Cerita ABG Masa Lalu: Reuni

Cerita ABG masa lalu saya adalah kehidupan “linier” yang bahagia. Saya beruntung tak pernah ada hal-hal yang menyimpang dari batas-batas norma susila yang saya alami ataupun saksikan.

Mengenang masa remaja, sekali lagi – saya merasa amat beruntung. Dulu belum ada istilah HP atau gadget. E-mail saja belum populer. Ada juga sih  cerita penyimpangan susila, tapi tak sebanyak sekarang. Rasanya, masa-masa itu kehidupan remaja lebih bersih daripada sekarang.

Siang itu di inbox saya masuk pesan dari Rina - seorang sahabat masa SMA. Mengabarkan akan diadakannya acara reuni pada keesokan harinya di sebuah resto yang berada dalam sebuah hotel berbintang di Makassar. Reuni disponsori Wanti yang disapa “ibu bup” oleh teman-teman.

Sudah lama sekali saya tak bertemu teman-teman SMA. Sesekali terpikirkan untuk mengulang cerita ABG masa lalu kami dalam sebuah pertemuan. Pasti seru interaksi yang bakal terjadi.

Maka keesokan harinya saya pergi bersama Rina. Sebelum masuk ruangan yang disewa, kami bertemu Wafir. Waah dari jauh sudah ketahuan saja kalau itu Wafir, cara berjalannya masih seperti dulu.

"ABG masa lalu" kelas Fisika 2 SMADA Makassar (1989 - 1992)
Foto-foto: Rina, Wafir, dan Diana

Saya tak ikutan makan karena sedang puasa. Bukan puasa sunat lho ya. Kalau puasa sunat kan harus batal ya kalau ada acara makan-makan. Ini puasa yang harus dilakukan. Teman-teman pada tidak enak sendiri, berulang kali “menyayangkan” sampai-sampai saya perlu “mengeluarkan ancaman” dengan mengatakan, “Kalau disebut-sebut terus Saya pulang saja. Kalian makan saja, buat Saya yang penting bisa bertemu Kalian.”

Dulu, kami tak pernah ngobrol seseru ini. Karena kelas Fisika 2 zaman itu adalah kelas yang antara murid lelaki dan perempuannya “haram” terjadi percampurbauran. Maklum saja, sebagian lelaki baru belajar melaksanakan Islam secara kaffah sementara di antara kami yang perempuan ini, baru satu orang yang mengenakan jilbab. Dibanding anak-anak lelaki, anak-anak perempuannya jauh lebih ribut dan usil.

Maka sering sekali anak-anak perempuan melihat gelengan kepala beberapa anak lelaki yang mengucap istighfar karena keriuhan anak-anak perempuan. Pada beberapa kejadian, anak-anak lelaki itu menyingkir dengan begitu frontalnya bila berpapasan dengan anak perempuan di selasar sekolah, ada yang mengusap-usap lengannya seolah mengeluarkan kotoran. Biasanya setelah menerima perlakuan itu, kami berkumpul membahas itu, menyatakan ketersinggungan kami sekaligus tertawa keki. Sungguh ceritaABG masa lalu yang unik dan seru. Beberapa anak perempuan terkadang membalasnya dengan sengaja menyenggol balik anak lelaki yang saklek itu.

Sebenarnya tak semua teman lelaki se-saklek itu. Beberapa di antaranya terlihat “jaga image” sementara beberapa lagi (cuma sedikit) yang sikapnya terhadap kami tetap biasa.  Saat ini saya bisa memaklumi kejadian-kejadian saat itu. Mereka yang baru belajar Islam banyak yang berlaku seperti itu. Padahal teman-teman perempuannya yang kebanyakan tak berjilbab butuh waktu untuk mengupayakan jilbab sebagai pakaian mereka. Karena saat itu jilbab merupakan barang aneh bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Apapun yang pernah terjadi, kenangan manis ataupun kenangan menjengkelkan, kali ini lebur begitu saja di pertemuan itu. Kami bisa bercanda dan tertawa bersama dengan cara yang jauh lebih dewasa dibanding dulu. Saling meledek juga masih ada, tanpa canggung. Teman-teman masih kelihatan sama dengan waktu SMA (tahun 1989 – 1992) dulu, hanya ada yang lebih gemuk, lebih kurus, dan lebih beruban. Ada yang sudah beranak 3, ada yang baru beranak 1, ada yang baru mau nikah, dan ada pula yang belum bersua jodohnya. Sementara cerita ABG masa lalu itu, tinggal kenangan manis yang menetap di memori kami.

Makassar, 9 November 2013

Artikel ini turut mendukunggerakan PKK Warung Blogger
(sebuah gerakan tulus untuk menggusur tulisan-tulisan nakal memakai kata kunci CERITA ABG)

Share :