada
apa-apa. Padahal menurut saya begitu banyak hal yang harus kami selesaikan,
untuk saling berkalibrasi satu sama lain. Perasaan terganggu menyebabkan luapan
emosi. Keluarannya berupa bad attitude:
ngambek. Berharap sang suami
mengerti dan segera mengambil langkah penyelesaian masalah.
Ternyata tidak saudara-saudara. Lelaki itu makhluk yang tak menganggap ada masalah jika kau tak
membeberkan apa masalahnya. Kalau kau diam-diam saja, baginya itu berarti
tak ada masalah. Meskipun wajahmu kau lipat sebanyak seribu lipatan tanda
ngambek, baginya itu bukanlah tanda yang menunjukkan ia harus melakukan sesuatu
untuk mengatasi masalah yang ditimbulkannya!
Bila cuma sekali terjadi barangkali tak mengapa. Tapi kalau berkali-kali
ngambek dan si dia tenang-tenang saja, rugi kan? Maka berdasarkan pengamatan
terhadap teman-teman sesama pengantin baru, saya memutuskan bahwa saya harus mengkomunikasikan masalah yang
timbul kepadanya. Itu kuncinya.
Itu satu contoh saja. Saya mau memaparkan bahwa perasaan tak enak yang
mengganggu, bisa jadi diungkapkan dengan cara yang tak pantas. Entah kepada
suami, kepada anak, kepada orang yang menyapa, kepada orang yang numpang lewat,
kepada tamu, bahkan kepada angin, kepada hujan, dan kepada pohon.
Butuh waktu cukup lama bagi saya mempelajari hal ini, untuk kemanfaatan
diri saya sendiri. Membawa saya kepada sebuah kesimpulan bahwa agar tak
diperbudak oleh perasaan tak enak, kunci pertamanya adalah mampu mengidentifikasi perasaan yang timbul.
Kemarahan itu kegilaan sementara. Kontrol dia, atau dia akan mengontrolmu! Sumber: http://kadampalife.org |
Tanyakan pada diri sendiri, apa
yang dirasakan? Jika diri menjawab, “Marah.” Maka, kunci kedua adalah mampu mengidentifikasi penyebab perasaan yang timbul. Tanyakan lagi, “Apa penyebab marah?” Yang sulit
dalam hal ini adalah memisahkan antara egoisme dan obyektifitas. Biasanya diri
yang egois selalu berusaha membenarkan perasaan tak enaknya. Ia selalu
membelai-belai perasaan itu hingga makin menguat, mengalahkan obyektifitas. Di
saat seperti ini terbukti ungkapan yang menyatakan bahwa musuh yang paling besar adalah diri sendiri.
Saya berusaha melatih diri saya untuk obyektif. Bila saya marah pada
suami, sebelum mengungkapkannya saya selidiki diri sendiri. Mulai dari
mengidentifikasi perasaan dan menelisik penyebabnya. Saya berusaha jujur dan
menepis segala upaya pembenaran diri. Sulit sekali ternyata usaha memerangi
diri sendiri ini.
Biasanya kalau saya berhasil melewati “peperangan” itu, hati saya tenang
kembali. Kalau mendapati penyebabnya absurd,
saya menjadi malu sendiri. Kalau penyebabnya adalah masalah yang harus
diselesaikan, saya berusaha mencari cara dan waktu berkomunikasi yang pas. Saya
berusaha untuk tidak frontal, dengan menyampaikannya dengan pantas.
Saya pernah mengalami gangguan perasaan yang aneh. Seperti biasanya,
saya menanti-nanti kepulangan suami. Setiap waktu, jam dinding saya lirik.
Rasanya waktu lambat sekali berlalu. Ketika ia pulang, bukannya sukacita yang
saya rasakan justru kemarahan luar biasa. Setelah saya telisik, saya tak punya
alasan untuk marah. Karena sebelumnya, semuanya berlangsung dengan wajar dan
sesuai dengan harapan.
