Tulisan ini merupakan lanjutan dari 4
tulisan sebelumnya:
***
Ahad pagi ini saya awali dengan bersemangat
karena masih akan mengikuti workshop hari kedua yang dilaksanakan oleh
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerjasama dengan Development and Peace
untuk komunitas-komunitas perempuan di Makassar.
Sebenarnya saya terganggu dengan nyanyian,
tepatnya teriakan-teriakan yang terdengar seperti menyanyi, yang dilakukan oleh
seorang remaja tetangga tepat di pagar rumah kami. Syukurnya, saya masih
merasakan tidur yang cukup memberi energi untuk hari yang cerah ini.
Bu Una (kanan), mbak Marin (kiri) |
Suasana workshop hari kedua Sumber foto: pak Gunawan Mashar - AJI Makassar |
Sepanjang hari Sabtu kemarin, suami saya bisa
menjalankan tugas sendirian dengan baik meskipun ada sedikit .. hem .. sebenarnya
cukup banyak, kekacauan yang terjadi pada ketiga buah hati kami. Namun
kekacauan yang nyaris berdampak buruk itu terselesaikan dengan baik, atas
rahmat Yang Maha Kuasa. Mengenai kekacauan ini, mudah-mudahan bisa saya tuliskan
nanti.
Saya memastikan rancangan SOP (standard of
procedure) tertata sebelum meninggalkan rumah. Harus memastikannya agar
saya bisa tiba di hotel Grand Imawan dengan semangat penuh, tanpa keruwetan
yang tersisa di rumah.
***
Perempuan Masa
Kini dan Masa Depan, Adalah Mereka yang Mau Menulis untuk Berbagi Manfaat
Pagi hingga siang hari, bu Sunarti Sain (Una)
membawakan sharing yang keren tentang Budaya Literasi dan Perempuan.
Perempuan
masa kini buat saya, tidak hanya sekadar mereka yang mau memberikan perhatian dan kepedulian
mereka untuk lingkungan, tetapi juga mereka yang mau menulis,
demikian ditulisnya pada paragraf pertama tulisan yang dibuatnya khusus untuk
peserta workshop ini.
Menyimak ... |
Perempuan masa kini, sebaiknya melakukan
perjuangannya, dalam bidang apa pun dengan cara menulis.
Perempuan sebaiknya dapat mensosialisasikan apapun hal positif yang
dilakukannya dalam bentuk tulisan dan mengajak serta para perempuan di sekitarnya
untuk menulis.
Sosok perempuan ideal adalah yang mau mendedikasikan dirinya untuk berbagi
pengetahuan melalui tulisan. Mereka yang mau menulis dan menyuarakan aspirasi
mereka dengan tulisan, adalah mereka yang tetap berkomitmen besar memajukan
bangsa, terlebih diri mereka sendiri dan juga keluarga mereka, agar menjadi
keluarga yang terbiasa dengan budaya literasi (baca tulis).
Selanjutnya bu Una meminta kami – para peserta workshop
untuk menuliskan apa pendapat kami mengenai “bagaimana seharusnya perempuan”.
Ada berbagai pendapat, saya tak mencatatnya.
Tapi saya masih ingat apa yang saya tuliskan. Kira-kira begini: bagi
saya, perempuan seharusnya menyadari bahwa mereka harus selalu belajar agar
dapat menebar manfaat yang lebih banyak bagi siapa pun di sekeliling mereka. Belajar
bisa dari mana saja dan dari siapa saja. Bisa melalui berbagai kondisi, bahkan
musibah sekali pun. Juga bahkan bisa melalui anak kecil atau orang tidak waras
sekali pun.
Pentingnya
Berjejaring Sosial
Jejaring Sosial yang dimaksud di sini, bukan
semata yang ada dalam dunia maya seperti facebook, twitter, google plus, dan
lain-lain. Namun merupakan bentuk pertemanan yang luas antara orang per orang,
lintas komunitas.
Bu Una berbagi pengalamannya dalam berjejaring sosial.
