Pasar (kaget) Buakana, pagi itu.
Satu lapak, lewat.
Lapak berikut, lewat.
Motor kami berhenti tepat di depan lapak kelima.
Saya pun turun dari motor, dan menanyakan harga sayur-sayuran yang saya incar. Masih
ada lapak keenam dan ketujuh tetapi kami tak berhenti di situ.
Tak ada pertimbangan logika. Barang dagangan
lapak-lapak sayur itu nyaris sama semua. Apa yang saya cari ada semua di kelima
lapak itu. Juga ada di lapak-lapak berikutnya. Semuanya sama-sama menjual labu
kuning, labu siam, jagung, dan wortel.
Sumber: http://si-dudut.blogspot.com |
Jelas, ini bukan karena alasan pedagang di lapak
kelima itu lebih ganteng atau lebih harum. Rata-rata wajah pedagang di situ
biasa saja, pun tak ada yang aromanya semerbak mewangi. Tak ada hubungannya
kegantengan atau keharuman dengan sayur-sayuran yang akan kami konsumsi.
Ini jelas-jelas pertanda bahwa rezeki tak akan
bertukar. Ketentuan-Nya saat itu adalah, rezeki-Nya harus sampai kepada bapak
pemilik lapak kelima, melalui kami. Saya tak punya alasan kenapa membeli
sayur-mayur di lapak kelima itu. Hanya Ia – Sang Penggerak Hati yang menetapkan
kehendak-Nya yang Maha Tahu.
Makassar, 25 November 2013
Share :
Kalo udah rezeki emang nggak bakal kemana ya mbak :D
ReplyDeleteiya ya Bund, bukti bahwa rezeki tak akan bertukar. Seperti rerumputan yang hidup di pinggiran jalan aspal...sudah rejekinya...ya tetep dia bisa hidup di situ tanpa harus mencari ladang atau sawah nan subur
ReplyDeleteBetul mba, rezeki manusia tidak akan tertukar. Allah SWT yang sudah menentukan.
ReplyDeleteiya ya, itu jadi bukti bahwa rezeki tak akan tertukar...
ReplyDeletebanyak contoh dari hal yang sepertinya sepele padahal ada hikmah yang besar dibalik itu...seperti contoh membeli sayur ini.
iya betul bsngrt mbsk
ReplyDeleteTapi kadang aq langsung menuju ke langganan :)
rezeki nggak akan kemana ^^
ReplyDeleteiya ya tantee... aku juga kadang pengen ke lapak pertama, tengah, atau akhir. bukan karena pertimbangan apa2. ya ga tau aja kenapa kaki ini melangkah kesana :))
ReplyDeleteSepakat mbak Niar. Rejeki emang nggak mungkin tertukar. Suka banget pakai kalimat itu untuk menguatkan hati ^^
ReplyDeletesudah ada yang mengatur ya mbak
ReplyDeleteAlloh yang membawa langkah kita.
ReplyDeleteaku bisanya milih2 kalau mau beli sesuatu, malah biasanya kembali ke pedagang awal, biasa wanita kalau beli ya suka repot :D
ReplyDeleteAku juga sering gitu mak, intuitif kalau belanja.
ReplyDeletepasti banyak berdo'a, berserah diri pasrah dan selalu berusaha untuk takwa kepada-NYA...ke'nya begitu deh....ngga lupa hobinya bersedekah...;o)
ReplyDeletebetul, Mak. Wkt baru2 ke pasar, sy suka bingung bilih pedagang yg mana. Jd sering ganti2. Tp akhirnya ada juga 1 pedagang yg sy pilih :)
ReplyDeleteIya bu, kalau rezeki nggak akan tertukar, nggak akan pergi kemana :)
ReplyDeleteHa ha ha
ReplyDeleteBener kok, Mbak...
Rejeki gak akan tertukar maka dari itu kita gak perlu takut tersaingi bagi yang sedang menjalani bisnis ya...
Bila sudah urusan rejeki, tidak ada yang sanggup menghalangi Nya bila sudah menjadi ketetapn Nya ya Mba.
ReplyDeleteSalam
Seperti pedagang Dawet yang berjejer di Alun2 barat.
ReplyDeleteTapi, biasanya yang ramah disinggahi pertama kali ya, Mba. Hehehe.
setuju banget mbak Niar...., kita udah punya porsi masing/2
ReplyDelete