Lalu apa penyebab kemarahan itu? Setan, tentu saja. Ia senantiasa
menggoda manusia untuk menjadi buruk. Apalagi sepasang suami istri, ia tak akan
bosan mengganggu mereka sampai rumahtangga mereka hancur berkeping-keping. Di
sinilah pentingnya upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan
memperbaiki dan memperbanyak ibadah.
Punyakah pengalaman berkaitan dengan perasaan yang mengganggu, kawan? Berhasilkah
usahamu mengidentifikasi perasaan dan penyebabnya?
Malassar, 6 Agustus 2013
Tulisan
ini diikutkan GA Semut Pelari
Share :
semoga saya bisa mengatasi masalah yang menggangu juga ya mbak
ReplyDeleteAamiin, semoga kita sama2 bisa ya mbak
Deletemasalah ada agar kita bisa lebih dewasa untuk menyelesaikannya :D
ReplyDeletesemoga masalah2 ke depan bisa selesai dengan cara dan hasil yg baik
Yup benar. Dan dengan masalah, seharusnya kita bisa menjadi semakin baik ya mas
Deletehehehe.. suami istri memang akan terus diganggu setan suaya bercerai ya, mba
ReplyDeleteBisa jadi :)
DeleteKebanyakkan kaum pria bisa memaintain emosinya mba, so ga kentara saja. Tapi emang intuisi wanita lebih tajam karena itu komunikasi adalah solusi terbaik. Saya pun demikian juga. Salam sukses untuk GAnya ya mbak :)
ReplyDeleteHm kebanyakan kaum pria memang gak ngeh dengan masalah yang "ditimbulkannya" :D
DeleteMakasih yaa
Gema Takbir Menyapa Semesta,
ReplyDeleteMembesarkan dan Mengagungkan Yang Maha Esa nan Maha Suci,
Bersihkan Hati Kembali Fitri di Hari Kemenangan,
Terkadang Mata Salah Melihat dan Mulut Salah Berucap,
Hati kadang salah menduga serta Sikap Khilaf dalam Berprilaku,
Bila Ada Salah Kata, Khilaf Perbuatan dan Sikap,
Bila Ada Salah Baca dan Salah Komentar,
Mohon Dimaafkan Lahir dan Batin,
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1434 H
Taqabbal ya Karim. Maaf lahir batin ya pak
Delete"Taqoblallahu Mina Waminkum Syiamana Wa Syiaminkum... Mohon Maaf Lahir Bathin Keluarga, Sahabat & Rekan, Semoga Allah Memberkahi & Meridhoi Kita Semua, Aamiin..!"
ReplyDeleteSemoga semua puasa kita di terima oleh Allah SWT & Semoga kita semua diberikan kesehatan & umur yang panjang untuk bisa dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan. Aamiinnn
Aamiin. Barakallah. Maaf lahir batin yaa
DeleteLaki2 itu tak menganggap ada masalah jika kau tak membeberkan apa masalahnya.
ReplyDeleteSedangkan wanita ingin dimengerti tanpa menjelaskan apa maunya. Hohoho...
Oh iya lupa..
DeleteSelamat lebaran yaa kak niar
Semoga Allah menerima amalan kita. Aamiin :)
Hhmmm :)
DeleteMaaf lahir batin yaa :)
iya bu, sy masih belajar untuk bisa berkomunikasi yang baik dengan suami, bukan dengan dipendam lantas meluap ketika sudah jebol kesabaran.
ReplyDeleteselamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir batin.
Harus selalu belajar ya mbak. Maaf lahir batin :)
Deleteberarti sama seperti intropeksi diri. ^_^
ReplyDeleteIya :)
Deleteperasaan yang mengganggu.. perlu obat yang namanya waktu tuk istirahat sejenak ^_^
ReplyDeleteIstirahat sejenak utk pikir2 :D
DeleteTerima Kasih Partisipasinya dalam Semut Pelari Give Away Time :)
ReplyDeleteTerimakasih bang :)
Delete