Ia memiliki pergaulan yang amat luas. Mulai dari kalangan pemulung hingga
sosialita. Melaluinya sudah tersalurkan berbagai manfaat untuk orang banyak,
dari si mampu kepada si tak mampu.
Surprais. Saya senang sekali mengetahui bahwa
ternyata bu Una ini salah satu pendiri yayasan Pabbata Ummi. Saya pernah
mengunjungi TPA Antang, di tempat yayasan Pabbata Ummi berkegiatan membina
anak-anak pemulung di daerah Antang, Makassar (saya pernah menuangkannya ke
dalam beberapa tulisan di blog ini).
Saya pun berkesempatan menceritakan pengalaman
saya berbagi melalui tulisan dan menjadi media berbagi dari mereka yang mampu
kepada yang membutuhkan. Belum seberapa besar dan banyak namun amat
membahagiakan.
Bu Una dan pak Gunawan Mashar |
Maka
menulislah!
Saya setuju bila perempuan sebaiknya menuangkan
berbagai manfaat dalam kehidupannya, dari berbagai kegiatannya dengan cara
menulis. Sederhana saja, tak usah berpikir menulis itu harus panjang-panjang.
Cukup 2 – 5 paragraf sudah memadai, asalkan bisa terbagi kepada sekitarnya.
Dalam hati saya berharap bisa bersinergi dengan
teman-teman dari komunitas lain yang mengikuti pelatihan ini. Saya juga
berharap teman-teman tergerak menulis. Sedikit demi sedikit dulu, asal
konsisten dan berkomitmen. Sebuah pelatihan, seperti workshop ini akan
berguna bila para pesertanya menjalankan dengan sungguh-sungguh apa yang telah
disampaikan oleh para nara sumber. Follow up-nya, agar kegiatan selama
dua hari ini bermanfaat adalah inisiatif dari diri para peserta sendiri, bukan
dari orang lain.
Saya menyebutnya bersedekah. Bila senyuman saja
bersedekah, apatah lagi hal-hal bermanfaat yang kita sebar melalui tulisan. Indahnya
lagi, apabila kelak bisa menjadi amal jariyah. Minimal melalui anak-cucu kita.
Itu juga merupakan impian saya.
Melalui kegiatan menulis yang saya aktif jalani
selama hampir 3 tahun ini, saya sedang mengupayakan prasasti, tempat saya
mencatatkan sejarah saya. Saya menyebutnya dokumentasi hidup dan renungan.
Tujuan utama saya, agar anak-cucu saya mengenal saya dengan baik, meneruskan
hal-hal positif yang telah saya lakukan dan mengambil hikmah dari
kesalahan-kesalahan yang pernah saya perbuat.
Sebuah anugerah bila orang lain pun bisa
sama-sama belajar dengan saya melalui apa yang saya tuliskan. Semoga Allah
meridhai.
Makassar, 28 November 2013
Dengan
selesainya “seri” tulisan workshop Writing for Woman Communities ini, saya
haturkan terimakasih yang tak terhingga kepada para panitia dari AJI Makassar
dan Development and Peace, atas kerja kerasnya menyelenggarakan ajang
keren ini.
Semoga
Allah memberi balasan-Nya kepada kalian dengan kebaikan yang berlipat-lipat.
Bila website yang direncanakan sudah jadi, insya Allah saya siap menjadi
kontributornya J
Share :
Perempuan Masa Kini dan Masa Depan, Adalah Mereka yang Mau Menulis untuk Berbagi Manfaat-------->>noted
ReplyDeleteSetuju :D
Deleteselamat Pagi...saya juha dulu paling tidak bisa yang namanya menulis, tapi semenjak berjabat tangan dengan yang namanya dunia blogging, saya malah Kecanduan untuk menulis dan menulis secara terus menerus...
ReplyDeletewah... perempuan, ayo menuliss..
ReplyDeletemakasi ka, bagi2nya...
walau 2 paragraf ya mbak.....saya jadi makin semangat nulis, tapi jujur saja, kadang2 kok ga ada ide....
ReplyDeletemantap ~~~~> jalan-jalan ke sini bundo rahmathardiansya.blogspot.com
ReplyDelete